‣ faint smile

421 128 0
                                    

"Gimana rasanya dijemur sambil hormat bendera, La?" tanya Dizza dengan nada mengejek kepada Sabiela yang ada di hadapannya.

"Temen bangsat lo, ya, Za!" umpat Sabiela.

Kedua gadis itu tengah berada di dalam kantin sembari menikmati bakso dan jus jeruk.

"Eh, tapi ada untungnya juga sih gue kena hukum." celetuk Sabiela lagi.

"Bisa-bisanya dihukum ngerasa untung. Kelainan jiwa lo, La."

"Bukan gitu, bangsat. Tadi Satya kasih gue air mineral. Kan ada untungnya." jelas Sabiela.

"Dia cuma kasih air mineral doang bukan perasaannya. Kok lo seneng banget?" julid Dizza.

Sabiela memukul lengan Dizza hingga gadis itu meringis. "Brengsek lo, Za! Gausah diperjelas gitu lagilah, anjing."

Dizza mencebik. "Biar lo inget akan kenyataan aja, La. Mengingatkan sesama manusia agar sadar diri itu 'kan suatu hal baik. Lo malah pukul gue, anjir."

"Kenyataan yang lo ingetin ngebuat hati mungil gue tergores, Za. Jahat banget lo, ya."

Dizza ingin membalas ucapan Sabiela tapi tidak jadi karna kedatangan Satya yang tiba-tiba. Lelaki itu duduk dengan santainya di sebelah Sabiela.

Kedua gadis itu secara bersamaan menatap Satya. "Lihat, Za! Satya tuh udah mulai suka sama gue makanya nih dia duduk sama kita pasti sengaja karna mau bareng gue." kata Sabiela. Kepercayaan dirinya semakin menjadi-jadi.

"Pede banget lo, ya, anjing." balas Dizza tak percaya dengan omong kosong Sabiela. Dizza beralih menatap Satya yang sedari tadi hanya diam. "Kok lo duduk disini, Satya?"

Satya yang tadinya diam buka suara. Lelaki itu menatap Sabiela dan berkata, "Lo janji mau traktir gue di kantin kemarin."

Sabiela memikirkan ucapan Satya dan barulah gadis itu ingat. Dia memang berjanji buat ngetraktir Satya di kantin waktu maksa Satya untuk nganterin dia pulang.

"Gimana? Udah inget?" tanya Satya angkat bicara lagi.

Sabiela tertawa kecil dan menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Iya, udah inget kok, Sat. Yaudah, lo mau pesan apa? Pesen aja, ntar gue yang bayar."

"Gue mau beli semua yang ada di kantin ini sampai kandas." jawab Satya membuat Sabiela dan juga Dizza melongo.

"Serius lo, Sat?" tanya Dizza masih tak percaya.

"Waduh, kalo sampai beneran bisa langsung kering nih kantong gue." gumam Sabiela. Gadis itu meneguk ludahnya.

"Jokes." kata Satya membuat Sabiela dan Dizza menghembuskan nafasnya lega. "Lambung gue masih satu kok belum lima. Gak mungkin gue telan semua makanan yang ada di kantin ini."

"Bersyukur banget gue Satya masih tau diri kalo ditraktir." Sabiela mengelus dadanya.

"Tau diri soalnya yang nraktir orang miskin." balas Satya tanpa melihat ke arah Sabiela.

Sabiela berdecak kesal sedangkan Dizza tertawa. "Brengsek lo, Satya! Kalo bukan crush, ud - "

"Berisik lo. Mending pesenin gue. Menunya sama kayak punya lo." ujar Satya memotong ucapan Sabiela.

Sabiela menghela nafasnya. "Gakpapa, gakpapa. Apa sih yang ngga buat Satya tercinta." gadis itu kemudian bangkit dari duduknya dan pergi memesan makanan untuk Satya.

Satya melihat Sabiela yang berjalan membelakangi dirinya. Lelaki itu tersenyum tipis. Sangat tipis, sampai-sampai Dizza gak tau.

Dizza gak tau soalnya dia udah enak banget nikmati bakso sama jus jeruknya.

๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑

see u soon in next part 💝🧚‍♀️ !!

❝ love letters ❞ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang