Menunggu
Itu hanya jadi salah satu alasan kenapa aku masih bertahan
Tak ada hal lain yang bisa aku lakukan
Dan bukannya aku tak mau atau tak mampu
Mungkin ini sudah menjadi jalan dan juga takdir kuAngkasa
Selesai dialog di sore itu. Kini giliran malam yang menyisakan kesunyian ditemani keredupan. Malam bilang, kini waktunya istirahat. Tidurlah sampe kamu terlelap. Besok barulah kamu bangun, pagi hari bukan lagi waktunya bermimpi, tapi waktunya untuk mewujudkan impian.
Setelah banyak berbincang dengan kakek, aku pun pergi ke kamar yang biasa di tempati ayah dan ibu saat berkunjung ke rumah ini. Disini banyak sekali kenangan-kenangan keluarga, ada foto-foto aku dan kakak saat masih kecil, foto ibu waktu dulu, dan banyak sekali foto-foto almarhumah nenek. Kakek dulu adalah seorang prajurit negara. Kakek sempat bercerita jikalau nenek sudah menemani kakek disaat mereka masih duduk di bangku sekolah, mereka dulunya adalah sahabat, dan bahkan sampe maut memisahkan. Nenek sangat penyayang sama seperti kakek, jika dia masih ada, nenek selalu mencubit hidung ku dan hidung kakak-kakak ku setiap kami berkunjung ke sini. Nenek sudah menjadi ibu kedua untukku.
"Oh ia, mentari?" Aku tiba-tiba saja teringat sesuatu.
PR dari kak Elang, sepertinya belum aku selesaikan. Waktu itu kak Kerta juga membantuku, dan tadi sore kakek pun membahasnya. Sepertinya aku mulai mengerti apa yang dimaksud kak Elang. Aku akan menyimpulkan nya sekarang, sebelum aku lupa. Waktu itu aku menuliskan nya di buku diary.
Sekarang akan ku ambil buku diary itu di tas. Aku mencoba untuk mengambilnya, "Lho lho.. bukunya mana ya?, Kok ga ada. Perasaan, tadi sebelum berangkat ke kampus, aku bawa bukunya dan langsung di masukkan kedalam tas"
"Kemana ya? Akan ku cari lagi. Mungkin ga ya terselip di buku buku yang lain." Tapi tidak ku temukan juga.
Aku mulai panik disaat aku tidak menemukannya. "Aduh gimana ini, disitu kan banyak banget catatan-catatan yang belum aku selesaikan" aku merenung mencoba mengingatnya lagi.
Tapi karena kepanikan ku, aku tidak bisa berpikir jernih. Alhasil aku mulai tak bisa menahan air mata ku yang mulai berkaca-kaca. Buku itu sangat berharga, ga mungkin aku menghilangkannya begitu saja. Akan ku cari di ruangan bawah, barangkali tadi aku sempat lupa mengeluarkannya.
Aku mulai menyusuri setiap ruangan, setiap sudut-sudut yang sempat aku hampiri saat mengobrol dengan kakek.
Tapi hasilnya nihil, bukunya benar-benar hilang.
"neng... kamu cari apa malam malam gini?"
Aku memeluk kakek, aku sungguh sedih dan kecewa tidak bisa menemukan buku diary ku. Air mataku tak bisa ku tahan lagi.
"Kek.. Puput ngilangin buku diary Puput, Puput udah cari-cari tapi ga ketemu. Gimana ini kek? Puput teledor" Aku mengadu dan menangis pada kakek. Hatiku sangat terpukul.
"ish ish, udah-udah. Kamu nya jangan nangis dulu, mungkin kamu hanya lupa menyimpannya dimana. Coba pelan-pelan ingat lagi, tenang, biar kamu bisa berpikir. Kamu duduk dulu disini ya, kakek akan ambilkan minum" ujar kakek berusaha menenangkan ku.
Aku ini termasuk orang yang over thinking, segala macam hal yang belum terjadi bahkan sering dibuat panik.
"Ini minum dulu, coba ingat-ingat lagi tadi kamu kemana aja, kapan kamu mengeluarkannya dan dimana?"
Aku mengikuti saran kakek, aku coba ingat-ingat lagi. Seingat ku, tadi aku hanya membukanya saat membuat plane paper di kelas, tapi saat itu aku masukkan lagi ke dalam tas. Lalu, aku memutuskan untuk pergi ke rumah kakek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story' Of Angkasa
Teen FictionPutri Angkasa atau yang biasa disapa Puput atau Acha adalah seorang gadis remaja namun tetap menjadi putri kecil untuk kedua Kaka laki-lakinya. Sedari kecil, Acha selalu menunggu sahabat kecilnya yang bernama Putra Bagaskara untuk kembali setelah di...