Sabiela dan Dizza berjalan bersamaan menuju loker mereka. Keduanya akan mengganti seragam menjadi baju olahraga karna setelah ini pelajaran olahraga. Sabiela sebenarnya malas banget. Dia gak pernah semangat kalo pelajaran olahraga soalnya panas karna jam olahraga mereka itu siang. Berbeda dengan Dizza, gadis itu justru senang karna Dizza suka sama yang berbau olahraga terutama bola basket sama volli.
"Lemes amat muka lo, La. Padahal baru makan bakso lho tadi bareng Satya lagi." celetuk Dizza.
Sabiela menghembuskan nafasnya. "Panas banget, anjir. Masa mau olahraga cuacanya terik kek gini. Dikira ikan asin kali gue dijemur."
"Makanya suruh Papa lo beli nih sekolah biar bisa suka-suka." canda Dizza.
"Gue suruh beli beneran langsung kayang lo, Za." delik Sabiela.
Sabiela dan Dizza sudah sampai di depan lokernya masing-masing. "Bercandalah, bangsat. Jangan lo suruh beneran Papa lo beli nih sekolah."
"Kenapa? Kan bagus kalo dibeli beneran."
"Masalahnya sekolah ini gak dijual, tolol."
"Oh, iya." Sabiela cengengesan sembari menepuk jidatnya.
Dizza menatap Sabiela malas. "Pantes aja Satya gak mau sama lo. Lo udah bodoh, goblok, tolol lagi. Lengkap amat kekurangan lo, La."
"Iya, gue borong semua soalnya."
"Terserah." capek Dizza ngeladeni sahabatnya yang bodoh banget ini. Mau dijual tapi takut dosa.
Sabiela membuka lokernya. Gadis itu menarik sepasang baju olahraga miliknya dari dalam loker yang sangat berantakan itu.
Berhasil mengambil baju olahraga dari dalam loker yang udah mirip banget sama kapal pecah itu, Sabiela langsung mundur ke belakang saat ada kertas kecil yang ia yakini adalah sticky notes jatuh di depan kakinya.
"Kenapa, La?" tanya Dizza ikut melirik sticky notes yang jatuh di hadapan kaki Sabiela.
Sabiela menggeleng pelan kemudian mengambil sticky notes itu.
"Baca, La, baca. Gue penasaran sama isinya."
Sabiela menatap Dizza malas. "Ya emang mau dibaca, Za. Masa mau dimakan sih?"
Dizza tertawa kecil. Sabiela membaca sticky notes tersebut dan isinya,
sabiela manis banget. be happy.
- SF"Yaampun, demi apa Sabiela punya secret admirer." seru Dizza yang ikut membaca isi dari sticky notes tersebut. Gadis itu langsung heboh ketika mengetahui apa isinya.
"Za, ini beneran buat gue?" tanya Sabiela dengan nada berbisik.
"Iyalah, tolol. Pertama, sticky notes ini ada di loker punya lo. Kedua, nama lo disebut disitu." ucap Dizza agak geram dengan kebodohan Sabiela.
Sabiela mengangguk-anggukkan kepalanya. "Iya juga, Za."
"Bukan iya juga tapi memang beneran iya buat lo, anjing. Hobi banget lo buat gue kena darah tinggi." Dizza kesal.
Sabiela terkekeh. "Tapi menurut lo ini dari siapa, Za?" tanya Sabiela menatap Dizza.
"Dari si SF."
Gantian, sekarang Sabiela yang kesal. Gadis itu memukul Dizza. "Ya kalo itu gue juga udah tau, bangsat. Kan disini ditulis."
"Kalo udah tau ngapain pake nanya." kata Dizza sembari berdecak kesal.
๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑
kira kira dari siapa yaa (´∀')
see u soon in next part 💗
KAMU SEDANG MEMBACA
❝ love letters ❞ ✓
Ficção Adolescenteft. enhypen's sunghoon ❝ About me, you, and love letters. ❞ ━ completed » plagiarism and hate comments are not allowed! ║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║ ║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║ ©dowlette