"SATYA!"
"SATYA JELEK!"
"SATYAAAA!"
Sabiela capek teriak-teriak di depan rumah Satya seperti orang gila. Gadis itu sedari tadi memanggil nama Satya tapi lelaki itu tak kunjung keluar. Motornya juga sudah tidak ada di halaman rumahnya. Apa Satya sudah berangkat diluan? Kalau sampai iya, sialan sekali. Padahal Sabiela mau numpang lagi.
"Eh, Sabiela!" seru Brigitha. Wanita paruh baya itu keluar sembari membawa satu kantong plastik hitam yang entah apa isinya.
Brigitha membuka gerbang. "Halo, Tante. Satya udah berangkat, ya?" tanya Sabiela.
Brigitha mengangguk mengiyakan.
"Satya udah berangkat. Baru sepuluh menit yang lalu kayaknya."
Sabiela menghembuskan nafasnya. "Pantes aja pas daritadi aku teriak-teriak, Satya gak nongol."
Brigitha memasang raut wajah terkejut. "Lho, jadi daritadi kamu teriak-teriak?" Sabiela mengangguk. "Maaf, ya, Sabiela. Tante gak tau soalnya lagi di gudang lantai atas tadi."
Sabiela tersenyum tipis. "Gakpapa kok, Tante. Kalo gitu, Sabiela berangkat ke sekolah dulu, ya. Takut telat, udah mepet banget soalnya waktunya."
Brigitha mengangguk. "Oke, be careful, Sabiela."
๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑
"Satya!" seru Sabiela berlari ke arah Satya. Dia melihat lelaki itu di depan loker miliknya.
Satya mengubah posisinya menjadi menghadap Sabiela. "Apa?" tanya lelaki itu santai.
"Kok lo berangkat diluan sih?!" Sabiela bertanya dengan nada kesal.
Satya memutar bola matanya malas. "Lo bisa berangkat sendiri, Sabiela."
"Tapi 'kan gue mau berangkat sama lo."
"Lo mau, gue yang gak mau."
Sabiela mencebik. "Bajingan lo! Jahat banget sama gue."
Satya hanya diam tak membalas ucapan Sabiela.
Sabiela melirik lokernya yang tertutup. "Lo ngapain di depan loker gue?"
Satya mengikuti arah pandangan Sabiela kemudian menatap gadis itu kembali. "Gak ngapa-ngapain." jawabnya.
"Bohong!" mata Sabiela memicing ke arah lelaki itu.
"Terserah lo."
Satya melangkahkan kakinya menjauh dari Sabiela tapi sebelum itu, Sabiela menahan tangannya. "Apa, Sabiela?" Satya menghela nafasnya.
"Tunggu dulu dong. Main pergi-pergi aja lo." Sabiela mengambil sesuatu dari dalam tasnya dan itu adalah surat. Surat yang ketiga lebih tepatnya.
"Surat lagi?" Satya bertanya dengan nada malas. Lelaki itu melihat sebuah kertas yang di pegang oleh Sabiela di tangannya.
Sabiela mengangguk dan tertawa kecil. "Ini surat ketiga berarti ada satu surat lagi."
"Buat apasih, La?"
"Banyak tanya lo, ya. Kan udah gue bilang kalo suratnya lo baca sama simpan aja."
"Ya, tapi buat apaan?" lama-lama Satya emosi juga.
"Nanti juga lo tau." kata Sabiela santai. "Kalo gitu gue ke kelas diluan, ya. Bye, Satya jelek tapi gue suka." gadis itu melambaikan tangannya kemudian meninggalkan Satya yang masih menatap surat milik Sabiela. Surat itu berada di tangannya sekarang.
Satya menghela nafasnya. Lelaki itu menyimpan surat tersebut di dalam saku celana abu-abu miliknya. Sebelum pergi darisana, Satya menoleh ke belakang. Melihat loker Sabiela dan kemudian ikut pergi darisana.
๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑
see u soon in next part 🌷💕 !!
KAMU SEDANG MEMBACA
❝ love letters ❞ ✓
Fiksi Remajaft. enhypen's sunghoon ❝ About me, you, and love letters. ❞ ━ completed » plagiarism and hate comments are not allowed! ║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║ ║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║ ©dowlette