Jihan Pov
Berbicara tentang cinta sudah bukan lagi hal tabu di perbincangkan bagi kaum remaja. Walau terkadang ada sebagian orang yang di usia tak lagi lazim untuk memikirkan perihal cinta, namun pada dasarnya setiap manusia mau itu muda ataupun tua sekalipun bisa merasakan cinta berulang kali tanpa mengenal usia.
Semasa aku SMA dulu. saat pulang sekolah aku melihat teman seumuranku yang berpasangan sedang bergandengan tangan, perpelukan atau berciuman ada juga mereka yang rela menunggu pasangannya di gerbang sekolah dibawah terik matahari yang begitu menyengkat kulit. Meski begitu mereka akan dengan senang hati memberikan senyum yang entah itu tulus atau tidak. Karena aku tidak pernah merasakan hal yang seperti itu.
Ada pula gaya berpacaran yang menurutku sangat merugikan pasangan, lebih tepatnya menguras isi kantong. Pernah sekali saat aku menemani Ibuku untuk kepasar memberikan hasil cucian ke langganan yang memiliki toko baju, dan melihat seorang gadis yang merenggek minta di belikan baju kepada Pria yang mungkin kekasihnya. Karena samar-samar Aku mendengar Pria itu berkata beli yang lain saja, uangku tidak cukup sayang. Bukannya Aku suka mengguping hanya saja posisi mereka tepat di sebalah Ibuku pada saat itu. Dan dari sana Aku berpikir berpacaran itu merepotkan.
Lagi pula dulu Aku tidak sempat memikirkan untuk menjalin kasih dengan lawan jenis, jangankan untuk berpacaran. Berteman saja Aku tidak punya waktu lantaran waktuku habis untuk sekedar membantu Ibu mencuci pakaian para tetangga dan sesekali membantu Ayah untuk mengantar hasil tani ke juragan beras.
Kadang kala Aku berpikir adakah sedikit hari baik untukku kelak? Atau adakah cinta yang Aku dapat dari Pria nanti. Dan cinta yang seperti apakah itu, meski begitu aku tidak ingin cinta yang membuatku mati kelaparan dan berakhir menyedihkan untuk kehidupan anak-anaknya kelak. Sama sekali tidak ingin yang seperti itu setidak nya aku harus mendapatkan pasangan yang lebih baik. Harus itu harus!
Bukan berarti aku menganggap Ayah tidak baik. Ayah adalah yang terbaik sungguh, hanya saja tidak untuk perekonomian dan finansial. Maka dari itu aku harus lulus sekolah mengejar impian untuk berkuliah dengan beasiswa hingga lulus dan berkerja kantoran. Sampai pada dimana aku lulus kuliah dan mendapatkan tawaran berkerja.
Pikirku saat itu adalah hari terakhir melepas beban berat dalam hidup yang sedari kecil aku alami. Sampai saat aku berkerja di perusahaan ternama di kota Seoul berjalan lancar dan cukup menyenangkan hingga sebuah kabar buruk dari Ayahku, yang mengharuskan Aku kembali memikul beban 3x kali lipat lebih berat dari yang pernah aku alami dulu.
Kalau saja dulu aku lebih bersyukur dan tidak mengeluh. Barang kali aku tidak akan beradu nasib di tengah-tengah hubungan orang seperti sekarang.
***
Jika berbicara lagi tentang cinta. Tidak ada lagi cinta yang Jihan harapkan, sungguh tidak lagi berharap sedemikian indah tidak untuk saat ini. Yang Jihan ingin hanya terbebas dari gengaman Jungkook yang begitu mengikat. Terbebas dari segala hutang budi yang sudah setinggi leher, bagaimana pun caranya Jihan ingin bebas.
Seperti dicengkram begitu kuat rasanya sesak hingga ke paru-paru. Menginggat kembali pertengkaran beberapa jam lalu sesaat Jihan menyiapkan makan malam, Jungkook keluar dengan tergesa-gesa dari kamar sudah bepakaian rapih tanpa memperdulikan Jihan yang sudah beberapa kali bertanya dan memanggil namanya.
Sampai Jihan menarik lengan Jungkook yang sudah siap memegang gang pintu bersiap keluar. Pria sialan itu menghempas tangan Jihan dengan kasar hampir membuat tubuh limbung kebelakang, Jihan bertanya lagi kenapa begitu terburu-buru sampai jawaban yang menusuk hati terdengar lagi untuk kesekian kali nya .
"Bukan urusanmu Ji! Sudah aku bilang berapa kali. Ingat posisimu!' Jihan sudah tidak perduli lagi, sudah seharus seperti itu makanya Jihan membalasnya dengan senyum manis, Sebelum Jungkook hilang di balik pintu.
Tidak ada kata bagus yang pernah Jungkook lontarkan untuk Jihan. Kecuali di atas ranjang itu pengecualian, tiap kali berdebat dengannya. Pria itu akan selalu mengingatkan status Jihan yang hanya teman tidur.
"Ingin kutemani minum Ji?" Jihan tersenyum dan menggeleng. Mendengar penawaran dari Pria di sampingnya itu, pria yang sudah tiga puluh menit lalu datang saat Jihan meleponnya tadi.
"Tidak sedang ingin minum. Dia mendengus, lalu berdiri mengambil 2 botol soju yang tadi sempat dia bawa, mungkin tadi sebelum kesini sempat mampir membelinya, karena ada 3 kantong plastik yang dia tenteng berisi beberapa bahan kulkas.
"Nah minum ini. Aku tahu kau perlu, tidak usah jual mahal begitu." katanya seraya menyodorkan satu sloki itu pada Jihan.
"Tidak begitu Brengsek! Aku memang sedang tak ingin minum." Jihan kesal, entah karena apa. " Pinjam bahumu Tae. Aku butuh itu" Jika sudah begini peran Taehyung sangat di butuhkan. Dan pria itu tahu betul apa yang harus dia lakukan untuk Jihan.
"Katakan padaku. Jika kau sudah tidak sanggup Jihan, Aku butuh kau mengatakannya jangan pura-pura tegar!" Jihan hanya bisa menggeleng lemah di bahu Taehyung "Mau sampai kapan begini,hm? Sampai Eunha tahu atau—"
"Eunha sudah tahu." Seketika punggung Jihan di tarik untuk berhenti bersandar. "Dari awal Eunha sudah tahu. Dan kau juga tahu bukan kalau sahabatmu itu selalu bermain wanita sebelum bersamaku. Dasar sialan!" Kataku lagi seraya berdiri, tidak perdulu dengan tatapan keterkejutan dari Taehyung.
"Ji. Dengar dulu" pria itu berdiri menyusulku kedalam kamar.
" Apalagi yang perlu aku dengar? Kau sama saja Brengseknya dengan Jungkook!Sudah tahu punya istri masih juga dekat-dekat wanita lain, dasar tidak tahu diri!" Jihan mengambil koper kecil di samping lemari dan memasukan beberapa helai baju kedalam koper.
" Hey. Ji serius kau mau kemana?" Bersendar disisi lemari. Taehyung memperhatikan setiap pergerakan Jihan yang sudah mengepak beberapa pakaian juga peralatan lainnya kedalam koper.
"Melarikan diri. Aku muak berada di tengah-tengah kalian!" Taehyung sama sekali tidak mencegah Jihan. Karena dia tahu Jihan tidak benar-benar serius mengatakan begitu, namun saat Jihan melanjutkan ucapannya. Taehyung benar-benar terkejut sekarang."Bantu aku melarikan diri dari Jungkook, kumohon bantu pergi sejauh mungkin."
[ ]
Story Secrets ini memang enggak yang panjang lebar ya guys. Tapi mungkin di next nya kalau yang pendek" bakal aku gabungin jadi satu aja deh.
Cyn💕
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRETS [M]
RomanceTerlampau naif untuk Jihan menolak , Juga teramat bodoh jika Jihan menerima Tawaran untuk menjadi Wanitanya dengan embel-embel kehidupan yang mewah serba berkecukupan. Tanpa sadar Jihan telah masuk kedalam neraka yang menjanjikan nya surga dengan se...