12

7 2 0
                                    

Di cafe yang biasa Cika dan teman teman nya datangi tampak dua insan yang sedang berhadapan tanpa ada yang membuka suara.Setelah kepergian temannya tadi Cika mengumpat teman temannya dalam hati. Dengan berakhir Cika berhadapan dengan pria berjas navy.
Cika hanya diam menatap kosong kedepan mungkin ia masih mengumpat temannya.

Merasa dihiraukan wanita didepannya, Gibran berusaha memanggil namanya sekali lagi.

"Sya.."
"Sya.."Ulangi Gibran yang entah sudah berapa kali.

"eh..maaf maaf"Ucap Cika canggung.

"Kemarin aku pengen ngobrol sama kamu tapi suasananya kurang tepat dan kamu juga belum cerita sama aku siapa cowok dicafe itu"

"Bukan urusan lo"sinis Cika.

"Cika kamu belum maafin aku tentang aku ke luar negeri?"

"ga usah sangkut pautin masalah yang udah selesai. Gue cuma kecewa sama lo kemaren udah ngelakuin sejauh itu sama temen Gue. Dan Gue ga suka."

Cika sudah memaafkan Gibran seperti halnya memaafkan kakak satu satunya. Tapi Cika sudah membuang perasaan suka atau pun sekedar perasaan teman. Mereka seakan orang asing yang baru pertama kali bertatap muka. Entah kenangan yang dulu mereka lakukan apakah tidak berbekas?Mungkin bagi Cika ia sudah melupakan semua itu entah apakah Gibran masih mengingingat dan menyimpan semuanya, entah lah hanya Gibran dan Sang Kuasa yang berhak mengetahuinya.

"Oke aku minta maaf karena ganggu kalian makan tapi aku --- cemburu "Gibran tak berani mengatakan bahwa ia sedang cemburu melihat Cika dengan pria lain. Hanya bisikan darihatinya saja yang mengatakan bahwa ia benar sedang cemburu.

"udah kan? gue maafin. permisi!" sinis Cika yang langsung pergi dari hadapan pria didepannya. Terlihat tidak sopanmemang tapi entahlah Cika tidak mau berlama lama berdekatan dengan pria itu, dengan kata lain dia tidak mau mengenal lagi pria itu. Walau hanya berstatus teman ia tidak mau. Cika sudah bisa melupakan secara perlahan dan ia tak mau terbuai dengannya lagi karena hanya membuat perih hatinya saja.

Pria berjas navy hanya diam mematung di tempat duduknya, ia tidak habis pikir dengan wanita itu kenapa susah sekali diajak bicara. Jujur yang Gibran inginkan sekarang hanya ingin berbecara layaknya teman itu saja tidak lebih. Tapi ia sadar diri, Gibran menyesal dulu membuat wanita itu kecewa. mood  Gibran sekarang sudah ambyar berkeping keping, Sebenarnya sesuai jadwal ia akan melaksanakan  meeting sebentar lagi. Tapi ia tidak mau karyawannya menjadi pelampiasan badmood nya. Ia merogoh ponsel nya dan mencari nomor yang akan ia hubungi.

"Anton tolong batalkan rapat hari ini. semuanya"
bip.
Belum sampai Anton sekretarisnya menjawab Gibran sudah mematikan telfon secara sepihak.
Gibran bergegas ke apartemennya untuk sekedar menenangkan dirinya. Ia mengambil kunci mobil mewahnya dan bergegas ke parkiran.

Sampailah di apartemen mewah yang berada tidak jauh dari minimarket. Walaupun Gibran tidak pernah menginjakkan kakinya menuju minimarket karena sehari hari ia hanya Gofood saja, disini ia hanya sendiri. Orang tua nya masih diluar negeri dan keluarganya tidak peduli dengannya mungkin mereka hanya datang saat membutuhkan pertolongan Gibran. Papi Gibran memutuskan berbisnis dan menetap sebentar di Amerika setilah meneruskan perusahaan  BM grup.Gibran memasuki kamarnya dan membanting tubuhnya di  kasur kingsize nya dengan nyaman.
Dan berakhir menidurkan pikiran serta tubuhnya.

***

"Cika cecan pulang Assalamualaikum" ujar Cika yang tidak dijawab oleh siapapun.
"daddy?mom?brother? kalian dimana??"ucapnya sekali lagi sambil melihat sekeliling rumah nya, mulai dari kamar hingga dapur.

"ada yang bisa saya bantu neng?" ujar asisten rumah tangganya yang tergesa gesa menghampiri anak bungsu dari majikannya.

"mbok Ayuk tau ini dirumah sepi pada kemana?"

"walah tadi nyonya, tuan sama mas Arkan pergi naik mobil. mbok  Ayuk nda ngerti meh kemana."

