4

1.9K 250 48
                                    


Tapi terkadang, cinta pun bisa menjadi rasa yang paling menyakitkan, layaknya angin.... tak terlihat, tapi bisa di rasakan, mengapa Sakura harus melihat hal seperti ini lagi sekarang? terlalu menyedihkan, ini tak adil.

****

"Yeay minggu, Sasuke libur deh, ayo kita menonton nemo jalan-jalan di akuarium, dia bertambah loh berat badannya," biasanya perempuan itu masih tertidur sambil mendengkur sambil merapatkan lengan dengan selimut, seolah ranjang adalah tempat paling menyenangkan, tapi saat Sasuke libur begini, mengapa dia bisa bangun lebih pagi dan bersemangat?

"Aku masih ngantuk,"

"Oke aku akan menunggu Sasuke tak mengantuk lagi," Sasuke menutup mata lagi dan benar saja wanita itu menunggu, menatapnya dengan intens.

"Jangan melihatku begitu, kau bisa memasak, atau melakukan hal yang lain,"

"Aku sudah masak, sudah beres-beres, sudah membuat kue juga, dan mengantar pakaian kita ke laundry," Sasuke menghela napas, tak enak juga di tatap begini terus-terusan.

"Oke, mandi?" tanya Sasuke lagi, tapi wanita itu kembali mengangguk, memberikan lengannya untuk di endus oleh Sasuke, wangi sabun merebak begitu saja.

"Kau sudah sesiap ini hanya untuk menonton ikan?"

"Kita harus memperhatikan tumbuh kembang si kecil,"

"Ya ampun," Sasuke bangun, dia sudah yakin akan menghabiskan hari minggu ini dengan hal-hal yang tak berguna.

"Yuk," sebenarnya Sasuke adalah orang yang rasional, sangat rasional malah, hanya terkadang dia juga berharap memiliki pagi yang tenang saat libur, tidak selalu begini, tapi dia sudah terlalu tau, dia tak akan mendapatkannya, dan berusaha untuk menerima semua ini dengan hati yang lapang.

"Nemo, kau tau papa sudah bangun, dia akan melihat kau tumbuh -----" belum sempat Sakura menyelesaikan ucapannya bunyi bel terus berbunyi, siapa sih? ini masih pagi loh.

"Biar aku yang buka," ucap Sasuke sambil beranjak tapi tak jadi, Sakura menahannya, kalau tukang roti langganan yang mengetuk bagaimana? dia pasti akan terpesona melihat Sasuke dan jadi lebih rajin datang kesini.

"Biar aku saja, kau terus lihat Nemo, nanti kalau dia jatuh, kau harus semangati dia,"

"Terserah," Sakura beranjak, membuka pintu secara perlahan tanpa mau repot-repot mengintip, toh tempatnya ramai, kalau ada orang jahat tinggal dikirim ke ruang mayat rumah sakit sebelah.

"KAUUU? mau apa eh?" sosok laki-laki yang sangat mirip dengan suaminya kini berdiri dengan tegap sambil membawa rantang makanan.

"Meminta suamimu mengajariku, aku kan mau lulus juga,"

"Ha?" Sakura tak berusaha untuk menahan sosok itu, dia pergi begitu saja ke dalam rumah.

"Hei Sasuke, ayo belajar," tak mau diam begitu saja Sakura langsung saja berlari menuju mereka berdua, enak saja, hari ini waktu Sasuke kan hanya untuk istrinya.

"Enak saja, Sasuke mau menemaniku melihat Nemo seharian,"

"Nemo? Siapa Nemo?"

"Siapa kek, bukan urusanmu juga," Sakura kini menarik Sasuke untuk berdiri, padahal Sasuke sudah mulai rileks melihat ikan-ikan berlarian kesana kemari.

"Enak saja, dia harus menemaniku belajar,"

"Dia itu suamiku, terserah aku dong,"

"Dia saudara kembarku, mau apa kau?" Sasuke merasa kedua lengannya sakit, hei itu aset, kalau sampai kenapa-kenapa, dia akan langsung menelpon polisi.

Loved You [ for so long! ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang