[7] Pulih dari Peluh

55 4 0
                                    

Ada saatnya seseorang letih dari segala situasi hati
Ada saatnya seseorang luka karena lama memendam duka
Ada saatnya seseorang patah karena sebuah masalah
Tapi diam bukanlah sebuah jawaban
Seseorang harus mampu berdiri di kakinya sendiri

Angkasa🌻

Pagi ini aku terbangun tepat pukul tiga pagi tanpa alarm ataupun yang membangunkan. Di jendela tertutup tirai putih, kulihat cahaya malam akan segera berganti ke pagi, cahaya lampu tidur di samping ku masih menyisakan keredupan.

Aku haus, tenggorokan ku kering. Tapi di jam jam seperti mana mungkin aku membangunkan yang lain. Aku coba menggerakkan kedua kaki ku ke lantai. Dan aku mulai berjalan. Meski masih sedikit lemas, tapi setidaknya ini lebih baik dari semalam. Aku mencoba hati-hati dan secara perlahan membuka pintu agar tidak membangunkan yang lainnya.

Letak dapur tepatnya berada di sebelah kiri kamar dekat ruang makan. Ketika aku mulai menuju dapur tiba-tiba terdengar suara seseorang. Tidak lain dan tidak bukan, dia adalah orang yang sama yang memanggilku di siang tadi.

"Dek? Mau kemana?"

Aku sontak kaget karena menemukan kak Kerta yang sepertinya menunggu ku semalaman di depan kamar ku. Aku langsung menoleh ke sumber suara itu.

"Kaka.. kok ada di sini?" Tanya balik ku.

"Kamu mau makan?" Ucap kakak memandang penuh penasaran disela-sela rasa kantuknya.

"Enggak kak, Puput cuman haus aja"

"Kenapa ga minta bangunin kakak aja atau yang lainnya? Kan kita bisa ambilin tanpa kamu harus pergi sendiri, kalau kenapa-kenapa gimana?"

"Aku udah kuat ko kak, nih buktinya" Jawab ku sambil tersenyum ingin meyakinkan.

"Udah-udah, biar kakak aja yang ambilkan, kamu duduk di sini" kata kakak yang setengah mengantuk itu memaksakan untuk berdiri untuk mengambilkan minum dan menggiring ku ke sofa.

Aku pun duduk tanpa berbalas ucapan kakak, dia langsung pergi ke dapur. Sambil terduduk aku pun lagi-lagi terdiam memikirkan kakak yang mungkin tidak bisa tidur nyenyak semalaman. Ku kira setelah tadi malam kakak melihat ku tidur, kakak benar-benar tidak khawatir dan pergi istirahat di kamarnya. Aku salah, harusnya sudah ku duga bahwa kakak akan melakukan hal lebih untukku. Apalagi melihat kondisi kesehatan ku yang seperti ini.

"Mikirin apa si? Ada tugas buat besok? Terus Kamu yakin besok mau masuk kampus? Ya udah nih, minum dulu"

Kakak memberikan ku segelas air putih. Dan aku langsung meminumnya. Tenggorokan ku jadi lebih baik.

"Makasih kak"

"Iyah, kamu yakin besok kuat masuk?" Kakak bertanya hal yang sama.

"Iyah insyaallah kak, besok kan Puput berangkat siang, jadi bisa istirahat di pagi harinya"

"Ya udah besok kakak anterin kamu ke kampus. Dan... jangan menolak" Tegas kakak.

Aku hanya mengangguk.

"Ya udah, masuk ke kamar lagi. Nanti kakak temenin, siapa tau nanti kamu butuh sesuatu lagi"

"Eh, enggak usah kak serius, aku udah baikan. Kakak pasti capek, kakak juga kan punya kegiatan. Ga usah yah"

"Kamu tuh kayak ke siapa aja si, kakak kan kakak kamu, udah ga usah bawel dulu. Yuk, coba kakak pengen lihat kamu jalan"

Dan akhirnya aku pun mengiyakan kembali perintah tuan tampan nan baik hati ini.

Aku kembali ke kamar, meski kantuk ku sudah hilang, aku memaksakan untuk tidur dengan harapan esok sudah pulih dan aku tidak merepotkan kak Kerta.

Aku sudah berbaring di kasur namun belum menutupkan mata. Dan kak Kerta, dia mengambil kursi lalu duduk di sebelah ku. Dia juga malah menatap ku bukannya melanjutkan mimpinya.

Story' Of AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang