12

1.7K 249 49
                                    

Pesta itu berakhir sekitar pukul setengah satu malam, semua orang di sana tentu saja meninggalkan cafe Kiba dengan senyum, seru sekali ternyata, melebihi ekspektasi, dan untungnya Tenten tak ikut mabuk sampai kehilangan akal sehat, jadi mereka bisa pulang tepat waktu, karena jika mengharapkan Ino, itu sama saja dengan berharap dapat uang dua koper di beri secara cuma-cuma oleh orang asing, lihat dia sedang berbicara tidak jelas sambil tertawa-tawa, membuat Sakura jadi takut.

"Sai jadi tambah tampan deh," ucap Ino sambil menidurkan dirinya di kursi penumpang, menyisakan Tenten yang kesal karena harus menyetir.

"AH pasti dia juga berpikiran sama tentangku, iya 'kan Ten?" yang di sebut namanya tak merespon, mau ngapain coba berbicara dengan orang mabuk?

"Ya ampun tuhan, Ino cantik sekali sekarang, aku menyesal tak menahan dia saat dia minta putus, pasti begitu kan Ten?" tapi tetap saja suara Ino tak diindahkan oleh Tenten maupun Sakura.

"Kau tidak minum sama sekali ya?" tanya Tenten tiba-tiba, setelah sadar bahwa si merah muda tak mengeluarkan suara sejak tadi

"Tidak, aku takut pada Sasuke, memangnya rasanya bagaimana sih? Sampai dia melarang, padahal kan aku sudah dewasa,"

"Tentu saja dia melarang mu, kau mau berakhir seperti Ino begini? menyusahkan sekali," Sakura tertawa, mengerti maksud Sasuke lebih dari apapun, jadi suaminya itu tak mau dibuat susah ya? memang tak berubah sama sekali sejak dulu.

"Kalau aku mabuk pun aku pasti cuma bilang Sasuke tambah tampan saja aku jadi kesal karena banyak yang suka," Tenten ikut-ikutan tertawa, sambil membayangkan jika perempuan ini mabuk, sebodoh apa gitu.

"Tapi Neji juga jadi tampan deh, Tennnn cepat bergerak sebelum dia dengan yang lain," ucap Ino lagi meracau kemana-mana, membuat Tenten juga Sakura tak enak hati mendengarnya, apalagi tentang tadi, saat dia bilang dia masih menunggu walaupun tanpa harapan, Sakura menghela napas, berusaha untuk tak memikirkan itu lagi, sudah biarkan saja, tak mungkin kan ada seseorang menunggu sampai selamanya?

Ucapan Neji mungkin hanya gambaran dari emosi sesaat, lelaki itu pasti akan berubah pikiran suatu saat nanti, pasti.

****

Sakura membuka pintu tanpa kesulitan walaupun rasa kantuk tiba-tiba menyerang, setelah berhasil masuk dia melihat sepatu Sasuke sudah tersimpan rapi di rak, tentu saja dia pasti sudah kembali, lelaki itu pasti sudah bermimpi indah sekarang, Sakura berjalan menuju dapur, meminum segelas air dingin lalu bergegas naik ke kamar, dia harus mandi, badannya lengket berkat menari-nari dengan sangat semangat saat penutupan acara, sesuai dugaan lampu kamar sudah mati, tapi karena Sakura kesulitan mencari handuk dia dengan sangat terpaksa menyalakannya, dan terkejut sendiri saat Sasuke duduk di ranjang sambil menatapnya tajam.

"Ya ampun Sasuke, aku kaget," Sakura mengusap-usap dadanya yang terasa sakit, kenapa sih harus duduk dengan tatapan seram begitu.

"Sasuke pulang jam bera----" belum sempat menyelesaikan pertanyaan itu, suara Sasuke berhasil membuatnya berhenti membuka mulut.

"Pulang dengan siapa tadi? Sai?" tanya sang suami dengan nada suara yang agak tinggi, Sakura kebingungan sendiri, berusaha mencerna ucapan Sasuke dengan baik, dia tak salah dengar kan?

"Kok Sai sih?"

"Oh bukan Sai, tapi Neji." ucap Sasuke lagi sambil tertawa meledek, Sakura baru sekali ini melihat Sasuke berperilaku aneh serta seram begini.

"Aku pulang dengan Ino dan Tenten," jawabnya jujur tapi tetap saja ekspresi wajah Sasuke tetap sama, Sakura bahkan kini melihat Sasuke mengambil ponsel, dia mau apa sih? kok jadi malah mendiamkan Sakura yang menunggu dia bicara, dan tak lama perempuan itu mendengar ponselnya berbunyi, ada pesan masuk.

Loved You [ for so long! ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang