"Happily Ever After"Tiba-tiba pedanan kata tersebut terngiang dalam benak Wendy. Gadis itu teringat akan Wendy kecil yang naif, yang disetiap malamnya dipenuhi oleh dongeng pengantar tidur. Dongeng yang selalu saja mempunyai akhiran kata serupa yakni,
"Happily Ever After".
Klise.
Itu pemikiran Wendy sekarang, namun tidak saat dulu.
Wendy kecil yang dulu selalu terbuai dalam lamunannya, membayangkan akan bagaimanakah hidupnya yang akan ditemui dan dijalaninya kelak.
Kapankah semua kebahagiaan itu akan menghampirinya?
Apakah dia akan bertemu pangeran tampan berkuda putih?
Apakah dia akan diselamatkan oleh Pangeran yang menaiki kuda tersebut?
Mungkin saja, jikalau waktu dipercepat ke masa kini, dia akan lebih memilih pangeran bermobil dibandingkan dengan berkuda.
Lalu, apakah pangeran tersebut akan melamarnya?
Hingga menikah dengannya?
Banyak sekali skenario yang terbesit di benak kecilnya.
Namun, poin yang terpenting adalah,
apakah pada akhirnya Wendy akan dapat merasakan apa makna dari satu penggalan kata tersebut?
Delapan belas tahun kemudian, tepatnya diusia Wendy yang menginjak angka 25 tahun.
Di sini lah Wendy, merasakan akhiran kata yang berbeda, bukanlah Happily Ever After yang dia rasakan, namun kata The End.
Karena semuanya ternyata hanya menjadi ilusi semata.
Wendy yang naif sudah lama menghilang. Kini dia tersadar, bahwa kadang hidup tidak akan selalu berjalan seperti apa yang dia rencanakan terlebih sesuai dengan yang dirinya inginkan.
Oh sialnya ...
Semesta sepertinya memang senang sekali mempermainkan hidup Wendy.
•
•
•
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring in Me
FanfictionMenjadi seorang "Surrogate Mother" tentu bukanlah suatu akhir cerita yang diimpikan oleh seorang Wendy Son ... "Happily Ever After" Tiba-tiba pedanan kata tersebut terngiang dalam benak Wendy. Gadis itu teringat akan Wendy kecil yang naif, yang dise...