#01. Ketemu

739 80 15
                                    


Tap bintangnya dulu, yuk?

• 💛 •


Yohan mengusap buliran keringat di pelipisnya. Laki-laki bergigi kelinci itu baru saja selesai menunaikan hukuman dari dosen berkumis tebal yang sok kegantengan-menurutnya.

Sebenarnya sih Yohan juga yang salah. Semalam malah berburu kuliner di pasar malam sampai lupa dunia. Iya, jam sebelas dia baru pulang ke rumah. Bukannya langsung tidur, ehh malah terbuai Film India. Alhasil, hari ini dia bangun kesiangan dan secara otomatis telat masuk kelas, kemudian mendapat hukuman menata buku di perpustakaan.

Kalau sudah begitu, Yohan malas masuk kelas selanjutnya. Mending pulang ke rumah lanjutin tidur. Tapi baru sampai di Gerbang, rasa haus menyerang, membuatnya harus mampir terlebih dahulu di sebuah warung tegal dekat Kampus. Duduk bersila, meminum Es kepal Milo sembari melamun adalah hal yang paling tepat dilakukan. Sebab cuaca hari ini sedang panas-panasnya.

Terimakasih kepada sang Surya yang menyinari kota Jakarta dengan super extra. Tentu hal ini jadi kebahagiaan tersendiri bagi para ibu rumah tangga, karena cucian mereka kering dalam sekejap mata. Seingat Yohan sih, di kompleksnya bahkan ibu-ibu kadang sampai membuat acara Syukuran saat musim panas tiba. Excited sekali lah pokoknya.

"Ehh mas Syahdan, baru selesai kelas ya mas? mau beli apa?"

Yohan terkejut dong, melihat sang pujaan hati berada dalam radius 2 meter di sampingnya. Niat ingin kabur sudah terlintas di pikiran, ehh malah teringat Es yang belum dibayar. Mampuslah dia kalau sampai bertatap muka dengan Syahdan. kemungkinan terbesar yang terjadi adalah doi akan ilfeel dengannya. Secara dia lagi kucel bin buluq gitu, mau ditaruh mana mukanya heh?

Maka satu-satunya pilihan yang bisa dilakukan adalah mengambil bucket hat nya di dalam tas, kemudian memakainya sampai menutupi separuh wajah. Beruntunglah tadi malam dia membeli ukuran L di pasar malam dengan harga diskonan.

"hehe, iya Bu. Abis kelas saya haus, di kantin ramai. Jadi saya kesini, jus Alpukatnya satu ya Bu?"

Ahh suaranya terdengar amat lembut di telinga Yohan. Rasa-rasanya bahkan selembut dan seringan kapas, membuatnya ingin terbang ke langit paling atas. Sialnya, dia teringat kalau harus segera menjauh dari Syahdan. Demi menjaga image yang tengah berada di ambang jurang.

Mengintip dari balik Topi-nya, bisa dilihat Syahdan sedang asyik meminum Jus alpukat miliknya. Duduk dengan kaki kanan diatas paha kiri, membuat kesan manly yang begitu kentara. Ahh jangan begitu dong Mas Syahdan, Yohan kan jadi ingin melebur.

Sudah cukup mengagumi Si pemilik hati, Yohan mulai beranjak menghampiri Bu Hana.

"Emm, Bu.. saya mau bayar." ujar Yohan yang dibuat selirih mungkin.

"Iya nak Yohan? Delapan ribu ya."

Aduh, Bu Hanaaaaa!

Susah payah Yohan menyembunyikan identitasnya, malah dibuat sia-sia oleh Ibu pemilik Warteg. Ah elah bu, Yohan kan jadi gak tahan mau mengumpati. Pada akhirnya, dia memilih berlapang dada dan memberikan uang Sepuluh Ribu kepada bu Hana.

"Kembaliannya ambil ibu aja deh, permisi bu."

Segala umpatan dia tahan, demi mengeluarkan suara selembut mungkin agar terkesan sopan. Padahal sih, pengen dia acak-acak aja ini Warung tegal. Huh.

"Loh, ternyata dek Yohan? Septano Yohan bukan?"

Entah sudah berapa kali Yohan mendapat sial hari ini, malah sekarang bertambah karena disapa oleh sosok Pangeran yang duduk di depannya. Niat hati ingin cepat-cepat pergi, malah tertahan dengan senyum menawan si pemikat hati.

Yohan mengangkat Topi-nya hingga menampilkan sepasang manik indahnya, "Eng.. I-iya kak, saya Septano Yohan."

Menaruh gelas Jus-nya, Yuvin beralih menatap adik tingkatnya itu sambil tersenyum penuh pesona.

Yohan apa kabar? Kaki-nya masih napak gak tuh?

"Udah selesai kelas dek? Apa masih ada kelas nih?"

Yohan menggaruk tengkuknya canggung. Ini kali pertamanya dia sedekat ini dengan Yuvin. Meski nyatanya dulu semasa ospek pernah dibimbing, tapi rasanya 'kan beda. Sekarang dia berdua saja dengan Yuvin -walau ada Bu Hana sih, sedangkan dulu pas Ospek dia dibimbing dengan ditemani Puluhan Mahasiswa lain.

"Hehe, udah selesai nih Kak. Ini mau pulang."

Yuvin terlihat mengangguk, "Sama dong kalo gitu. Ini saya juga mau pulang, saya antar gimana?"

Woe, siapapun.. Tolong ambilkan alat bantu nafas untuk Yohan sekarang! Hal yang diimpikan dari dulu, menjadi kenyataan. Siapa yang gak bahagia ditawari pulang bareng oleh doi?

"Eh? s-saya nggak mau ngerepotin ah Kak."

Halah, dusta kau Milea!

Yuvin tidak menjawab, laki-laki super ganteng itu mendatangi bu Hana untuk membayar Jus-nya. Setelah sedikit berbincang dengan Pemilik warteg, dia menatap Yohan-yang mana langsung membuat si manis gelagapan.

"Saya anter aja, dek. Nggak papa kok,"
Setelah berkata demikian, Yuvin main nyelonong gitu aja ke arah mobilnya yang diparkir depan Warteg. Kok gak dimarah satpam ya? padahal 'kan itu area dilarang parkir. Wah ternyata Mas Syahdan nakal juga ya.

"Beneran nggak ngerepotin nih saya nebeng kak?" tanya Yohan setelah mendudukkan dirinya disamping Yuvin.

Menyetir dengan laju sedang, Yuvin menjawab ringan. "Serius nggak masalah, Dek. Santai aja kalo sama saya mah." gitu katanya.

Emang ya, si Dilan ini punya banyak tingkah yang bisa membuat Milea-nya klepek-klepek tak berdaya, sudah macam Ikan yang dibiarkan tergeletak di Tanah.

Selama perjalanan menuju rumah Yohan, tidak ada yang membuka suara. Yuvin sendiri kelihatan fokus menyetir, sementara Yohan sedang pusing. Pusing karena melihat dan berdekatan dengan malaikat hatinya. Waduh, Yohan diam tuh sebenarnya karena tengah di mabuk kepayang oleh pesona Yuvin!

"Dek, komplek apa namanya?"

Yohan langsung menoleh, "Eh anu-komplek cempaka, kak."

"Loh? Komplek kita deketan ternyata. Rumah saya di komplek Kenanga." tutur Yuvin seraya terkekeh seksi.

"O-oh ya? Wah, saya nggak nyangka." balas Yohan sekenanya.

yha, walaupun Yohan sudah diam-diam menyukai Yuvin sejak jaman Maba, dia benar-benar baru tahu rumah Doi. Secara dia 'kan gak pernah kepo nanya-nanya ke orang terdekat Yuvin. Paling mentok mah, Yohan nge-stalk akun Instagram si kating menawan.

"Berhenti di rumah nomer delapan, kak. Rumah saya yang gerbangnya warna Cokelat."

Yuvin pun menurut, dia memberhentikan Yohan di rumah dengan gerbang berwarna cokelat. Tenang kok, ini bukan drama alay yang pemerannya pas diantar pulang sang pacar, minta diturunkan dirumah mewah-padahal punya orang, bukan punya diri sendiri. Santuy aja, ini beneran rumah Yohan kok. Lebih tepatnya sih, rumah Orangtuanya. Hehe.

"Kak Syahdan nggak mau mampir dulu nih?" tawar Yohan basa-basi, kalau mau tahu yang sebenarnya mah, dia pengen cepet-cepet masuk kamar dan teriak di balik bantal- kalau akhirnya dia bisa pulang bareng kesayangan.

Namun, siapa sangka..

"Emm, Boleh dek. Kalau nggak keberatan aja."

DOI BENARAN MAU MAMPIR BORR!

Mengabaikan rasa kagetnya, Yohan mencoba tersenyum, "Eh -apanya yang keberatan sih kak? masuk aja, yuk?"

Yuvin mengangguk, kemudian keluar dari mobilnya untuk mengikuti langkah Yohan masuk ke rumah mewah keluarga Ranendra. Hm, berterimakasihlah kepada Tata yang memaksakan alur seperti ini.

***

Haii?

Makasih udah baca, gitu aja aku dah seneng. Tapi bakal tambah seneng kalau dapet Vote dari kalian, hehe.

See you next chap ya! 💖

©Tata -April, 2020.

Tentang Rasa [YUYO] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang