Satya memasuki ruang kelasnya, yakni IPA-II. Lelaki itu langsung berjalan ke arah bangkunya dan mendudukkan diri disana. Azka — salah satu teman dekat Satya menoleh ke arah teman sebangkunya itu.
"Kenapa lo?" tanya Azka.
Satya menoleh ke arah lelaki itu. "Gue? Gue gakpapa."
"Raut muka lo — "
"Emang gini dari dulu." potong Satya sebelum Azka menyelesaikan ucapannya.
Azka mengangguk menanggapinya kemudian melanjutkan membaca buku tentang rumus-rumus fisika.
Satya membuka tasnya. Lelaki itu mengambil dua surat yang diberi Sabiela kepadanya. Hanya surat pertama yang sudah dia baca sedangkan yang kedua dan ketiga belum. Satya berniat membacanya dan kebetulan saja surat kedua masih ada di dalam ransel tas sekolahnya.
"Surat dari siapa, Sat? Ada secret admirer lo, ya?" Azka membuka suara lagi. Melihat dua kertas surat yang ada di hadapan Satya.
"Ini mah bukan pengagum rahasia tapi pengagum terang-terangan." celetuk Satya mengingat tingkah Sabiela yang sangat terlihat terang-terangan menyukainya.
"Oh, kalo gitu dari Sabiela dong?"
Satya mengangguk.
Tentu saja Azka tau. Pertama kali, dia berkenalan dengan Sabiela saat dia dan Satya sedang makan di meja kantin lalu tiba-tiba saja Sabiela datang. Saat itu juga, Sabiela berkenalan dengan Azka dengan mengatakan,
"Halo, Azka. Gue Sabiela. Lo bisa panggil gue bidadari, ya."
Azka masih ingat bagaimana percaya dirinya Sabiela saat mengatakan hal tersebut.
"Surat buat apa sih, Sat? Padahal dia bisa bicara langsung sama lo. Kalian berdua satu sekolah sama tetanggaan juga." kata Azka heran. Sabiela ini juga ada-ada aja.
"Gue juga gak tau. Emang aneh nih cewek. Isi suratnya juga gak penting banget."
"Gak penting tapi tetep dibaca gitu?"
Satya diam. Iya juga, dia tau isi dari surat yang diberikan Sabiela untuknya tidak penting tapi kenapa tetap dia baca? Yaudahlah, gakpapa.
Azka tertawa renyah. Lelaki tampan itu menepuk bahu Satya pelan. "Gausah gengsi karna gue bilang kayak gitu. Kalo lo mau, baca aja gakpapa."
Satya membuka surat kedua dan membaca isinya.
Lo cocok banget masuk penjara satya soalnya udah nyulik hati gue.
"Kan bener. Gak penting juga isinya."
"Baca coba surat yang ketiga itu." Azka menunjuk surat yang belum Satya baca, yakni surat ketiga.
Kali ini Satya mengambil surat ketiga. Lelaki itu membuka suratnya dan isinya sama seperti surat pertama dan kedua. Sama-sama tidak penting.
Yaampun, Satya! Tuhan ciptain lo bukan dari debu tanah ya? Dari serbuk emas kan lo diciptain? Ayo ngaku lo!
"Bener-bener cewek gila." gumam Satya melipat kembali dua surat itu.
Azka yang mendengar gumaman dari Satya langsung angkat bicara. "Pasti ada maksudnya Sabiela ngelakuin ini. Dia gak ngejelasin ke lo?"
"Gak. Dia cuma bilang ada empat surat yang bakalan dia kasih gue. Dia udah kasih tiga jadi tinggal satu surat lagi." Satya menjeda ucapannya. "Dan lo tau? Dari semua surat yang dia kasih ke gue, gak ada satupun isinya yang penting."
"Gabut kali dia."
"Gue bener-bener berharap banyak sama surat yang ke empat. Beneran."
Ponsel milik Satya yang ada di saku celana abu-abu lelaki itu bergetar. Satya mengambilnya dan melihat pesan dari Sabiela masuk.
Sabiela :
yang jauh bukan pijakan
tapi perasaan kita
gimana? gimana?
keren ga gue?Tak lama setelahnya, lelaki itu mengetikkan sebuah pesan pada ponselnya dan mengirimkannya kepada Sabiela.
Satya :
najisSabiela :
najis = na neo jinjja saranghaeSatya :
sick.๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑
see u soon in next part 💟
KAMU SEDANG MEMBACA
❝ love letters ❞ ✓
Fiksi Remajaft. enhypen's sunghoon ❝ About me, you, and love letters. ❞ ━ completed » plagiarism and hate comments are not allowed! ║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║ ║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║ ©dowlette