[Sasuke side.]
[Flashback.].
.
Mereka berdua memilih untuk mengobrol sejenak setelah merasa kelelahan dan lemas, entah mengapa sekarang semuanya jadi terasa lebih dekat, mau bicara apapun juga tidak ketakutan saling menyakiti lagi.
"Jago sekali sekarang, jangan bilang kau tau semua itu dari Ino," sesungguhnya Sasuke masih terkejut dan tak menyangka, Sakura yang tadi sungguh sangat berbeda dengan malam pengantin mereka, dia jadi menyesal berpikir aneh-aneh.
"Sayangnya aku tau dari Ino," Sasuke menganggukan kepala lalu membenarkan selimut yang barusan tergeser, baru berasa kalau sekarang dingin sekali.
"Oke, sesekali main ke tempat Ino boleh juga tuh,"
"Katanya tidak boleh," ucapnya serius, baru sekarang Sasuke merubah peraturan begitu saja tanpa pikir panjang.
"Yasudah, terserah kau saja,"
"Tapi kangen juga sih sama Ino dan Tenten, nanti deh kapan-kapan," Sakura yang asalnya telentang kini berbalik ke arah Sasuke, menatap wajah serius lelaki itu lalu tersenyum.
"Kenapa?"
"Sasuke senang tidak?" Sasuke mengernyitkan mata sebentar, tentu saja senang, pakai di tanya lagi.
"Senang,"
"Tapi wajah kamu sama saja, aku jadi ingat deh saat pertama kali kita bertemu, ekspresi Sasuke juga begini, matanya seram, hidungnya seram, pipinya seram, mulutnya seram, aku sebenarnya agak takut, tapi aku memberanikan diri saja, apalagi saat tau kau mentor baruku, harus ku habisi," Sakura mengelus pipi Sasuke lembut beberapa kali, entah mengapa kalau melihat dari dekat begini rasa cintanya bertambah sampai sesak.
"Di habisi?" ada kata yang janggal, habisi apa tuh maksudnya.
"Aku benci saja di beri mentor, aku benci ayah selalu membanggakan anak kelas khusus, apalagi saat ayah menyebut nama kamu dengan nada suara yang bikin kesal, ayah selalu bilang lihat Sasuke, lihat Sasuke.... yasudah aku jadi terpaksa melihat kamu terus setiap hari, apa sih yang bikin kamu sebegitu pintarnya?"
"Lalu kau menemukan jawabannya?"
"Tentu," jawab Sakura kembali dengan suara cempreng dan melengkingnya.
"Apa?"
"Karena kau adalah Sasuke, makanya pintar," Sasuke terdiam mendengar jawaban itu, yasudah deh terserah dia saja.
"Sasuke?"
"Hm?" perempuan itu mengganti posisinya lagi, kini dia bersandar di pundak Sasuke sambil memeluknya dengan sisa-sisa tenaga, entah mengapa dia suka sekali tubuh Sasuke yang hangat ini.
"Tapi setelah Sasuke menjadi mentorku aku tak pernah membenci siapapun lagi, aku malah suka kalau ayah memujimu, aku suka kalau ayah menanyakan kabarmu, aku suka kalau ayah bilang Sasuke adalah aset sekolah, dan yang paling penting aku suka hari dimana kita memulai semuanya, naik atap kelas angker, memakai jaketmu yang hangat, suka sekali...." Sasuke pun kini ikut mendekap tubuh Sakura, membiarkan dia bercerita tentang apa saja.
"Sebenarnya kita pernah bertemu sebelum kelas dua belas," ucap Sasuke setelah menyadari bahwa perempuan itu tak lagi berbicara.
"Kapan?"
"Kau tak ingat ya?" Sakura berusaha untuk berpikir keras dan hasilnya tetap saja sama.
"Tidak ah, kapan coba?" Sasuke hanya tersenyum melihat tingkah Sakura yang selalu saja membuat heran, perempuan itu tampak benar-benar berpikir, jarang sekali Sasuke melihat istrinya begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loved You [ for so long! ]
Fanfiction[ So long BOOK 2 - ] Kau yang ku temui di hari pertama sekolah, mencuri perhatian karena rambut merah muda mu, aku ingat kau datang terlambat di upacara penerimaan siswa baru karena alasan ban mobil mu hilang sebelah di curi oleh penjahat, ayahmu me...