11

1.7K 237 55
                                    

Sakura akhir-akhir ini terbangun lebih cepat daripada biasanya, dia jadi bisa menemani Sasuke sarapan dengan hati yang tenang. Pagi ini cerah, Sakura bertaruh nanti malam pun hujan tak akan datang, entah mengapa rasanya ingin sekali mengusir matahari agar malam datang dengan cepat.

"Nanti jangan lupa kunci pintu dengan benar, jangan lupa beri ikan makan,"

"Iya Sasuke," jawabnya riang sambil mengangkat piring kotor dan menaruhnya di tempat cucian kotor, masih terlalu pagi, mereka bisa berbincang sebentar.

"Dan....."

"Awas saja kalau mabuk, Sasuke tidak akan berbicara padaku untuk waktu yang lama," potong Sakura mengikuti nada suara dan ucapan suaminya, dia sudah terlalu hapal dengan ancaman ini karena Sasuke terus--terusan mengulang ucapan ini sejak Sakura memutuskan untuk ikut reuni.

"Oke bagus kalau kau mengerti,"

"Aku tak akan mabuk, uh coba kalau Sasuke ikut, pasti lebih seru deh, kita akan jadi king dan queen untuk kedua kalinya di depan teman-teman," Sasuke hanya menatap Sakura dengan malas, untung saja ada rapat penting, soalnya dia tak mau melakukan kebodohan sejenis itu untuk kali kedua, dia tak suka jadi pusat perhatian, pusing juga.

"Yasudah, aku pergi sekarang kalau begitu, bawa jaket jangan lupa, bilang pada Ino jangan ngebut,"

"Iya Sasuke," Sakura berjalan mengekori lelaki itu sambil tersenyum, walaupun sedikit kecewa karena Sasuke tak ikut tapi perempuan itu tetap senang kok, bertemu dengan yang lainnya setelah bertahun-tahun tak bertemu.

"Hati-hati Sasuke, aku akan buatkan kamu kue, nanti lihat saja di kulkas ya,"

"Ya," sosok itu sudah hilang, itu tandanya Sakura harus segera masuk, dia akan membuat kue yang lumayan banyak kali ini, teman-temannya harus tau kue yang dia buat itu enak dan bagus, walaupun kuliahnya berhenti di tengah jalan, dia tetap jago kok.

"Yos, semangat Sakura," ucapnya lantang lalu bergerak cepat mempersiapkan bahan dan alat-alat masak, dia harus menyibukkan diri, agar waktu berjalan dengan cepat.

****

Ino tentu saja tidak mendengarkan ucapan Sakura, dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan agak ekstrim sambil menggoyang-goyangkan kepala mengikuti alunan lagu, Sakura sih tak masalah, dia juga suka ngebut-ngebutan, yang terpenting dia sudah menyampaikan pesan suaminya pada Ino, sisanya tergantung si rambut blonde ini.

"Fokus, nanti terlewat lagi rumah Tenten, putar baliknya jauh tau," ucap Sakura setelah merasa kenal pada jalanan menuju rumah Tenten, soalnya sering sekali Ino lepas landas dan sadar saat semuanya sudah terlambat.

"Siap bos," untungnya kini Ino sudah memutarkan mobilnya, rumah Tenten sudah berhasil dilihat, rumah itu kenapa sih selalu saja terlihat seram? untungnya mereka hanya butuh dua menit menunggu, Tenten sudah keluar dari rumah itu, dia selalu saja cepat berbeda dengan mereka berdua yang lamban.

"Waw, mobilmu bau kue nih," ucap Tenten sesaat setelah dia membuka pintu, padahal belum masuk, sudah tercium saja.

"Dari anak om Jiraiya nih," jawab Ino kalem, Tenten sih hanya mengangguk saja, ternyata sempat-sempatnya Sakura membuat hal seperti ini, Tenten saja tadi lupa acaranya hari ini kalau Ino tak marah-marah di grup.

"Ganti dong, istrinya Sasuke gitu," Ino dengan cepat menggeleng, sebutan itu sudah bertahan sejak lama, tak bisa di ganti begitu saja.

"Acaranya di cafe Kiba?" tanya Tenten sambil membenarkan sabuk pengaman, temannya yang duduk di depan hanya membalas ucapan Tenten dengan anggukan.

"Berarti tidak begitu jauh,"

"Makanya kau orang terakhir yang ku jemput, kan tempatnya dekat," jawab Ino sambil sibuk memelankan volume lagu, terlalu tau kalau Tenten tak suka kebisingan, sama persis sih seperti ibunya.

Loved You [ for so long! ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang