Terlampau naif untuk Jihan menolak , Juga teramat bodoh jika Jihan menerima Tawaran untuk menjadi Wanitanya dengan embel-embel kehidupan yang mewah serba berkecukupan.
Tanpa sadar Jihan telah masuk kedalam neraka yang menjanjikan nya surga dengan se...
Aku butuh vote dan komen kalian untuk lanjut chapter secrets.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jihan Pov
Pagi sekali aku terbagun saat ponsel Jungkook beberapa kali berdering. Sedikit berhati-hati, memindahkan lengan Jungkook yang melingkar di perutku. Aku tidak ingin membangunkan Jungkook karena sekarang ini masih terlalu pagi. Ketika aku merasa tidak ada pergerakan dari Jungkook aku pun beranjak pergi, mengambil bathrobe yang tergeletak di lantai. Tentu karena pergulatan panas yang aku lakukan dengan Jungkook semalaman.
Mengambil ponsel Jungkook yang berada di atas meja sisi kamar hotel. Melihat siapa gerangan yang menghubungi Jungkook sepagi ini, Orang gila mana yang begitu berani menganggu tidur si nyenyaknya Jeon Jungkook. Jemariku bergerak untuk mengambil ponsel milik Jungkook dan lagi-lagi berdering keras. Maniknya sempat terkejut melihat nama si pengganggu.
Eunha is calling..
Aku menarik napas sejenak ketika nama itu muncul dilayar, Nyatanya bukan Eunha, Tapi dirinya lah si pengganggu yang sebenarnya!.
Mengurungkan niat untuk mengangkat telepon, tidak berniat juga untuk menggabaikan Eunha. Wanita itu pasti akan menggerutu karena Jungkook tidak segera mengangkat panggilannya. Dengan berat hati aku terpaksa membangunkan Jungkook karena takut kalau ada hal penting yang ingin Eunha sampaikan.
Aku berjalan menghampiri Jungkook yang masih tertidur dengan nyaman, tidak sedikitpun merasa terusik dengan suara ponsel yang terus berdering sedari tadi. Tidak langsung membangunkan Jungkook, aku justru berdiri di samping ranjang berusaha membelai pipinya lembut. Sedikit tidak tega melihat wajahnya yang nampak lelah, karena pergulatanku dengannya semalam cukup untuk menguras tenaga.
"Jungkook.. bangun, ada telepon untukmu." Kataku, sembari mengelus pipinya perlahan dan berusaha membangunkannya lagi. Jungkook itu sulit dibangunkan, lihatlah bagaimana dia menarik selimut yang tadinya hanya menutupi bagian lutut saja, kini menutupi bagian pinggulnya, Jungkook menarik selimut tebal itu. Dan bulu-bulu halus yang tidak ikut tertutup, seksi sekali.
"Jungkook.. Ponselmu terus berdering, berisik. Tidakkah tidurmu merasa terganggu dengan suara yang memekakan telinga, hm?" Aku berkacak pinggang, agak kesal karena Jungkook seperti mengabaikanku.
Menghela napas kecil, aku memilih untuk pergi dan membersihkan diri. Namun, saat langkah kakiku mulai bergerak, pergelangan tanganku ditarik. Jungkook membuka matanya perlahan, lalu melihatku yang berdiri disisi ranjang. Untuk beberapa saat Jungkook mengumpulkan kesadarannya. Lalu, bergerak untuk menyandarkan punggungnya di kepala ranjang. Masih dengan tatapan fokus dengan obsidian yang masih terlihat begitu seksi dan menggoda walaupun dengan bathrobe yang sedikit tersibak-acak. Ada rasa senang di dalam diri Jungkook, setiap pagi di suguhkan dengan pemandangan begitu indah. Meskipun tidak mudah menikmati pemandangan seindah ini. Jungkook perlu menghabiskan banyak tenaga dan uangnya untuk membujuk Jihan.