Bareng

0 0 0
                                    

Ini sudah mau 2 minggu menuju pelaksanaan KKN, ayina sudah menyiapkan semuanya jauh jauh hari. Ia sudah mengepak barang barang yang perlu dibawa dan tidak.

Hari ini adalah hari minggu, hari dimana rebahan seharian. Ayina bersiap untuk membuka laptopnya menonton drakornya yang tertunda karena tugas.

"Yi..."

Ayina mendecak kesal, baru juga dia menonton 7 menit drakornya sudah ada yang mengganggu nya dan dia tau itu suara siapa. Siapa lagi kalau bukan boy, cowok yang berani datang kerumahnya dan mengetuk pintu kamarnya.

"Apaan? Mager ah" balas ayina kembali melanjutkan drakornya.

Suara ketukan kembali terdengar, ayina mencoba menulikan telinganya dan melanjutkan menonton drakor kesukaannya. Jam masih menunjukkan pukul 10 pagi.

"Yi keluar bentar" ucap boy masih berdiri depan pintu kamar ayina.

"Boy aku beneran mager sumpah, lain hari deh"

Boy tetap mengetuk pintu kamar ayina membuat gadis itu kesal setengah mati karena mengganggu waktu rebahannya seharian. Ia berjalan dan membuka pintu.

Lalu memukul dada bidang boy namun cowok yang sedang dipukul ayina tidak berkutik sekalipun, ia hanya memasang wajah sendu.

Ayina menghentikan pukulannya dan menatap boy, ia mengerutkan alisnya bingung menatap tingkah boy. Biasa nya cowok ini akan ribut jika bertemu dengan ayina atau dia akan cerewet sepanjang waktu tapi hari ini boy tampak diam dan lesu.

"Ada apa?" tanya ayina khawatir.

"Mami..." balas boy dengan wajah sedih.

"Mami? Kenapa boy?" tanya ayina makin khawatir.

"Mami sakit yi" balas boy sedih.

Ayina memeluk boy dengan erat, ia tau jika boy butuh pelukan saat ini. Boy adalah anak yang penyayang dengan orangtuanya walau orangtuanya jarang ada untuk boy. Boy selalu patuh perintah mami dan papinya, ia tak mau melihat mami dan papi nya terluka sedikitpun.

Apalagi sampai sakit, sebenarnya mami boy sudah lama sakit. Ia mengidap leukimia, namun karena cita citanya kadang ia mengabaikan sakitnya dan berpura pura kuat didepan suami dan anaknya.

Ayina tau, mami boy tidak mau terlihat lemah di depan dua jagoannya. Ia mau terlihat kuat agar dua jagoannya tak perlu khawatir padanya. Ia tidak mau orang mengasihani nya termasuk ayina.

Ayina melepaskan pelukan boy, ia menatap boy lekat. Lalu mengelus puncak kepala boy walau sejujurnya tingginya hanya sedada boy. Tapi ayina tetap berusaha. Ia ingin selalu ada untuk boy seperti boy yang selalu ada untuknya.

"Sudah boy, mami juga tidak mau kan lihat kamu sedih jadi jangan sedih lagi ya. Kita doain mami cepat sembuh" ucap ayina mencoba menenangkan boy.

"Mami dimana sekarang?" tanya ayina.

"Mami dirumah sakit di bali. Ia drop saat pembukaan butiknya, papi menelpon ku tadi dan dia mengatakan agar aku tetap stay disini sedangkan ia yang akan melihat mami"

"Yasudah kita doakan saja dari sini boy kalau mami akan baik baik saja, kita tunggu kabar dari papi kamu"

"Yi..." ucap boy lemah.

"Iya?"

"Peluk aku sekali lagi. Aku butuh sandaran"

Ayina kembali memeluk boy dan membawanya ke ruang tv.

*-*-*

Malampun tiba, boy masih ada dirumah ayina. Mama dan papa ayina menyuruh boy untuk menginap dirumah mereka beberapa hari sampai kondisi mami nya boy pulih.

G R A C I A S ! !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang