#07. Yakin?

306 38 4
                                    


Tap bintangnya dulu, yuk?

• 💛 •

"Vin, entar malem nongkrong lah kita. Udah lama nggak party juga."

Yuvin yang sedang membaca buku itu menoleh, menatap datar sahabat terdekatnya. "Gue nggak suka party, ngomong-ngomong."

Jinhyuk Giovandra mendengus kesal, "Hadehh iya juga sih. Lo cuma mau ikut pesta bareng temen-temen sewaktu kelulusan SMA doang. Nggak asik lo, serius."

Yuvin mengendikkan bahunya cuek, matanya masih fokus kepada buku perpustakaan yang dia baca. Iya, dia dan Jinhyuk berada di perpustakaan sekarang.

Kalau untuk Yuvin sendiri, semua orang juga tau IQ-nya tinggi. Jadi gak heran dia ada di perpustakaan, bukan seperti Jinhyuk yang membuat orang-orang melongo melihatnya ada di tempat dimana buku-buku berkumpul. Karena Jinhyuk sendiri adalah musuh bebuyutan benda itu.

"Kenapa sih lo suka baca, Vin?"

Masih tidak menoleh Yuvin menjawab, "Karena gue mau pinter."

"Gue juga mau pinter, Vin. Tapi kok nggak suka baca sama sekali yak? liat buku aja bawaannya pengen muntah. Kalau bukan karena mau ngadem, nggak bakal ikut lo kesini gue—

"Diem Hyuk. Ini perpustakaan."

Sekali lagi Jinhyuk mendengus sebal, sekarang matanya sibuk menjelajahi perpustakaan luas ini. Beberapa detik kemudian, kedua matanya membola—melihat seseorang yang dengan gampangnya menjadi pusat perhatian manusia-manusia yang ada di ruangan ini.

"Anjir ada malaikat Vin!" celetuknya, membuat Yuvin mau gak mau ikut menatap objek penglihatan sahabatnya.

"Septa?" gumamnya lirih.

Jinhyuk memekik tertahan, "Semangat 45 kalau liat yang bening begini mah, samperin ah."

Baru mau berdiri, ehh jaket jeans yang Jinhyuk pakai sudah ditarik oleh Yuvin.

"Nggak! nggak ada samper-samper!"

"buset, ngapa sih?!"

Yuvin malah melihat Yohan, belum berniat untuk menjawab pertanyaan Jinhyuk. Dan saat itu juga, Yohan menatapnya balik. Laki-laki manis bergigi kelinci itu tersenyum sambil menundukkan kepalanya sekilas—sebagai sapaan untuk Yuvin yang terkesan menghormati. Syahdan Yuvin tentu saja ikut mengembangkan senyuman, kemudian matanya beralih menatap Jinhyuk ketika Yohan berjalan ke arah rak buku.

"Jangan nyamperin dia pokoknya." tegas Yuvin, lalu dia kembali melanjutkan kegiatan membacanya.

Jinhyuk yang langsung paham situasi, sekarang malah senyum-senyum gak jelas sambil menaik-turunkan kedua alisnya. "Ciyeee, abang Syahdan naksir orang." godanya.

Yuvin berdecih, "Sotoy."

Jinhyuk menggeleng, kedua tangannya dilipat di depan dada. Matanya memicing ke arah Yuvin, "Nggak usah ngelak kau esmeralda! Lagian lo nggak bisa bohong sama gue. Inget ya, kita temenan dari jaman zigot!"

"Lagian apa salahnya naksir orang? toh orang yang lo suka itu Septano Yohan Ranendra, primadonna fakultas MIPA yang aduhaii menggetarkan jiwa!" sambung Jinhyuk menggebu-gebu. Dramatis sekali pokoknya.

Tentang Rasa [YUYO] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang