[27] Putra bukan Cakra

43 1 0
                                    

"Dua takdir yang berada di satu tempat yang sama, tidak akan menjadi apa-apa saat kita tahu apa alasan dibaliknya"

Angkasa

Dan, putra kandung Ibu tiri dari papah yang aku maksud itu adalah" Putra menghentikan perkataannya, seolah ada sesuatu yang sangat berat untuk dia akui.

Aku masih setengah syok mendengar penjelasan seorang pria yang mengaku dirinya adalah Putra teman kecilku dulu.

Aku sungguh tak habis pikir dengan semua kejadian yang telah terjadi padaku, pada Cakra, pada Putra bahkan pada cerita kita bertiga.

"Apa ini semua permainan yang sengaja dibuat oleh Cakra dan Putra untukku? Sampai-sampai aku tidak bisa membedakan sifat dan karakter mereka berdua secara sekaligus. Aku harus meminta penjelasan langsung darinya." Batinku merasa bahwa semuanya tidak benar.

"Jadi maksud kamu? orang yang selama ini datang ke rumah sakit, yang selama ini bermain karakter sebagai Peterpan, yang ayah marahi habis-habisan, yang memberikan aku permen lollipop, memberikan aku surat, yang menghiburku, yang menyuapiku sarapan tadi pagi dan, dan yang mengajak langsung aku ke tempat ini adalah..." Kata ku menghentikan dugaan, karena sekarang aku belum siap menerima kenyataan.

"Iyah, dia adalah Cakra. Saudara tiri ku. Dan dia ada di belakang kamu sekarang" jawab Putra membuat aku terkejut dan menutup mulut yang menganga rasa tidak percaya.

"Apa?" Kata ku menatapnya prustasi. Aku langsung menoleh kearah belakang, dan benar saja. Cakra ada disana, dia berdiri di tepi danau dengan wajahnya yang lemah sedang melihat aku dan Putra di ujung jembatan.

"Maaf sebelumnya Putri, aku tidak berniat membohongi kamu dengan mengirim Cakra kepadamu," jelas Putra meyakinkan.

"Jadi semua ini?" Tanyaku beralih menatapnya kecewa dan melepaskan kasar genggaman tangan Putra dari tanganku. Karena aku sungguh tidak percaya dia melakukan hal seperti ini.

"Ak, aku bisa jelaskan Put. Aku bakal ceritakan semuanya dari awal" ujar Putra terus membujukku, tapi rasa kecewa yang baru aku dapatkan darinya, tidak sedikitpun aku ingin mendengar penjelasannya.

"Penjelasan apa lagi maksud kamu? Aku menunggu kamu selama sepuluh tahun lamanya, Putra. Dan sekarang, kamu datang dengan rencana yang tidak bisa aku terima, kenapa kamu melakukan ini? Kenapa kamu tidak langsung datang menemuiku? Kenapa kamu tidak jujur dari awal? Dan kenapa kamu memberikan semua harapan yang aku miliki untuk kamu ada di dalam diri Cakra? Hah? Kenapa?" Kata ku beruntun mencecar Putra dengan semua pertanyaan yang sudah ada dalam benak dan pikiranku sejak lama, sejak aku menaruh banyak harapan pada diri Cakra. Aku tak menduga dia melakukan semuanya tanpa bisa aku curigai sedikitpun.

"Oke. Oke, kamu tenang dulu Putri. Aku udah minta maaf sebelumnya sama kamu, tapi ini bukan kemauan aku, Put?" Tambah Putra membuat aku menggeleng-gelengkan kepala tidak percaya.

"Terus semua ini kemauan siapa? Kemauan Cakra maksud kamu? Bahkan, dia aja tidak pernah tahu tentang aku?" Desak ku memaksa Putra menjawab kekeliruannya.

"Yaa, karena aku tidak bisa langsung datang menemui kamu Put, disini aku di ajak papah bekerja, aku diperintahkan papah buat mengenal semua urusan-urusan kerjaannya" timpa Putra membuat aku semakin tidak mengerti semuanya.

"Masalah pekerjaan kata kamu? Barusan kamu bilang sama aku, kamu jauh-jauh datang kesini hanya buat nemuin aku, kamu bilang kita bakal lanjutin semua mimpi-mimpi kita yang tertunda" ujar ku kesal memukul dadanya kuat.

Mataku mulai berkaca-kaca, rasanya mimpi yang aku lihat tadi siang adalah pertanda tidak baik. Semua ini sangat diluar dugaanku, aku juga tak bisa menyangka bahwa Putra akan menjelaskan dua pernyataan berbeda dalam waktu yang berdekatan. Mungkin wajah dia tidak jauh berbeda dari saat dia kecil. Namun setelah kita dipertemukan kembali, sikapnya sangat jauh berbeda dari yang aku harapkan.

Story' Of AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang