Senang rasanya bisa kembali menjadi diri sendiri
Meskipun suatu luka meninggalkan jejaknya
Tapi apalah daya
Dia akan terus ada tanpa memihak jarak dan waktu
Ambil saja hikmahnya
Dan simpan maknanya
Tak usah di tangisi
Nanti juga pergi sendiri
Titip hati ini ya20 Maret 2020,
AngkasaPukul 09.30
Sebentar lagi mata kuliah akan di mulai.
Dan aku harus meminta kak Kerta untuk mengantarkan ku ke kampus sekarang juga.Sebelum aku memintanya, "Yuk? Nanti kamu telat" dia sudah berada tepat dibelakang ku dan membuat ku sedikit terkejut.
"Eh kakak, baru aja Puput mau ke kamar kakak" seperti biasanya, kak Kerta seringkali menjadi Pak Tarno yang bisa tiba-tiba muncul dimana saja dan kapan saja.
Jarak dari rumah untuk bisa sampai ke kampus ku, kira-kira membutuhkan waktu sekitar sepuluh hingga lima belas menit jika menggunakan kendaraan.
Karena aku sendiri tidak terbisa datang terlambat, makanya aku harus sampai sebelum waktunya tiba. Aku tidak pernah ingin mengambil resiko dengan berangkat di sepuluh atau lima menit terakhir saat jam masuk kuliah. Kecuali memang kepepet.
Oh ia, aku kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta, nama kampus nya adalah kampus Cahaya Bangsa, disana aku mengambil jurusan bahasa Indonesia, dan sekarang aku duduk di semester dua.
Drrtttt... Drrtttt...
"Tuh hp nya bunyi, cek dulu aja. Siapa tau itu temen kamu" kata kak Kerta mengingatkan.
Ternyata benar, ini pesan masuk dari Clara, satu-satunya sahabat di kelas ku.
Clara "Cha, nanti ke kelas bareng ya, kalau kamu udah sampe, jangan lupa kasih tau"
"Oke Ra" Balas ku singkat.
Saat itu juga aku dan kak Kerta berangkat ke kampus menggunakan motor kesayangannya.
Sesampainya di kampus, ternyata ku dapati Clara sudah berada di depan gerbang sedang menunggu ku. Ntah lah, aku jadi bingung karena dia sampai segitunya mau masuk kelas bersamaan. Padahal kan biasanya dia selalu titip bangku paling belakang. Alasannya karena selalu grogi jika dekat-dekat dengan bangku dosen. Apalagi jika dosennya adalah dosen muda, atau juga baru menjabat sebagai asdos alias asisten dosen.
"Eh Ra, dari tadi?" Sapa ku menduga-duga.
"Enggak ko, baru aja" jawab Clara, hari ini dia sedikit menatap ku aneh karena mungkin dia tidak biasa melihat ku di antar kan seseorang sampai ke gerbang kampus.
Kak Kerta membantu ku melepaskan helm. Dan selang itu langsung berpamitan pulang, dari ucapannya kakak itu seperti menyadarkan Clara dari lamunannya "Hati-hati ya put, nanti kalau udah beres jam kelasnya, kabari kakak lagi"
Sekarang kakak menoleh pada Clara sambil tersenyum "Titip Puput ya, dia baru sembuh"
"Acha?" Tunjuk Clara memastikan bahwa Puput adalah Acha juga.
"Yah, titip Acha" kata kakak memastikan.
"Oh Iyah, pasti" jawab Clara dengan kaku.
Sebenarnya, aku biasa di panggil Puput jika dalam lingkup keluarga saja, namun saat diluar, sapaan itu berubah menjadi Acha sebutan dari Angkasa. Tapi bagi ku keduanya sama saja, artinya aku memiliki nama sapaan akrab keluarga dan teman-teman.
"Cie cie... punya gebetan baru nih. Atau jangan-jangan udah jadian? Kok kamu ga bilang-bilang si Cha? Tapi serius, dia ganteng banget. Hebat juga ya, seorang Acha bisa membuka hati. Katanya ga percaya sama laki-laki" tidak tahu apa yang sudah memasuki Clara, sejenak dia terdiam melamunkan sesuatu. Dan sekarang, dia seperti tersambar makhluk tidak kasat mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story' Of Angkasa
Teen FictionPutri Angkasa atau yang biasa disapa Puput atau Acha adalah seorang gadis remaja namun tetap menjadi putri kecil untuk kedua Kaka laki-lakinya. Sedari kecil, Acha selalu menunggu sahabat kecilnya yang bernama Putra Bagaskara untuk kembali setelah di...