11

10 2 0
                                    

Setelah Pulang diantar Pak Muji Cika melihat mobil papa nya berada di teras rumahnya. Cika bergegas masuk tak lupa ia mengucapkan Terimakasih kepada Pak Muji. Ternyata keluarga kecilnya sedang berkumpul dan duduk di sofa ruang tamu.
"Papaaaaa"teriak Cika histeris

"iya Dek, gausah teriak teriak papa masih bisa denger yaa" canda papa cika tak lain adalah Brahma.

"Papa Cika kangen, oiya oleh oleh nya apanih katanya Habis dari Bali island?"
Memang anak sialand Cika, bukanya bertanya kabar papanya Cika malah meminta oleh oleh tanpa dosanya.

"gue aja ga dikasi oleh oleh Dek"Cibir Arkan

"Mama juga ga dibeliin sama Papa kamu, mungkin papa kalian Lupa kalo dirumah punya keluarga" sahut Mama Cika yang melihat papanya sinis.

"Pak Trio, tolong bawakan kesini totebag dibagasi mobil" ucap papanya yang menelfon Pak Trio Sopir pribadinya.

Cika, Arkan dan Mamanya hanya menaikan bahunya acuh.
Pak Trio membawa totebag yang dimaksud tadi ke ruang tamu dan diberikan kepada tuannya, ia langsung menunduk hormat dan keluar.

"ini buka aja"intruksi papa.

Cika yang terlebih dulu membuka totebag
berwarna pink yang disodorkan papanya, seketika mulutnya membulat dan matanya berbinar karena menemukan kotak yang isinya kalung emas.
Begitu pula mamanya -Bella yang mengambil totebag berwarna navy yang isinya pun sama seperti putrinya  yaitu kalung emas.
Berbeda dengan Arkan, wajahnya berubah kesal dan mendengus. Ia melihat mama dan adiknya tersenyum bahagia dibelikan kalung yang kalian tahu harganya tidaklah murah. Dan apa sekarang, Arkan hanya di beri pie Bali dan kopi bali saja?

"Papa ngga adil ini, namanya pilih kasih!! Cika sama mama dikasih yang mahal aku cuma kaya gini?" cibir Arkan
Cika yang melihat kekesalan kakaknya otomatis tertawa terbahak bahak dan mendapat hadiah jitakan dari kalaknya.

"Kamu kan udah kerja kak, uang kakak  banyak buat beli rumah aja uang kakak masih ada. Itu pie sama kopinya mahal hlo, limited edision ga semua orang bisa beli tau Papa cuma ada sedikit " ucap papanya dengan bangga.

"iya deh iya deh terserah papa aja"ucap Arkan memutar bola matanya kesal.

"Kak minta pie nyaa" rengek Cika

"Ga mau ,wlee..." ucap Arkan langsung berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke kamarnya.

"Pah aku pengen pie nya kak Arkan"pinta Cika pada Papanya.

"Itu di bagasi masih banyak ambil aja dek, oiya nanti temen kamu juga jangan lupa dikasih"

Arkan yang mendengar itu berteriak kepada papanya dan diakhiri tawa dari keluarga kecilnya.

***

Cika pov

Hari setelah Papa pulang dari perjalanan bisnisnya gue langsung ketemuan sama tuh curut curut didepan buat ngasi oleh oleh. Kalo ga disuruh papa sih ogah, ia pengen dirumah bermalas malas ria dan maraton drama korea. Iya magang dan study banding udah selesai, dia sekarang disibukan dengan skripsinya. Setelah kejadian makan sama Danish yang berakhir keributan itu gue sama sekali belum ketemu Danish ataupun Gibran. Kalo bicara masalah Gibran entah apa yang dirasakan di lubuk hatinya sana, ia tau kemarin Gibran cemburu karena kedekatannya dengan Danish dan itu membuat Cika sangat senang entah apa yang membuat gue bingung dan pusing.
Gue lihat kedua temen gue udah didepan tempat yang gue duduki, masyaallah gercep banget klo soal kek gini.

"Cika mana oleh oleh nya" ucap kedua temannya berbinar.

"cielah kalo soal kaya gini aja lo pada gercep banget kalo gue minta tolong otw nya 5 jaman " protes Cika

"hehe" tawa kedua temannya tanpa dosa.

Gue ngasi 2 paperbag hitam ke curuts depan gue. Mereka langsung ngucap makasih sama gue eh bukan sama papa gue, dasar temen gitu amat kali ya.

"Eh iya gue denger lo makan bareng sana Danish ya?gimana uda di tembak?udah jadian kann?PJ lo jan lupaa!" Pertanyaan beruntun dari Killa.

"awas lo kalo ga kasih PJ kekita"tambah Aurora.

"Apasi!ga ada jadian jadian!"

"kok gitu? dia pengen friendzone? Lo jawab gimana?-Killa

"Kalian jangan Dukun ya please! dia ga nembak gue kok, dan liat gue ga mati kalo ditembak gue juga udah dikuburan kali" gue natap kesal kedua temen rese yang entah mereka dapat pemikiran kaya giru dari mana coba. Susah ya punya temen modelan kepo kuadrat gitu.

"Sumpah!?"pekik Aurora dan Killa.

Gue hanya mengangguk kesal meng iya kan.
Kita kembali ngobrol tentang cogan, kampus dan apapun itu lebih tepatnya banyak gosipnya.

"Gaess!!!!!!!"pekik Killa histeris

"apaan?kesupan mbak?" tanya gue asal.

"itu ..." tunjuk Killa pada meja yang tak jauh dari kita.

"Pak Tio Muda"
"Gibran"ucap gue lirih.

"Dia lagi ngapain ya kok sendiri, gue jadi pengen nemenin deh"

"iya nih Masyaallah tambah ganteng YaRob ciptaanmu"

"Makan nya elegan banget sumpah"

Terserah kalean mau ngapain, kelakuan temannya membuat Cika malu saja.
Gue masih ngelanjutin makan, gue orang yang ga bakal nyia nyia in waktu for makan.

"gaess!!!! Pak Tio Muda kaya mau kesini deh"
"iya Kil gue degdeg an jangan jangan kita ke gep liatin dia lagi"
"gamungkin"

"apaan sih kalian, gue udah selesai makan kuy pula-"ucapan gue tiba tiba terhenti oleh seseorang yang tak lain adalah G I B R A N sialand.

"Farasya.." ucap Gibran yang manggil gue dengan sebutan itu, gue males banget kalo dia masih manggil gue pake nama itu geli banget rasanya tau ga!!!
Dan gue liat temen gue syok dan melotot ke gue. Gue tau selama ini emang gue ga mau dipanggil itu dan gaada yang manggil gue dengan nama itu.

"Iya?"
Secepatnya gue harus rileks karena gue ga mau temen gue tahu kalo gue udah kenal Bos yang mereka banggakan.

"Aku mau bicara sebentar sama kamu, bisa kan?" Dia natap kedua temen gue dan mengisyarat kan kalo diusir bahasa kerennya disuruh minggat.

"Kami permisi Pak, Cika kita duluan"
Gue melotot tapi tidak digubris sama sekali sama mereka, WHAT THE HELL! dia lupa kalo gue udah kasi oleh oleh apa.
Gue sekali lagi berusaha rileks dan mulai menatap kedepan. Disana ada sosok laki laki tampan.




STAY HOME YA GAES :)

DEAR FARASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang