[32] Tersisa

19 0 0
                                    

"Tak banyak waktu yang tersisa, tapi jika aku masih tahu esok lusa aku masih ada, aku akan melakukan apapun yang aku bisa"

Angkasa

Saat pertama aku membuka mata, yang pertama aku lihat adalah ayah dan Putra. Mereka berdua ada di ruang rawat ini.

"Ayah? Yah?" Aku memegang tangan ayah

"Kenapa sayang?"

"Ayah... Cakra mana?" Kataku menanyakan seseorang yang sama sekali tidak terlihat di ruangan ini.

"Emm..." ayah terlihat kebingungan saat menjawabnya.

"Ayah?" Aku bertanya lagi pada ayah.

"Kan disini ada aku Put, kenapa tanya Cakra?" jawab Putra sedikit meninggikan suara.

"Badan kamu panas, ayah panggilkan dokter dulu buat kamu, yah" Ujar ayah yang semenjak aku bangun tidur tidak berhenti memperhatikan kondisiku.

Sekarang di ruangan ini tertinggal aku dan Putra "udah dong Put, dari tadi kamu ngigo terus panggil-panggil Cakra. Kamu ga ingat apa? yang udah bikin kamu sampe kayak gini siapa? Cakra Put. Tapi sekarang kamu malah nyari-nyari dia yang udah jelas ga ada disini buat kamu" Jelas Putra membuatku tidak memperdulikan perkataannya, karena aku hanya ingin Cakra ada disini.

"Put? Kamu ga bisa lihat apa? aku ada disini buat kamu, selalu jagain kamu" tambah ia sekali lagi, namun aku tetap memalingkan wajahku padanya.

"Putri!" Seru Putra Sambil memegang tanganku.

"Lihat aku?" Tegasnya.

Aku tetap tidak membalas tatapannya, hingga dia memanggil namaku dengan sebutan yang lain.

"Acha?!"

Baru pertama kali ia memanggilku dengan sebutan yang biasa Cakra berikan padaku. Hal itu secara langsung mengalihkan perhatianku penuh padanya.

"Apa yang salah sama aku? Coba kamu jelasin sekarang? Kok tiba-tiba sikap kamu berubah semenjak ketemu Cakra tadi, dia bilang apa aja sama kamu?" Tanya Putra menuntut.

Aku melepaskan tanganku kuat darinya "harusnya aku yang tanya sama kamu, kenapa kamu ga pernah ngasih kesempatan buat adik kamu sendiri untuk ngejelasin semuanya. Terus kenapa kamu selalu bilang kalau dia itu yang selalu membuat aku celaka?!" Kata ku sedikit membentak.

"Emang bener kenyataannya kayak gitu, Put"

"Iyah bener, kamu emang selalu bener untuk membuat aku berprasangka gabaik tentang dia!" balasku menyinggung.

"Kamu kenapa si Put?"

"Aku kecewa tau ga sama sikap kamu!"

Tak lama datang ayah dan seorang dokter, tapi dokter itu bukan dokter Anna.

"Om, Putra keluar dulu" ujar Putra keluar ruangan dengan tergesa-gesa.

"Iyah nak, makasih udah mau jagain Puput yah" Jawab ayah dengan lembut tanpa merasa curiga.

Putra mengangguk dan keluar ruangan dengan sedikit kessal. Setelah itu aku ditangani oleh seorang dokter laki-laki seusia ayah.

"Pak? Bisa ikut saya sebentar?" Tanya dokter pada ayah meminta sedikit waktu.

"Boleh dok," ayah menoleh kearah ku "Put? Ayah panggil kakak kamu supaya bisa jagain kamu yah"

"Ya ayah"

Tak lama, ayah dan dokter keluar dan kak Elang masuk.

"Put?"

"Kenapa? Kok muka nya ditekuk gitu?" Tanya kak Elang yang baru masuk dan langsung menanyakan ekspresi wajahku.

Story' Of AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang