#09. Awkward

262 39 6
                                    

Tap bintangnya dulu, yuk?

• 💛 •

"Darimana, Vin?"

Yuvin yang baru masuk rumah sambil senyum-senyum itu dengan semangat duduk di sebelah Ayahnya, Mingyu.

"Daddy ganteng banget hari ini, hehe."

Melenceng sekali jawabanmu, zheyenk.

Mingyu yang semula fokus pada laptopnya, beralih menatap horror ke arah Yuvin. "Kamu kesambet? atau punya niat minta uang tambahan? emangnya uang yang Daddy transfer belum cukup? tumben kamu minta uang lagi." cerocos Mingyu.

Yuvin berdecak, tapi kemudian senyum lagi. "Daddy apaan sih? enggak kok."

"Habisnya kamu tiba-tiba aja bilang Daddy ganteng. Kalau di tivi-tivi biasanya kan anak yang muji orangtuanya itu karena lagi pengin minta uang.."

"Makanya Daddy jangan kebanyakan nonton sinetron, nggak ada faedahnya tau."

Mingyu tertawa pelan, nunjukin kalau dia memang tampan meski usianya sudah gak muda lagi. Hey, banyak yang bilang, Yuvin masih kalah ganteng dari Ayahnya lho, jangan salah. Hehe.

"Yaudah, Yuvin mau ke kamar dulu."

"Loh, udah mau tidur? ini Momma baru mau gabung."

Mendengar suara sang Momma, Yuvin berbalik dan langsung memeluk Wonwoo. Dia peluk sangat erat orang yang melahirkannya itu, senyumnya juga semakin mengembang.

"Kenapa, Fian? kok kelihatannya seneng banget?" kekeh Wonwoo.

Yuvin melepaskan pelukannya, "Fian udah dapet, Mom."

Wonwoo mengernyit, "Dapet? dapet apa sayang? dapet nilai bagus lagi?"

"Bukan, Momma cantiikk. Fian udah dapet yang momma mau. Hehe."

"Jangan main teka-teki dong, Momma nggak paham."

"Fian.. udah menemukan 'orang itu' Mom." Yuvin menjeda, matanya menatap teduh manik kelam Wonwoo. "Fian naksir seseorang." sambungnya.

Wonwoo kaget.

Mingyu juga.

"K-kamu.. serius, nak?"

"Wah, akhirnya!!! anak Daddy sudah besar!"

Yuvin memutar bola matanya malas mendengar celetukan Mingyu, "Dad.. Yuvin emang sudah besar." kesalnya.

"No, Boy. Seorang laki-laki bisa dikatakan sudah besar, kalau dia juga sudah punya seseorang yang akan dia lindungi di kehidupannya." ucap Mingyu sambil menepuk pundak Yuvin, bangga.

Wonwoo mengelus pipi anak semata wayangnya, mata sipitnya berkaca-kaca. Dia terharu, akhirnya ada yang Yuvin perhatikan selain ambisinya dalam pendidikan.

"Momma harap, kamu selalu bahagia Nak."

Yuvin tersenyum tipis, "Tapi Fian masih harus meyakinkan perasaan Fian lagi, Mom. Doakan aja semoga Fian bisa lanjut ke tahap selanjutnya."

Tentang Rasa [YUYO] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang