Menjadi seorang "Surrogate Mother" tentu bukanlah suatu akhir cerita yang diimpikan oleh seorang Wendy Son ...
"Happily Ever After"
Tiba-tiba pedanan kata tersebut terngiang dalam benak Wendy. Gadis itu teringat akan Wendy kecil yang naif, yang dise...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
*Note: Tolong perhatikan Time Stampsnya yah guys :)
***
Dalam berbagai macam dongeng fairy tale pengantar tidurnya, mayoritas, seorang wanitalah yang selalu duduk bertengger dalam tahta pemeran utama. Seakan semesta berpusat hanya padanya.
Namun, ada hal yang tetap saja sampai saat ini masih menganggu pikirannya, mengapa mereka selalu dikaitkan dengan kelemahan.
Apa mungkin salah satu penyebabnya adalah karena pengaruh sistem patriarki yang masih sangat mengakar pada saat itu?
Sebuah frasa yang berbunyi Damsel in Distress nyatanya melekat dengan keadaan para tokoh utama wanita tersebut.
Frasa
Damsel in distress
[ dam-zuh in dih-stres ]
Seorang wanita muda yang sedang ada dalam kesulitan, dengan implikasi bahwa wanita itu perlu diselamatkan, seperti oleh seorang Pangeran dalam dongeng.
What a bitter truth...
Suatu frasa yang benar-benar mengambarkan keadaan seorang Son Wendy sekarang.
•
•
•
Wendy selalu berusaha keras untuk menerima dan merasa cukup dengan apa yang hidup berikan padanya, meski terkadang rasa serakah dalam dirinya meronta minta untuk dipuasi.
Hidup nyatanya menawarkan banyak hal. Namun, hanya memberikan secuil baginya.
Karenanya, dia selalu berusaha keras dalam melakukan apapun. Kalau bisa dihitung, dari skala angka satu sampai sepuluh, tentu usaha Wendy selalu bernilai sembilan setengah. Tidak, tidak sepuluh, karena tidak ada suatu hal yang sempurna. Karena ia tahu, suatu kerja keras itu umpama sebuah akar, yang akan menumbuhkan pohon berbuah manis untuknya.
Sedari SMA, Wendy bekerja paruh waktu untuk menambah uang tabungannya. Memang kerja paruh waktu itu merupakan hal yang biasa dilakukan di Korea, hampir semua anak muda di sini pasti bekerja paruh waktu, mayoritas demi menambah pundi-pundi uang jajan. Tentu hal tersebut berbanding terbalik dengan Wendy, dia bekerja keras untuk menghidupi dirinya sendiri serta untuk menjungjung tinggi pendidikannya. Tapi kali ini, Wendy mengambil jalan pintas dalam mendapatkan uang.
Boleh saja hal itu dikatakan jalan pintas.
Tapi, tak ada yang menjamin bahwa jalan pintas itu akan berjalan mulus. Wendy tentu sudah berpikir ratusan kali hingga pada akhirnya dirinya dapat memutuskan untuk mejadi seorang Surrogate Mother. Banyak hal yang akan dia korbankan dalam memilih jalan ini. Mulai dari kuliah dan kehidupan sosialnya yang pasti akan terkena dampak perubahan yang besar.