6

1.6K 247 29
                                    


Restoran yang lumayan sering mereka kunjungi, letaknya tak begitu jauh dari rumah, Sakura dengan sisa-sisa tenaga langsung duduk di meja paling dekat dengan pintu masuk, sejenak dia melihat wajah Sasuke yang sedikit pucat, sosok itu hendak pergi memesan makanan.

"Jangan, biar aku saja, Sasuke duduk sini," dia menepuk-nepuk bangku yang berada tak jauh dari jangkauan, Sakura merasa menyesal sudah memaksakan kehendak, walaupun Sasuke sama sekali tak terlihat keberatan tapi tetap saja, melihat dia pucat begini, semua lemasnya sedari tadi jadi hilang.

"Ayo sudah duduk saja, aku yang pesan," wajah bingung Sasuke sama sekali tak di hiraukan oleh sang istri, dengan senyum yang sangat meyakinkan dia berjalan menuju meja kasir lalu memesan makanan untuk mereka berdua.

"Maaf ya Sasuke," setelah berhasil memesan makanan Sakura kembali duduk, rasa bersalahnya sungguh sangat besar, sampai rasanya ingin menangis.

"Untuk?"

"Aku memaksa Sasuke untuk pergi cepat-cepat, padahal kamu baru pulang bekerja, aku benar-benar payah ya? masih saja egois," Sasuke hanya tersenyum tipis, tak berniat menjawab atau berusaha menghibur Sakura yang rasa-rasanya sudah menahan air mata agar tak luruh.

"Syukurlah tidak hangat, sepulang dari sini istirahat ya, tidak usah mandi," tiba-tiba saja Sakura merentangkan tangan untuk membelai pipi suaminya, gerakan tersebut membuat Sasuke sedikit terkejut tapi dia berhasil untuk tak memperlihatkannya.

"Mau dibuatkan apa? kue sehat?" tanyanya lagi, tapi kini ekspresinya tak begitu menyedihkan.

"Aku tidak apa-apa," Sakura menggeleng-gelengkan kepala, tak setuju dengan pernyataan yang baru saja Sasuke lontarkan.

"Kamu pucat,"

"Kau juga,"

"Yeay kita sama kalau begitu, ah kenapa harus saat pucat ya samanya? kenapa tidak saat aku mengerjakan fisika?" Sasuke tidak menjawab, lagipula makanan yang mereka pesan sudah datang dan itu lebih menggoda dibanding menjawab pertanyaan Sakura yang selalu ngawur bahkan disaat kelaparan dan lemas sekalipun.

"Selamat makan," mereka pun kini lebih fokus pada piring masing-masing, rasa lapar bahkan tak mau membuat mereka menengok barang satu detik.

"Ah aku sudah cepat-cepat tapi tetap saja Sasuke yang habis duluan, sudah ah mau buang air dulu, tolong jaga tasku ya," Sasuke mengangguk saja, lagipula dia juga tak sedang ingin pergi ke toilet.

"Aku sebentar saja kok, jadi Sasuke jangan khawatir,"

"Hm," perempuan itu pun tersenyum lalu pergi, tapi saat netranya bertemu dengan sosok yang tak asing, rasa ingin pipisnya sudah tak ada lagi, dia malah mendekat pada sosok itu, berharap tak salah melihat, tapi dilihat dari sisi manapun sosok itu memanglah dia, orang yang pernah Sakura temui dihari yang lalu, cukup lama, tapi dia yakin dia tak akan salah orang lagi.

"Hei, kau sedang makan apa?"

****

Restoran itu memang lumayan luas, jadi dari bangku ini sosok Sasuke tak akan terlihat, tapi fokus Sakura kini bukan pada suaminya, sambil menunggu orang itu menjawab pertanyaan, Sakura benar-benar yakin ini bukan kesalahan.

"Makan sup, kau mau?" jawabnya lembut tapi tatapan matanya berbinar, seolah melihat teman lama yang tak bertemu bertahun-tahun.

"Tidak aku sudah kenyang," jawab Sakura jujur, tapi kelihatannya sup itu enak juga, kapan-kapan dia akan membelinya, janji.

"Sini duduk, ya ampun kemana saja kau?" dia masih saja cantik, rambutnya juga masih ikal dan berwarna coklat, benar-benar rambut yang Sakura inginkan.

Loved You [ for so long! ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang