Bab 1

272 14 0
                                    

Udara pagi sangat sejuk untuk memulai aktivitas. Semua orang berbondong-bondong memulai kegiatannya.
Hari ini hari Sabtu, kebanyakan orang pasti berlibur dengan keluarga, sahabat, teman atau pacar bagi yang punya.

"Sita, hari ini Cafe lembur sampe jam 12 malem," kataku saat berjalan kedepan kasir.
"Emangnya kenapa bos?"
"Hari ini kan hari Sabtu pasti banyak yang datang ke kafe,"
"Oke, bos," Sita melingkarkan ibu jari dan telunjuknya.

Saat Aku ingin berbalik untuk kembali keruangan aku teringat sesuatu.
"Hm, oiya kalo Randy dateng bilang aku sibuk," tanpa minta jawaban dari Sita, aku berbalik badan dan berjalan menuju ruangannya.

Udara hari ini sangat dingin, karena memasuki bulan-bulan September. Aku sekarang memakai kaos pajang polos dengan celana pajang jean dan sepatu heels yang sering aku pakai untuk bekerja.

Hari ini sangat suntuk untuk bekerja, aku bertengkar dengan mantan kekasih yang baru semalem ku putuskan karena aku melihat nya dengan seorang wanita.

Ada deringan ponsel saat aku baru beberapa detik duduk.

Dengan sangat malas aku melihat nama yang tertata disana, dan benar saja.

Mantan kekasihku.

Kutolak panggilan itu dan berusaha untuk fokus ke tumpukan map yang belum selesai.

Untuk kedua kalinya ponselku berbunyi.

"Gue engga mau ketemu sama lo. Jangan telpon gue lagi, gua lagi sibuk," kataku dengan nada marah.

"Hey sayang, ini papa. Kamu engga mau ketemu sama papa?" Mataku seketika melotot heran ternyata itu bukan Randy.

"Maaf pa. Aku kira bukan papa," aku memejamkan mata sebentar lalu membuka lagi untuk menghilangkan rasa malu.

"Hari Ini keluarga kita ada acara makan malem sama keluarga om Hendra. Kamu pulangnya jangan sampai jam 6 ya,"

"Engga bisa besok pa?" Tanyaku.

"Engga bisa sayang, soalnya papa udah janji dari jauh-jauh hari,"

Aku berpikir sebentar, nasib kafeku gimana? Sayang sekali jika hari ini tutup cepat, karena pasti banyak pengunjung yang datang di hari libur.

"Hari ini kafeku lembur pa, kalo aku engga ikut, bisa engga?" Tanyaku hati-hati takut papa tak setujui.

"Engga bisa, kamu harus ikut. Engga ada tapi-tapian papa tunggu di rumah. Kafe urusan belakangan." Tanpa pamit, papa menutup teleponnya.

Sial

---

Sesampainya dirumah tepat jam 6 malam. Papa dan mama sudah rapi dan sedang duduk di sofa.

Tadi Sita sudah kuberitau, hari Ini karyawan tidak jadi lembur, dan malahan mendapat keuntungan karena biasanya kafe Tutup jam 9 malam.

"Karlina pulang," dengan wajah cemberut ku berjalan ke arah papa dan mama untuk Salim.

"Hai anak mama udah pulang, gimana cafenya hari ini rame?" Tanya mama mengelus halus lembut rambutku saat Aku duduk disamping mama.

"Hm," hanya itu yang dapatku ungkapkan. Hari ini hari yang sangat menyebalkan bagiku bagaimana tidak, tadi siang ada seorang pelanggan yang mengoceh karena didalam makanannya ada rambut. Aku yakin bahwa rambut itu bukan milik salah satu kokiku, karena didalam dapur semua koki memakai penutup rambut. Saat aku memberi perjelasan tersebut, wanita itu malah marah-marah.

"Ko jawabnya gitu?" Tanya mama.

"Tadi ada cewe, ia protes makanan, katanya di dalam makanan itu ada rambut, setelah aku cek memang benar ada lalu aku bilang kalau makanan kami tidak mungkin ada rambut karena semua koki diwajibkan memakai penutup kepala. Perempuan itu malah mengomeliku katanya pelayanan disini kurang bagus dan tidak mau diprotes oleh pelanggan." Kataku sambil membayangkan kejadian tadi siang.

"Lalu gimana kelanjutannya?" Kata mama.

"Aku ganti makanan baru terus minta maaf aja,"

"Bagus dong kalo begitu, tandanya kamu melakukan yang seharusnya dilakukan," kata Papa yang akhirnya angkat bicara yang sedari hanya membaca koran.

"Ya sudah, kamu sekarang mandi terus kita berangkat," kata Mama

Aku berdiri dan bersiap untuk mandi.

"Oiya, pake dress dan dandan yang cantik ya sayang," lanjut mama.

ONE THING(END)Where stories live. Discover now