"Satya, gue nebeng lagi, ya." kata Sabiela sembari tersenyum hingga mata gadis itu menyipit.
"Lama-lama gue kayak supir lo, ya."
"Daripada supir mending suami gak sih?" Sabiela tersenyum menggoda dan Satya yang tak tergoda.
"Gak. Pulang lo sana sendiri."
"SABIELA!" teriak seseorang dari belakang yang ternyata adalah Dizza. Gadis itu berlari pelan ke arah Sabiela dan Satya.
"Apa, Za?" tanya Sabiela.
"Pulang bareng gue yuk. Gue bawa motor lho ini." kata gadis itu sembari menunjukkan kunci motor miliknya.
"Nah, sama Dizza aja lo pulang. Jangan sama gue." celetuk Satya.
"Ih, Satya ngambil kesempitan dibalik kesempatan." dengus Sabiela kesal.
Dizza menoyor Sabiela. "Kebalik, Sabiela."
Sabiela mendelik tak suka ke arah Dizza. "Gara-gara lo juga nih, Za. Harusnya gue pulang sama Satya."
"Enggak. Orang gue gak mau anterin lo pulang." Satya buka suara lagi.
Dizza tertawa. "Malu-maluin banget sih lo."
Sabiela menghentak-hentakkan kakinya kesal. "Bangsatlah." umpatnya.
"Yaudah, jadi lo mau pulang sama gue atau gak? Satya gak mau nganterin lo." tawar Dizza.
Sabiela mengangguk lesu. "Mau deh." katanya lemas. Gagal deh pulang bareng sama Satya.
"Ayo." ajak Dizza menuju motornya.
Sabiela menatap Satya yang juga menatapnya. "Gue pulang sama Dizza, ya, Satya. Besok lo harus pergi pulang bareng sama gue pokoknya. Gak boleh nolak." tekan gadis itu.
"Jangan memaksakan kehendak lo, La." Dizza menarik Sabiela menjauh dari Satya mendekat ke arah parkiran motornya.
Melihat Sabiela yang sudah naik ke atas motor Dizza, Satya tersenyum tipis. Menurutnya, Sabiela itu ngeselin, berisik, cerewet, gak bisa diam, malu-maluin tapi manis.
Iya. Menurut Satya, Sabiela itu manis.
๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑
Satya berdiri di balkon kamarnya sedari tadi. Sudah setengah jam tapi Sabiela belum menampakkan dirinya. Padahal Sabiela pulang diluan daripada Satya. Kenapa gadis itu belum sampai juga? Tadi Alisha — Mama Sabiela juga menyanyakan gadis itu kepadanya dan Satya bilang bahwa gadis itu tidak pulang bersamanya melainkan bersama temannya — Dizza.
"Enak juga kalau gak ada Sabiela. Aman gue."
Baru satu detik yang lalu Satya ngomong kek gitu dan tiba-tiba, "SATYA!" teriak seorang gadis yang tak lain adalah Sabiela.
Gadis itu tersenyum sambil melambai-lambaikan tangannya ke arah Satya di depan pagar rumahnya. Kalo menurut Satya sih, Sabiela kayak gini udah mirip kayak orang gila terus kayak gembel juga. Senista itu Sabiela di matanya.
Satya hanya menatap gadis itu malas.
Tapi ada yang buat Satya salah fokus. Ada motor sport berwarna hijau di dekat Sabiela dan Satya bisa pastikan bahwa orang yang menaiki motor itu adalah lelaki. Hanya saja Satya tak tau itu siapa karena wajahnya tertutup helm.
Satya langsung masuk kembali ke kamarnya dan hal itu berhasil membuat Sabiela mengerutkan dahinya heran.
"Satya kenapa, ya?" monolog gadis itu.
Gadis itu berbalik dan berjalan ke arah lelaki yang sudah mengantarkannya sampai ke rumah. "Makasih, ya, Darren." ucap Sabiela sambil tersenyum.
๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑
see u soon in next part 💟
KAMU SEDANG MEMBACA
❝ love letters ❞ ✓
Teen Fictionft. enhypen's sunghoon ❝ About me, you, and love letters. ❞ ━ completed » plagiarism and hate comments are not allowed! ║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║ ║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║ ©dowlette