[10] Naira Safwana Prasetyo

75 4 0
                                    

Jika nama itu adalah doa
Maka setiap langkahku adalah harapan
Setiap nafasku adalah permohonan
Yang akan tumbuh dan memunculkan keajaiban
Itu kata mereka
Kata orang tua
Yang hampir tidak bisa tidur nyenyak karena memikirkannya
Memikirkan setiap kata
kata apa yang bermakna untuk hidup kita di dunia

Bandung, 23 Maret 2020
Angkasa

Semalaman, kita tim sukses THE FIRST GROUP ramai berbincang, berdialog, bercanda dan berkarya. Tidak habis pikir, ternyata ditengah-tengah obrolan kita. Antara aku dengan Clara ada seseorang yang mulai membuka dirinya. Seorang teman lama yang belum pernah kita kenal sebelumnya.

Setiap orang pasti punya kenyamanannya tersendiri tentang bagaimana dia berteman dan berinteraksi. Aku dan Clara termasuk tipe-tipe orang yang terbuka pada siapapun, yang ingin membuka dirinya untuk kita. Kita tidak pernah memandang apakah itu cewek atau cowok, kaya apa enggak, tenar apa biasa aja atau yang lainnya. Tapi! Kadang kita suka gengsi temenan sama yang lebih genius daripada kita. Bukan merasa tidak satu level si, tapi ga PD aja. Padahal kami juga termasuk mahasiswa yang kadang-kadang. Kadang rajin, kadang PW, kadang PA, kadang juga tertutup. ya sesuai situasi dan kondisi.

Setelah malam itu berlalu. Besoknya kita masuk kampus mulai jam delapan pagi. Namun enaknya, hari ini kita-kita hanya belajar satu mata kuliah saja sampai jam 10 pagi. Belajar layaknya sekolah dasar, tapi mungkin nama yang lebih cocok adalah TM alias taman mahasiswa... eh, sudahlah.

Sesuai perjanjian kita kemarin malam, tim sukses akan mengerjakan tugas dari pak Dosen killer di rumah ku.

Di kelas

Tapi sebelumnya, sedari tadi pagi, aku tidak melihat keonaran yang dibuat Clara. Hari ini dia hanya terlihat diam-diam saja, kalau di tanya jawab, kalau enggak ya tidak berkata.

"Ra?" Tanya singkat ku memastikan bahwa dia baik-baik aja.

"Hmmm.." jawab Rara yang yang tidak menoleh ku sedikitpun. Dia hanya mencoret-coret buku bindernya tanpa tujuan.

"Kamu sakit Ra? Sakit apa? Jangan bilang kalau kamu sakit hati. siapa Ra? Siapa yang udah buat kamu begini? Bilang sama Acha! Biar Acha yang basmi!" Tanya ku tuntut menggelegar, seperti pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan kak Kerta kepadaku.

"Apaan si Cha?!" Jawab Clara sedikit membentak.

"Apaan si Ra?" Tanya ku balik "Kamu marah sama aku?"

"Enggaaaaak!" Tegas Clara namun sepertinya dia memang sedang ada masalah.

"Ya udah senyum dong. Kusut banget kayak baju ga pernah disetrika" goda ku berharap hatinya akan cepat melerai.

Rara terpaksa nyengir paksa dihadapan ku.

"Nah gitu dong, tapi udah kali nyengirnya Ra, kering tau. Bukan iklan odol juga. Yu berangkat sekarang ke rumah aku, kita ngerjain tugas. Bawa kendaraan gak?"

"Gak!" Jawab Clara masih judes.

"Ya udah kita naik kendaraan umum aja bareng-bareng" Ucapku pada Clara menanggapinya dengan sabar.

"Nay! Yu berangkat sekarang, kita pake angkutan umum aja. Deket ko dari kampus"
Ajak ku lagi pada Naira.

"Yuk" Kata Naira sambil membereskan buku dan tas nya.

"Ayo Raraaaaa, kenapa si ni anak. Mau ikut gak?" Bujuk ku menarik tubuhnya yang masih lemas.

"Ya udah kita tinggalin aja, yu Nay" Ajak ku pada Naira menghiraukan Clara.

Story' Of AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang