‣ four love letter [ end ]

520 100 5
                                    

"Sabiela, kok diem?" tanya Satya. Setelah Satya mengatakan kalimat tersebut, Sabiela hanya diam tanpa mengatakan apapun.

"Lo mau nol — "

"EH, ENGGAK!" seru Sabiela cepat setelah mengetahui apa yang akan dikatakan oleh Satya selanjutnya.

"Terus kenapa lo diem doang? Kesambet lo?"

"Iya, kesambet cinta lo." gadis itu tertawa kecil menjawabnya.

Satya menatap Sabiela malas dari kaca spion motor miliknya. "Jadi gimana? Lo nolak atau terima gue?"

"Bener-bener jahat lo, Satya." Sabiela geleng-geleng mendengarkan pertanyaan lelaki itu.

"Gue salah apalagi, anjir?" ini lama-lama Satya bisa kena depresi.

"BISA-BISANYA LO MASIH NANYA GITU! YA, JELAS GUE TERIMALAH!"

"Gausah teriak-teriak juga. Banyak orang, dilihatin 'kan malu." bisik Satya dengan suara kesal ketika sadar bahwa murid-murid yang ada di parkiran sedang memperhatikan mereka.

Sabiela cengengesan. "Maaf deh maaf. Jadi kita pacaran 'kan?"

"Ya."

"SERIUS?! KITA PACARAN?!"

"Sabiela." tegur Satya. Lelaki itu mulai menghidupkan motornya dan siap-siap tancap gas.

"Ampun, Satyaku tercinta." setelah mengatakannya, Sabiela melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Satya.

Satya melirik kedua tangan Sabiela yang melingkar di pinggangnya. "Ngapain lo pegang-pegang gue? Cabul amat lo."

"Sialan lo! Kan kita pacaran, ya, gakpapalah."

Satya menancapkan gas motornya keluar dari parkiran sekolah. Diam-diam dibalik helm, lelaki itu tersenyum tipis.

๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑

"Jelasin." Satya buka suara di tengah-tengah perjalanan mereka.

"Jelasin apaan?" tanya Sabiela kurang paham dengan maksud Satya.

"Surat yang lo kasih ke gue."

"Oh. Oke, gue jelasin sekarang, ya. Lo ada suratnya gak?"

"Harus banget emang ada suratnya?"

Sabiela mengangguk. "Harus."

"Ada di tas. Yaudah berhenti dulu disitu sekalian beli bakso bakar, mau gak?" tawar Satya.

"MAULAH, ANJIR! MAU BANGET MALAHAN!"

"Malu lo hilang kemana sih? Gausah teriak-teriak gitu. Malu dilihatin sama banyak orang."

"Ih, Satya! Lo itu harus menerima gue apa adanya."

"Diem lo." Satya menepikan motornya di dekat penjual bakso bakar yang ada di pinggir jalan.

"Sana beli." suruh Satya pada Sabiela ketika keduanya sudah turun dari motor.

"Tapi lo traktir 'kan?" mata Sabiela memicing ke arah sang pacar.

"Iya, gue traktir. Lo 'kan miskin, mana ada duit."

"Belagu amat pacar gue." setelah diberikan uang dua puluh ribuan oleh Satya, Sabiela langsung berjalan ke arah penjual bakso bakar yang ada di pinggir jalan itu.

Setelah selesai mengatakan pesanannya, kembali lagi gadis itu berjalan ke arah Satya.

"Jelasin suratnya sekarang." kata Satya.

"Lo jelasin dulu sama gue, kenapa di sticky notes ada tulisan SF?"

"Satya Faresta." jawab Satya singkat.

Ternyata bener kata Dizza. batin Sabiela yang teringat oleh tebakan teman dekatnya itu.

Sabiela mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali pertanda ia mengerti.

Satya berdehem. "Yaudah sekarang lo jelasin tentang surat yang lo kasih ke gue."

"Mana suratnya? Sini, biar gue jelasin."

Satya langsung mengambil ke empat surat tersebut dari dalam tas ransel miliknya. "Udah nih. Terus diapain?"

"Buka coba satu satu suratnya terus lo sebut huruf awal kalimat yang ada di surat itu. Ngerti 'kan?" jelas Sabiela. "Dari surat pertama sampai surat ke empat, ya. Harus berurutan." lanjut gadis itu.

Satya mengangguk mengerti. "Surat pertama, I."

"I."

"Surat kedua, L."

"Love."

"Surat ketiga, Y."

"You."

"Surat ke empat, E."

"Endlessly."

"Jadi?" tanya Satya kepada Sabiela.

"Coba gabungin setiap kata yang gue ucapin tadi." suruh Sabiela.

"I love you endlessly."

"I love you endlessly too, Satya."

๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑

halooooo 👀🧚‍♀️ !!
ini udah beneran ending yaa 🤓
aku juga ga buat bonchap :D

suka atau nggaa sama endingnya
itu hak kalian masing masing yaa!

i will say, big thanks for ur support
in this story 💟 one, two, three
i love u infinity all <3 ♡

see u in another story (^~^) 🖐🏻!

❝ love letters ❞ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang