Terlalu banyak hal yang membuat dirinya sendiri tidak dapat menjelaskan seberapa Banyaknya masalah yang terus menerus menghampiri hidupnya sedari dulu. Kalau boleh memilih ada baiknya kembali menjadi orang miskin yang hidup pas-pasan sedikit kekurangan. Di bandingkan kehidupan mewah namun terus merasa terancam, Iya. Terancam ketahuan.Namun disisi lain dalam dirinya tidak ingin sama sekali mengulang masa-masa dimana dia harus meminjam uang kesana kemari hanya untuk sekedar membeli beras atau kebutuhan pokok lainnya. Melihat Ibu dan Ayahnya dihina karena tidak mampu, menghidupi keluarga saja harus pinjam uang tetangganya. Tidak jangan lagi. Jihan akan tidak masalah jika dirinya yang menerima hinaan seperti itu. Untuk kedua orangtua nya dia jelas tidak akan diam saja.
Apakah Jihan harus bersikap tak tahu malu seperti biasanya? berpura-pura bodoh saja pikirnya. Dan orang-orang tidak akan menyadari kelakuan hina yang dia lakukan dengan atasannya ini.
Saat Jihan yang pintar berusaha menutupi dengan berbagai acara agar tidak ketahuan. Lain hal dengan Jungkook yang justru terang-terangan menunjukannya, meski tidak benar-benar menunjukan di depan publik. Hanya kepada orang-orang yang dengan terang-terangan menunjukan ketertarikan pada Jihan saja.
Meski begitu perasaan was-was tiap kali Jungkook datang ke apartemen juga menjadi faktor utama. Bagaimana kalau misalnya ada seseorang yang diam-diam memergoki mereka berdua. Tepatnya Jungkook yang rajin sekali datang keapartemen Jihan untuk sekedar mampir yang pada akhirnya tidak kunjung keluar dari apartemennya— menginap, selalu begitu sampai Jihan sendiri merasa seperti mereka memang tinggal bersama. Yang orang lain lihat pengantin baru.
Padahal bukan. Jangankan pengantin baru, statusnya saja tidak jelas. Kalau di bilang Jihan sama sekali bukan perebut milik orang karena dari awal, sebelum Jungkook bertunangan Jihan sudah lebih dulu berhubungan dengan Jungkook. Meskipun beberapa jam lebih awal Jihan tetap merasa lebih unggul.
Kendati demikian Jihan tetap merasa hubungan terlarang ini. Harus segera diakhiri karena sepandai-pandainya Jiha menutupi hubungannya dengan Jungkook, pada akhirnya tetap akan ketahuan.
Seperti perkiraannya. Dia sudah Ketahuan!
Eunha tahu semuanya. Dari awal wanita itu tahu terlampau tahu, hanya saja wanita itu berpura-pura bodoh. Yang malah kenyataannya memang demikian. Sudah tahu Tunangan nya berselingkuh dengan wanita lain, yang tidak lain sekretaris Tunangannya sendiri malah di biarkan.
Parahnya lagi Eunha hanya menunggu sampai Jungkook bosan sendiri dan berakhir berganti lagi dengan yang lebih segar. Bodoh sekali kalau punya pemikiran seperti itu karena Jihan yakin tipikal pria semacam Jungkook itu seperti apa.
Dua atau tiga bulan sudah bosan, palinv lama itu empat bulan, itupun bosan setengah mati hampir jenggah paling parahnya jijik. Jungkook itu pembosan karena selama ini tidak ada yang lebih dari kurun waktu yang Jihan sebutkan tadi. Dan dirinya lah yang paling lama bertahan. Bukan hanya sekedar bertahan, untuk kali ini Jungkook sendiri yang selalu menghampiri Jihan. Menyodorkan serta merta menyediakan sendiri semua yang Jihan minta dan butuhkan meski tidak di minta sekalipun selalu disediakan.
Hingga hampir satu tahun ini seperti itu. Dan Eunha yang seperti biasa menunggu berakhirnya hubungan gelap sang calon suami. Namun tak kunjung ada tanda-tanda yang menunjukan akan kandasnya hubungan itu.
Dengan nekat mengirimi pesan ke sosok wanita yang di sebut simpanan kesayangan. Bukan tanpa alasan Eunha memilih untuk menegur Jihan dengan pesan yang ia kirim beberapa jam lalu.
Banyak pertimbangan yang dia sendiri bingung bagaimana menghadapi situasi yang selama ini membuat hatinya kian teriris dengan banyak nya kelakuan Jungkook yang semakin hari kadar ke Brengsekannya malah semakin bertambah.
Eunha sudah cukup sabar selama ini. Hingga sekarangpun ia masih tetap berusaha untuk bersabar sambil merapalkan doa dan meyakinkan diri sendiri, menguatkan hati hanya perlu sedikit lagi. Sabar sedikit lagi semua akan berakhir. Namun kenyataannya berbeda dari apa yang Eunha pikirkan, nyatanya hati sungguh tidak mendukung dengan kinerja otaknya yang menyuruh untuk bersabar sedikit lagi.
Hati Eunha sudah terlampau perih amat perih. Menyesak dada hingga ke paru-paru. Dan sampai akhirnya jari Eunha mengetikan sesuatu yang dirinya sendiri yakini. Kalau setelah ini akan ada hati yang merasa sakit dan terhina.
[ Sudah puaskah bermain main dengan Tunanganku, Jihan? kurasa tidak perlu ditanyakan perihal ini bukan? Berhentilah menempeli calon suamiku! Seperti lintah yang haus akan darah. ]
[ Kau pasti terkejut bagaimana aku bisa tahu kelakuan Jalangmu yang dengan suka rela mengangkang untuk Jungkook! Meski tidak dengan suka rela karena kau melakukannya untuk mendapatkan uang Tunanganku! ]
[ Tidak perlu memikirkan dari mana aku tahu. Yang pasti aku mengetahui bagaimana mimik mukamu menikmati penis Calon Suamiku dengan mulut kotormu! Tipikal Jalang murahan. Lintah pengisap penis sepertimu ini memang selayaknya di basmi. ]
[ Stop merampas yang bukan hakmu! Karena aku muak jika harus terus mengalah dan pura-pura tak tahu. Dan jangan merasa jika Jungkook milikmu sehingga Kau merasa bebas memonopoli dirinya! ]
***
"Kenapa melamun Hanie.hm?" Jungkook melingkarkan tangannya di sisi pembatas balkon. Dan wanita itu terkesiap saat suara serak milik Jungkook mengalun di sekitar telinganya.
Tadi setelah Jihan melihat Jungkook menutup pintu kamar mandi, Jihan mengecek beberapa pesan yang belum sempat dia baca. Tungkainya perlahan membawa dirinya menuju balkon, napasnya memburu seolah sesak dan sulit untuk menghirup udara. dadanya sakit namun bukan sakit yang benar-benar sakit seperti itu. Jihan sakit membaca pesan dari Eunha, harga dirinya seperti di injak-injak. Sekalipun dia sadar diri sejak saat dia memutuskan untuk tetap bertahan disisi Jungkook, harga dirinya sudah tidak lagi ada.
"Apa yang sedang kau pikirkan, Jihan?" Jungkook membalikan tubuh Jihan agar dapat menghadap padanya. Jihan hanya diam memandangi Jungkook, dia jelas tidak ingin mengatakan apapun pada Jungkook. Sampai kedua lengan itu merengkuh tubuhnya dengan erat, " Sweety, Tidak jadi memesan delivery?"
" Astaga! Aku lupa. Kau sudah lapar ya? tunggu sebentar, aku pesankan sekarang." Jihan melepas tangan Jungkook yang berada di perut ratanya. Berjalan masuk mengambil ponselnya, setelah ada suara yang keluar dari benda pipih itu, Jihan berjalan kearah lemari dengan bibir yang mengatup dan terbuka.
Tangannya dengan asal mengambil satu kaus polos kebesaran milik Jungkook, tidak sampai lutut hanya sebatas paha bisa dibilang cukup kalau hanya sekedar menutupi pantat sintal Jihan. Jangan lupakan presensi Pria yang masih memakai bathrobe biru dongker dengan rambut yang sudah tertata rapih. Menyungingkan senyum meski kelewat tipis, entah mengapa pria itu senang melihat wanitanya lebih suka mengenakan kaus miliknya walaupun hanya di dalam apartemen.
Namun saat pikiran di penuhi presensi Jihan. Ponselnya berbunyi dan itu sukses membuat alisnya menukik ke atas saat layar ponselnya menunjukan nama si pemanggil.
[ ]
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRETS [M]
RomanceTerlampau naif untuk Jihan menolak , Juga teramat bodoh jika Jihan menerima Tawaran untuk menjadi Wanitanya dengan embel-embel kehidupan yang mewah serba berkecukupan. Tanpa sadar Jihan telah masuk kedalam neraka yang menjanjikan nya surga dengan se...