14

8 0 0
                                    

Terdengar bunyi alarm yang sangat menganggu pendengaran gadis yang masih tidur dengan nyaman seperti bayi. Gadis itu bangkit dan mematikan alarm nya ia berniat lanjut tidur lagi tadi ia mendengar suara aneh dibawah. Ia langsung bergegas kebawah tanpa sikat gigi dan cuci muka terlebih dahulu. Seakan maling yang mengendap ngendap akan mencuri ia bersembunyi dan mendengarkan sebenarnya ada apa.

"keputusan papa sudah bulat"

"PA! TOLONG JANGAN EGOIS DIA ANAK KAMU. DIA PUNYA MASA DEPAN!"

"DIAM MA! kamu ga usah ikut campur!"

"Aku kecewa sama kamu BRAHMA, kirain kamu beda sama laki laki diluaran sana yang rela ngobanin anak nya demi bisnis. Ternyata kamu SAMA ,KAMU SAMA BRENGSEK!!!!"

Plak

Cika kaget melihat mamanya yang ditampar oleh papanya ia baru sekali melihat sikap papanya seperti ini. Cika langsung memeluk mamanya dan menangis. Orang tua nya kaget melihat Cika yang tiba tiba datang, mereka tidak ingin anak gadisnya mendengar pembicaraan mereka.

"Pa apa salah mama?" ucap Cika yang masih menangis dipelukan mamanya. Terlihat ia sangat syok.

"Ayo sayang kita kekamar aja. Papa nanti telat kerja."ujar mamanya yang memaksakan senyum untuk anak bungsunya.

Brahma yang masih kaget melihat anak gadisnya menangis dipelukan istrinya. Ia tidak tau mengapa tadi melayangkan tamparan kearah istrinya. Dan lidahnya seakan hilang ia tidak bicara sedikitpun, ia yang terkenal manis kepada keluarganya sudah tidak ada. Ia tidak mau dianggap moster oleh anaknya sendiri. Dia takut. "Papa berangkat." hanya itu yang  ia bisa ucapkan dan bergegas pergi keluar memasuki mobilnya dan merutuki sikapnya tadi.

Sekarang Cika sudah agak tenang dan masih berada dipelukan mamanya. Mamanya menceritakan semuanya kepada Cika. Dan saat itu Cika tidak menyukai papanya yang dulu ia idolakan. Walaupun mamanya menegaskan bahwa papanya punya alasan untuk itu semua. Cika memikirkan kakak nya, tidak dapat dipungkiri Cika sangat sayang kepada kakaknya. Ia tahu bagaimana perasaan kakaknya sekarang. Sekali lagi ia menyalahkan papanya tanpa henti. Apakah uangnya tidak cukup? Cika rasa keluarganya sudah bergelimang harta yang cukup. Kenapa ia menjual anaknya sendiri. Itulah yang ada dibenak Cika. Mamanya menyuruh Cika mencuci muka dan kebawah untuk sarapan.Jika dilihat mamanya sangat kuat, ia bahkan masih mau membuatkan Cika sarapan.

Cika kebawah seperti yang diperintahkan mamanya. Ia duduk didepan mamanya dan mulai sarapan dengan roti bakar selai kesukaannya. Cika terus mengawasi handphone nya terus sedari tadi membuat mamnya mengerutkan kening dan bertanya ia menunggu pesan dari siapa.

"Nunggu pesan dari siapa dek?pacar ya?" Canda mamanya yang mungkin dipaksakan untuk mencairkan suasana.

"Kak Arkan"

"Nanti juga pulang dek, gausah dikhawitirin kakakmu udah besar. Kita berdoa aja semoga kakakmu ga berbuat hal nekat"

"iya ma Aamiin."

***

Pria dengan tinggi kira kira 186cm itu menggeliat tak kala handphone nya bunyi. Ada seseorang yang menelepon nya di pagi buta seperti ini.

"Ya?"

"gue butuh bantuan lo"
Gibran tidak salah dengar?Ia meminta bantuan pada Gibran?

"Apa?"

"kita ketemu di cafe deket taman kota.Gue tunggu sekarang"

"Ya"
tut.

Gibran bergegas siap siap dan mandi untuk menemui orang yang tadi meneleponnya. Gibran tau ini pasti masalah penting yang dibicarakan, karena ia sampai berani mengganggu aktivitas paginya.

DEAR FARASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang