eoy - enam

240 38 0
                                    

Aku melambaikan tangan saat melihat Bang Tata dan Bian baru memasuki restoran tempat aku, Bang Brian dan Mbak Sana— pacar Bang Brian sedang makan siang yang kesorean ini.

Bang Tata tersenyum ke arahku sambil membalas lambaian tanganku, sedangkan Bian tetap dengan wajah datarnya.

Baru saja Bang Tata menggeser bangku untuk ia duduki, Bang Brian sudah melihat Bang Tata dengan wajah bingungnya.

"Ngapain lo di sini?" tanya Bang Brian.

"Makan."

"Iya, gue tau lo makan. Tapi harus banget di meja ini?" tanya Bang Brian dengan nada yang menjengkelkan.

Kulihat Bang Tata tidak peduli dengan pertanyaan beruntun Bang Brian. Ia malah sibuk melihat buku menu yang sedang ia pegang tepat di depan wajahnya.

Sedangkan aku, memilih melanjutkan makan. Gak peduli dengan tatapan Bang Brian yang sedang dalam mode 'ngajak ribut' ke arahku.

-

Setelah sekitar satu jam kami semua makan dengan sesekali mengobrol santai, kecuali Bang Brian yang masih tetep ketus dengan Bang Tata. Aku dengan Bang Tata masih terus bertukar cerita lucu sampai Bang Brian merasa risi dengan suara tawaku yang menggelegar hingga beberapa kali aku mendapati tissue terbang di mukaku.

"Kamu mau pulang bareng gak, Dek?" tanya Bang Tata kepadaku.

"Bang Tata mau ke mana dulu?"

"Mau cari buku."

Setelah melihat Bang Brian yang masih sibuk sama Mbak Sana, aku memilih mengangguk mengiakan ajakan Bang Tata dibanding harus jadi obat nyamuk Bang Brian lagi.

"Boleh, deh," jawabku. "Bang, aku pulang bareng Bang Tata, ya?" sambungku, sambil menatap Bang Brian.

Bang Brian hanya membalas ucapanku dengan gestur mengusir dengan tangan kanannya dan tampang ngeselinnya.

Aku hanya mendengkus melihat kelakuan Bang Brian dan menarik lengan kemeja Bang Tata untuk keluar dari restoran.

"Punya Abang kok ngeselin banget," gerutuku saat sudah masuk ke dalam mobil milik Bang Tata.

Bang Tata mengacak puncak kepalaku sambil tersenyum tanpa mengucapkan apapun.

Hening beberapa saat, sampai aku menoleh ke arah Bang Tata yang sedang memperhatikan restoran tempat kami makan tadi.

"Ko gak jalan, Bang?"

"Tuh, Adek Abang ketinggalan," balas Bang Tata, sambil menunjuk ke arah restoran dengan dagunya. Dimana Bian sedang berjalan ke arah mobil milik Bang Tata dengan muka cemberutnya.

"Bagus ya, aku diajak tapi ditinggalin," protes Bian yang sudah duduk di bangku mobil belakang.

Aku segera balik badan untuk menghadap Bian yang sedang melipat kedua tangannya di dada.

"Sori, lupa gue," balasku sambil meringis.

Bian hanya mendengkus mendengar ucapanku. Setelah itu, Bang Tata mulai menyalakan mobilnya dan meninggalkan area restoran.

-

Setelah sampai di salah satu toko buku yang terkenal di Indonesia, aku berjalan lebih dulu ke arah rak yang berisikan novel. Sedangkan, Bang Tata dan Bian sudah berpencar mencari kesenangannya sendiri.

"Cari novel apa?" tanya Bang Tata yang sudah berdiri di samping kananku.

"Gak tau, Bang. Mau liat-liat dulu," balasku, sambil membaca sinopsis salah satu buku.

"Abang tinggal lagi, ya?" ucapnya, sambil mengacak puncak kepalaku pelan.

Aku tersenyum ke arah Bang Tata seraya mengangguk.

Setelah Bang Tata sudah berjalan menjauh, aku berjalan menghampiri Bian yang sedang serius melihat-lihat komik.

"Bian!" panggilku sedikit berteriak tepat di belakang tubuhnya.

Bian tersentak dan langsung menoleh ke arahku sambil memegang kuping kanannya.

"Nyari apa?" tanyaku, kini aku sudah berada di sisi kanannya.

"Buku."

"Yang bilang lo nyari minum siapa?"

"Ya, lo udah tau pake nanya."

Aku mendengkus dan memukul lengan Bian saking gemes dengan jawabannya.

"Lo lagi deket sama abang gue ya?" tanya Bian.

Aku menghentikan gerakanku yang ingin mengambil salah satu buku yang berada di depanku.

"Kata siapa?" balasku.

Bukannya menjawab, Bian malah mendiamkanku dan berjalan menjauh sambil melihat-lihat deretan buku yang berjajar di samping kanannya.

"Kata siapa, Bi?" tanyaku lagi.

Bian masih belum menjawab pertanyaanku dan masih melihat-lihat deretan buku.

"Cemburu ya?" godaku, sambil menyenggol lengannya dengan pundakku.

Bukannya menjawab, ia malah kembali meninggalkanku dan berjalan menuju ke Bang Bian.

"Tinggal bilang cemburu aja kok susah banget."

Kalau gak inget tempat, pasti sudah aku jambak-jambak poni lemparnya Bian. Menghentakkan kaki, aku menyusul ke Bang Tata yang sedang tersenyum ke arahku dan menabrak lengan Bian dengan bahuku secara kasar. Kudengar Bian berdecak dan aku menoleh ke arahnya untuk menjulurkan lidahku dan kembali berjalan ke Bang Tata.

-

"Bang, makasih ya bukunya," ucapku sambil mengangkat plastik berisikan beberapa novel yang dibelikannya.

"Sama-sama."

"Aku turun, ya. Assalamualaikum," pamitku dan mencium punggung tangan kanannya Bang Tata.

"Waalaikumsalam."

"Bi, gue balik," ucapku ketus ke arah Bian yang sedang membaca komik yang baru ia beli tadi.

"Hm."

Aku mendengkus dan segera membuka pintu mobil, menunggu Bang Tata menjalankan mobilnya pergi dari hadapanku.

Tbc..

Eyes On You | Ryujin x Hyunjin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang