#16. Pulang

215 32 1
                                    


Tap bintangnya dulu, yuk?

• 💛 •

Yuvin menyesap kopi pahitnya sambil memandangi kota Paris yang diguyur hujan saat ini. Kopi pahit adalah obat untuk beban pikiran seorang Syahdan Yuvin. Dia begitu menikmati sensasi pahit bercampur panas yang masuk ke tenggorokannya.

Sejak Yuvin tiba di ibu kota Prancis beberapa hari yang lalu, tidak ada kegiatan berarti yang dilakukannya. Hanya sekedar memandangi gedung-gedung yang menjulang tinggi, menyaksikan interaksi penduduk asli Paris, dan.. duduk di dalam kamar sambil melamun.

"Lo kenapa nggak balik aja sih?"

Yuvin menghembuskan nafasnya, tanpa ada niat berbalik ataupun menatap sahabatnya. "Lo ngusir gue?"

Jinhyuk berdecak pelan, kemudian beralih duduk di ranjang kamarnya— yang sejak beberapa hari lalu ditempati Yuvin. "Bukan gitu–

"Gue.. terlalu berlebihan ya?"

Jinhyuk menatap iba sahabatnya yang masih setia membelakanginya. "Jujur, gue nggak bisa nge-judge yang gimana-gimana tentang masalah lo sama Yohan. Karena gimanapun juga, gue nggak punya cukup hak buat ikut campur. Gue emang nggak begitu paham perasaan lo sekarang ini," dia menjeda, "Tapi gue nggak mau masalah kalian berlarut-larut. Dimata gue sekarang ini, lo yang kelihatan takut kehilangan Yohan.. dan Yohan yang udah putus asa karena lo menutup aksesnya buat komunikasi."

"Pertanyaan gue, kenapa juga lo milih kabur dari masalah dengan alasann refreshing?"

"Nyatanya gue emang refreshing kan? gue butuh banget nyegerin pikiran gue. Gue juga butuh waktu buat mikirin gimana kedepannya. Gue— gue bukan robot, Hyuk. Gue masih manusia yang juga bisa capek sama keadaan. Ada kalanya gue pengin sendiri, at least sampai gue nemu solusinya."

Jinhyuk terkekeh sinis, "Menurut lo kabur dari masalah itu solusi?"

Yuvin tidak menjawab, lebih tepatnya enggan menjawab karena dia juga tidak mempunyai jawabannya.

"Gue mau nanya lagi. Segitu kecewanya lo sama Yohan? sampe-sampe nutup komunikasi gini. Hmm, gimana ya gue bilangnya— maksud gue tuh, kenapa harus gitu banget? bukannya selama lo kenal Yohan, dia nggak pernah punya salah? Baru kali ini doang 'kan?"

Yuvin paham. Dia bukan orang bodoh yang gak bisa mengartikan kata 'gitu' yang diucapkan Jinhyuk. Iya, maksudnya Yuvin terlalu tega sama Yohan.

"Lo tau 'kan Hyuk? Yohan tuh yang pertama buat gue. Rasa sayang, rasa ingin melindungi, rasa cemburu, rasa kecewa— semuanya yang pertama bagi gue. Sebelumnya gue nggak pernah se-kecewa ini. Lo juga paham banget kalo gue paling nggak suka sama orang yang ingkar janji. Dan sekarang? Orang yang gue sayang ngelakuin hal yang gue benci itu, terlebih lagi dia ingkar janji karena Donghan. Kalo Donghan cuma sekedar sahabat mah gue juga biasa aja kali, nah ini? Donghan ngaku kalo dia cinta sama Yohan. Iya, mungkin terkesan lebay.. tapi gue juga nggak bisa bohong sama diri gue sendiri untuk bersikap baik-baik aja padahal enggak. Oh god— gue bukan orang munafik!"

Jinhyuk kembali menghela nafas mendengar Yuvin yang mengeluarkan unek-uneknya dengan begitu menggebu-gebu seolah menggambarkan kalau dia se-frustasi itu.

"I know buddy, but.. Please— coba buat lebih mengerti dan berdamai sama keadaan! Coba liat situasi Yohan dengan positif! Jangan dulu mikir Donghan yang mencintai Yohan, tapi pikir Donghan— sahabat Yohan! Juga bukan kehendak Yohan kalau misalnya ada orang lain yang cinta sama dia. Itu diluar kendali dia, Vin."

Tentang Rasa [YUYO] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang