Seoul
04.00 PM KST
2019 Juni 20Semburat warna kejinggaan khas senja mulai menghiasi langit kota Seoul. Di ufuk barat, mentari mulai bergulir bak tertelan oleh horizon, menandai telah usai tugasnya pada hari ini. Kilaunya terlekfleskikan pada kaca jendela mobil mereka yang tengah melaju menuju Gimpo Airport.
Namun, semburat kejinggaan tersebut mulai berubah sendu tatkala tergantikan oleh arakan awan kelabu yang mulai mengelabui warnanya. Diiringi oleh jatuhnya rintik demi rintik buliran air hujan yang terjun bebas dari angkasa, seakan berlomba siapa yang paling cepat dapat menyentuh lapisan bumi. Suara derunya pun tak absen terdengar berjatuhan membasahi setiap lapisan luar mobil mereka.
Sedari tadi, Wendy kalut dalam renung, tanpa terusik barang sedetik pun, bahkan oleh kilatan petir yang saling sahut menyahut menyambar cakrawala sekali pun.
"Seungwan..."
"Sayang..."
"Seungwan, sayang..."
Kata tersebut kian lama makin menghantui diri Wendy, sebab sedari tadi untaian demi untaian kata yang serupa itu, seakan bertahta dalam ucap yang berasal dari mulut Park Chanyeol. Sebenarnya tak mengapa, hal tersebut bukanlah suatu masalah besar, bukan? Bahkan seharusnya Wendy patut bersyukur karena artinya Chanyeol bisa memainkan perannya dengan baik.
Akan tetapi, bukan mengenai bermain peran yang kemudian mengusik benaknya, melainkan entah mengapa ucapannya tersebut menjadi masalah sendiri bagi Wendy yang sedari tadi terus merasakan eksistensi rasa geli tak tertahankan di dalam tubuhnya, terutama pada bagian perut dan dadanya. Wendy pun tak dapat menyangkal bahwa kali ini, rasa sensasi geli itu bukanlah disebabkan oleh Lulu dan Lala atau masalah di dalam pencernaannya. Namun... Apabila harus berkata jujur, Wendy merasakan perasaan tersebut dalam satu ruang di relung hatinya yang sudah lama tak terjamah.
Rasanya cukup aneh.
Aneh memang aneh.
Seperti ada satu kekuatan yang mulai memompa aliran endorfinnya untuk melesat cepat kemudian memenuhi setiap inci dalam tubuhnya. Rasa itu, terlukis dari dadanya yang kempang-kempis demi menarik dan membuang nafas, mengembung dan mengempis dengan ritme yang tak karuan. Belum lagi semburat merah muda menutupi rona pipinya yang padahal telah dia hias hari ini dengan blush on merk etude house berwarna peach. Namun sekarang warna pipinya tersebut malah berubah, memerah merona senada dengan bibirnya yang terhiasi oleh matte chick lip lacquer berwarna seulgiroun burgundy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring in Me
FanficMenjadi seorang "Surrogate Mother" tentu bukanlah suatu akhir cerita yang diimpikan oleh seorang Wendy Son ... "Happily Ever After" Tiba-tiba pedanan kata tersebut terngiang dalam benak Wendy. Gadis itu teringat akan Wendy kecil yang naif, yang dise...