Semalam adalah hari hari penuh kesedihan.
Mataku sembab akibat menangis, aku sudah tidak bisa membendung air mata.
Tetapi sekarang sudah membaik, karena sudah aku kompres menggunakan air dingin sebelum mandi.
Meski kepalaku sedikit pusing, aku paksakan untuk datang ke kafe.
Kamar ku berada di lantai dua.
Sebelum aku berangkat, aku sempatkan untuk sarapan bersama mama dan papa.
Aku berharap mama dan papa tidak membicarakan apa-apa karena aku masih belum mau menjawab.
Papa dan mama sudah rapih duduk di meja makan. Raut wajahnya datar dan sudah dipastikan mereka berdua tau tentang keadaanku.
Aku duduk di tempat biasa tanpa bicara.
Mulai meneguk susu putih terlebih dahulu.
Aku mulai memakan roti selai kacang kesukaan ku.
"Setelah makan, papa mau bicara sama kamu,"
Iya, aku sudah tau akan seperti ini.
Aku sudah tau apa yang akan papa bicarakan, lebih tepatnya menanyakan hal yang sama seperti yang mama Aldi tanyakan.
Aku egois, setelah dipikir-pikir seharusnya aku bicarakan dulu sama orang tuaku lalu ke Aldi kemudian ke orang tua Aldi.
Aku mengambil langkah langsung ke tahap akhir, aku egois, hujat saja aku.
Selesai makan, papah menggiring ku ke ruang tamu untuk bicara.
"Kamu engga papa telat ke kafe kan?" Tanya papa, iya ini pertanyaan basa basi.
"Engga papa pah, aku udah chat Sita," jawabku.
Papa mengangguk dan mama datang membawa segelas teh untuk papa.
"Semalam Om Hendra telpon papa,"
Astaga ternyata pembicaraanku menyangkut banyak pihak yang kecewa.
"Katanya kamu ke rumah Aldi kemarin,"
Aku tertunduk, tidak menjawab apapun.
"Terus kamu bicara sama mamanya Aldi,"
Mataku terpejam, aku siap bicara.
"Kamu ngomong apa sama mamanya Aldi?" Tanya papa, sebenernya papa sudah tau, papa hanya ingin mendengar dari sisi aku.
"Karlina bilang, Karlina tidak bisa lanjutin pernikahan Karlina sama Aldi pa," kataku.
"Kenapa?" Tanya papa.
"Karlina sama Aldi tidak cocok," kataku pelan.
Papa menghela napas panjang. Papa terlihat kesal.
Aku tau.
"Kenapa kamu tidak membicarakan ini terlebih dahulu sama papa?" Tanya papa menaikan setengah oktaf.
"Iya pa, Karlina tau, Karlina salah, Karlina minta maaf sama mama sama papa karena udah ngecewain dan bertindak egois," kataku tulus.
Jika aku bilang yang sebenarnya aku takut papa sama Mama kecewa sama Aldi.
Tapi seharusnya aku bilang.
"Coba mama yang bicara sama Karlina, papa malas dengarnya, papa berangkat kerja aja," papa pergi dan menyisakan aku dengan mama.
Aku meneteskan air mata.
Aku harus seperti apa.
Mama menatap lurusku. Aku masih tertunduk menahan sedih.
Mama duduk disampingku dan mengelus punggungku dengan penuh kasih sayang.
Aku memeluk mama, aku mengeluarkan segala kekecewaan ini.
"Mama tau pasti ada sesuatu antara kamu dengan Aldi, mama tau kamu melakukan ini karena keadaan yang memaksa, mama tau kamu mulai membuka hati kepada Aldi, terlihat dari mata kamu,"
"Kalau memang kamu belum mau cerita sama mama dan papa tidak apa-apa, tetapi satu hal, coba kamu pikirkan dan ambil keputusan jangan sepihak, coba kamu diskusikan ini sama Aldi,"
Aku memeluk erat mama, aku mengangguk, iya aku salah aku tau. Jangan salahkan aku, aku butuh waktu.
---
YOU ARE READING
ONE THING(END)
Romansa"Jika cinta itu aku, buktikanlah. Jangan biarkan aku terjatuh sendiri." - Karlina Seorang wanita berumur 22 tahun, sama seperti perempuan-perempuan lainnya, memiliki hati, perasaan dan juga cinta. Hanya bisa menangis apabila bersedih dan tertawa ap...