"iya mbok ayuk makasih" ucap Cika yang langsung kekamarnya. Membanting tubuh kecilnya di kasur empuknya.

"pada kemana sih kok ngga kabar kabar, jangan jangan belanja lagi. Awas aja kalian!!!!"Ucap Cika sambil menatap langit langit kamarnya. Dan mengambil benda canggih pipih di slingbagnya mencari nomor yang ingin dihubungi dan menyantuh tombol hijau.

"Woi kakak dimana?"

"ini kakak lagi makan steak sama papa mama, dan temannya papa ga tau siapa namanyanya."

"ih kok Cika ga diajak?kok jahad ya sekarang?kalo seneng seneng ga dikasih kabar kalo kabar buruk aja langsung ngabarin" cerocos Cika marah.

"hehe maaf dek , kakak juga ngga tau ini tadi mau ngabarin kamu tapi kata mama gausah, katanya kapan kapan kita makan lagi. ini sebenarnya kakak juga agak risih disini soalnya temen papa bawa anak cewek.ini aja kakak dikamar mandi dek"

"auah! Cika marah sama kakak"
bip.
sambungan telfon diputus sepihak oleh Cika.

"sebeeeeeeeeelllllllllll" teriak Cika histeris.
"kenapa hari ini sial banget sih! harus ketemu Gibran dan sekarang ditinggal seneng seneng sama mama papa ,Cika salah apa Ya Allah huaaaa" ucapnya sendiri seperti orang gila dan untung saja tidak ada yang mendengar karena kamar Cika di lantai dua. Tanpa disadari Cika mengantuk dan berakhir tidur pulas.

***

Terlihat dua keluarga sedang bercakap cakap sambil menunggu pesanan makanan di restoran yang  cukup mewah yang biasanya hanya dikunjungi kaum menengah keatas saja. Ada wanita yang sedari tadi mengumbar senyum manisnya kepada kedua orang tua arkan, Arkan yang melihatnya tudak habis fikir karena sikap wanita didepannya seakan caper dan ingin menggoda Arkan mungkin. Karena dari tadi hanya bersikap sok lucu dan centil. Arkan yang melihatnya jengah ingin muntah apabila melihat muka wanita itu lagi. Dan tiba tiba telfon dari adiknya menyelamatkan Arkan. Arkan meminta izin ke kamar mandi dan menjawab Adiknya yang ternyata marah karena ditinggal dirumah sendiri. Dasar manja! mau tidak mau Arkan kembali ke meja dimana orang tua nya berada, terlihat pesanan mereka sudah datang, mereka memakannya dan sesekali berbincang.

"oiya Arkan ini temen papa waktu kuliah dulu di Amerika, dia baru pulang dari Amerika langsung kesini loh" ucap papa nya bersemangat.

"i..iya. Arkan Om" Arkan menjabat pria paruh baya yang umurnya berkisar seperti papanya,yaiyalah berteman.

"Panggil aja Om Hendra, ini istri Om Lika dan ini anak Om yang paling cantik namanya Laura"
ucap Pria paruh baya dihadapan Arkan.
Arkan reflek menunduk dan menyalami wanita yang disebutkan bernama Laura tadi.

"Arkan"

"Laura, salam kenal ya Ar semoga kita akrab" ucap Laura dengan senyum yang sedikit menggoda.

"semoga aja"ucap Arkan yang mulai tidak suka berada di zona perbincangan ini.

"mari silakan makan" ucap Hendra mempersilakan makan walau memang ini bukan rumahnya.

"Arkan ganteng ya dad, cocok banget sama Laura pasti nanti kalo punya anak lucu banget deh" ucap Lika.

Arkan yang mendengar itu tersedak dan mamanya mendekatkan minum ke Arkan. Dan menatap Arkan seakan bertanya ’kamu gapapa kak?’Arkan hanya mengangguk pelan merespond mamanya yang seakan tahu kondisi Arkan.

"iya cocok ya, Laura juga cantik pasti Arkan langsung kepincut"ucap papa Arkan.

"apa apan ini semua? kepincut? hello? liat mukanya aja ga napsu makan gue."
batin arkan.

"Terimakasih Om, Arkan ganteng banget jadi nyesel dulu pas di Amrik ga ketemu"

"Semoga dengan perjodohan ini kita jadi keluarga ya bro"ujar papa Arkan

"jadi ga sabar deh pengen besanan"

"what?!!!? perjodohan?!!!??!? besan??!?? skandal apa lagi ini? "batin Arkan lagi

"Arkan kamu setuju kan menikah dengan Laura?"

jeng jeng jeng
vote ya gaes biar nambah semangat aku nulis
dan semoga ada yang baca tulisan abstrak ga karu karuan ini.
mohon maaf bosenin banget
ga handal masalah bucin wkwk

DEAR FARASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang