Bab 23

55 4 0
                                    

"Aldi,"

Aldi memandang bergantian aku dan Randy.

Wajahnya kaget dan tampak kesal.

Randy menatap aku dengan tatapan tanya. Tapi lelaki itu sadar, bahwa wajah yang aku tunjukkan itu menunjukkan jawaban.

Aldi berjalan mendekat dan mengibas kasar tangan Randy.

"Lu siapa?" Tanya Aldi.

Randy tersenyum puas,

"Ini?" Tanya Randy kepadaku.

Aku diam dan mencoba mengalihkan pandangan ke segala arah.

"Jadi selama aku engga ada, kamu malah enak enakan sama cowo lain?" Kata Randy.

Aku menutup mataku, menelan ludah.

Aku kehabisan kata kata.

"Dasar, perempuan murahan," mata Aldi melotot dan meraih kerah baju Randy.

"Lu bilang apa?" Tanya Aldi tajam.

"Cewe murahan,"

Buk..

Aldi melayangkan tangannya kewajah Randy.

Aku menganga.

Randy tergeletak di lantai.

"Minta maaf sekarang,"kata Aldi.

Randy malah menatap dengan wajah meledek.

"Jangan pernah mulut lu yang busuk itu ngatain tunangan gua seenaknya," Aldi menarik baju Randy lagi.

Randy tertawa sarkas.

"Lu pikir gua serius sama dia? Gua engga pernah serius dan mencoba memperjuangkan dia, gua pacaran sama dia itu hanya karena status, engga lebih,"

Aldi menonjok lagi.

Ia tidak suka ada seseorang yang menyakitiku.

Air mataku menetes.

Randy, seseorang yang sangat aku percaya dan cintai itu mengatakan hal yang tidak aku duga.

Hati nya tidak sama dengan yang aku rasakan.

"Jangan pernah lu datang kesini lagi, ataupun muncul di hadapan Karlina," Aldi marah.

Ia membelaku dengan caranya.

Aku menarik Aldi.

"Udah, aku engga mau ada keributan di sini," kataku.

Aldi memandang aku yang sudah berlumuran air mata.

Ia berdiri, tidak tega.

Randy berdiri dan mengusap darah yang ada disudut bibirnya.

Aldi mengenbgam tanganku, mengambil tasku lalu mengajakku pergi.

"Hati hati Karlina, I love you,"

Aldi berdiri lalu menghampiri Randy lagi.

Tangannya mengambil sudut yang sama.

Aku menahan Aldi untuk tidak melakukan kekerasan lagi.

"Udah, udah," kataku.

"Gua hanya mengatakan hal yang biasa gua katakan," Randy sengaja membuat Aldi tambah marah.

"Gua engga nyangka ternyata lu kayak gini aslinya, brengsek," aku akhir angkat bicara.

"Banyak hal yang lu engga tau tentang gua," Randy beralih menatapku.

"Terimakasih sudah menunjukan sisi lu yang sebenarnya,"kataku kepada Rangga.
"Aldi, tolong bawa lelaki brengsek ini keluar, aku ngunci pintu kafe," kataku kepada Aldi.

Tangan Aldi meraih lengan baju Rangga keluar.

---

Aldi mengantarku pulang.

Aku mengalihkan pandangan ke arah luar. Aku tidak mau Aldi melihat ku yang sedih.

Mencoba sekuat tenaga untuk tidak terlihat menangis.

Tiba tiba ada tanga yang beraba

Aku bergemih.

"Ada aku disini,"

Aldi mencoba menghibur ku, ia ingin mengatakan jika dirinya ada disamping ku.

Terbesit rasa bersalah, aku selalu berpikir buruk tentang nya tetapi bahkan Aldi jauh lebih baik dari pada laki laki brengsek itu.

Aku menunduk kan kepala, tidak tahan untuk melampiaskan segala hal yang terjadi.

Aku perempuan, tidak mungkin aku tidak kecewa jika ada seseorang yang mengakatai aku seperti tadi.

Hatiku sensitif, sekuat kuatnya wanita pasti ada sisi lemahnya.

Aldi menepikan mobilnya.

Ia melepas seatbell ku dan seatbell nya.

Lelaki itu mendekat untuk mendekat erat tubuhku yang sedang rapuh.

"Maaf," katanya.

Kenapa dia minta maaf, seharusnya aku yang minta maaf.

"Maaf, aku datang terlambat," katanya lagi.

Ia bahkan tidak membuat janji untuk mengunjungi ku.

Aku menangis lebih dalam, tangannya mengelus kepala ku dan tangan yang kirinya mengusap punggung ku.

Ada makna dari kejadian tadi, satu, aku jadi tau sifat asli Randy dan kedua, aku tau kalau Aldi tulus dan serius denganku.

Perkataan Sita tadi benar, dan firasat orang tua engga pernah salah.

---

ONE THING(END)Where stories live. Discover now