Tring... Tring... Tring....
Seluruh siswa SMA Taruna Wijaya berhamburan keluar. Ya… Karena, 10 menit yang lalu, bel pulang berbunyi.
----
"Din, lo pulang bareng siapa?"
"Bentar gue telpon Kak Arka dulu,"
Kring..kring..kring
"Hallo Din" terdengar suara di seberang sana.
"Hallo Kak, hari ini jemput gue kan?"
"G-R lo,"
"Awas aja ya lo Kak, nanti gue laporin ke Mamah." ancam Dina kepada Arka.
"Ck, cuman gitu aja main laporin." lirih Arka
"Makanya... jemput Dina di sekolah,"
"Tapi gw lagi banyak tugas yang harus diberesin sekarang, Din. Maaf ya... Lo bisa minta dijemput sama supir kan? Atau lo naik angkutan umum? Atau loooo..." arka memotong pembicaraannya
"Atau apa Kak?"
"Lo ga usah balik aja sekalian, hahahaha." tawa pecah mengejek di seberang sana.
Tutt...tutt..tutt..
----
"Huh, males banget gue ngerjain tugas sebanyak ini, arghhh!!!" keluh Arka yang sekarang harus mengerjakan tugas kampusnya.
----
"Gimana Din?" tanya Riri yang melihat raut wajah Dina yang berubah seratus delapan puluh derajat
"Gue ga dijemput,"
"Terus? Lo pulang sama Siapa?"
"Gue bareng sama lo ya,"
"Gue mau ke bandara sekarang, jadi ga bisa bareng lo, maaf ya Din," ucap Riri.
"Yaudah, gapapa Ri, gue bisa pulang sendiri,"
"Beneran?"
"Iya."
"Ga takut?"
"Masa Seorang Dina yang super duper cantik gini takut sih malu-maluin keluarga aja,"
"Apa hubungannya si sama cantik terus ke keluarga, lo mah ngoceh gabener-bener dari dulu ya,"
"Bodo."
Dina dan Riri berpisah di gerbang pintu sekolah. Dina langsung pergi menuju halte bus. ia tidak dijemput oleh supirnya karena ban mobil pecah di tengah jalan.. Dan akhirnya Dina harus naik bus.
"Untung aja duit gue masih ada," batin Dina
Walaupun Dina anak orkay tapi Dina selalu irit dalam memegang uang, ia tidak mau membawa uang yang mernominal tinggi, Dina trauma karena ia pernah dijambret dan hampir meregut nyawanya... Alhasil Dina selalu menyimpan uang yang diberikan oleh orangtuanya. Ia hanya membawa uang secukupnya saja.
Hari semakin sore ia tidak melihat tanda-tanda kehadiran bus di sana. Hujan pun turun dengan cepatnya dan membuat seragam Dina sedikit basah untung Dina langsung meneduh di tempat yang bisa diteduh.
Yaiyalah bisa diteduh masa neduh di kolam renang kan gamungkin:vSekitar 1 jam hujan pun reda. Dina langsung melihat jam yang menempel di tangan mungilnya, sekarang sudah menunjukkan pukul 17.30 tanda-tanda kedatangan bus belum ada, akhirnya Dina memutuskan untuk berjalan kaki.
Brush
Ulah seseorang yang membawa mobil yang membuat seragam putih Dina kotor oleh percikan air hujan yang tercampur dengan sedikit tanah.
"Aduhhhh," ucap Dina yang melihat pakaiannya kotor.
"HEH! SIAPA LO?! BERANI-BERANI NYA BUAT SERAGAM GUE KOTOR GINI!!" teriak Dina kepada pengemudi mobil itu.
Mobil itu langsung putar arah dan menghampiri Dina, pengemudi itu langsung turun dari mobilnya.
"Eh? Lo lagi lo lagi." tunjuk Dina pada orang itu.
"Lo ngapain masih disini?" ucap Ryan dengan enteng
"Ck, ni anak bego atau gimana sih? Tampang doang yang lu punya, otak gaada," batin Dina yang menyumpah serapahi Ryan
Ryan menggoyangkan tangannya di depan mata Dina.
"Eh, lo gausah ngeliat muka gue gitu juga kali, gue ganteng? Emang. Tapi, maaf lo bukan type gue" ucap Ryan dengan sombongnya yang menyimpan tangannya di saku celananya dengan mengunnakan kacamata hitam supaya terlihat cool, yakan.
"Ni cowok kepedean nya tingkat dewa, najisun kalo ada cewek yang mau sama dia," batin Dina masih tetap menatap wajah Ryan
"Heh lo!"
"Apa? Gue ganteng? Emang."
"Ganteng dari mana? Muka kayak tong sampah gitu disebut GANTENG." ucap Dina sambil menekan kalimat ganteng.
"Ni cewek sewot amat tapi lucu bikin gemes," batin Ryan
"Awas, minggir lo." Dina mendorong tubuh Ryan ke samping.
"Eh lo mau kemana?"
"Bukan urusan lo!" Dina tetap berjalan tanpa melihat kearah Ryan.
"Gue anter,"
"Gak."
Ryan langsung masuk ke dalam mobil nya, dan langsung melajukan mobilnya untuk menghampiri Dina yang semakin menjauh darinya.
"Udah mau malem, nanti ada penculikan loh," ucap Ryan menakuti Dina, Ryan tetap duduk di dalam mobilnya ia hanya membukakan jendela mobilnya.
Dina menghela napas pelan
"Yaudah gue bareng sama lo, tapi ini TERPAKSA."
"Yaudah gue pulang, bye," Ryan akan menutup jendela mobilnya, tapi...
"Eh gue balik bareng lo ya," Dina menahan jendela itu, Ryan langsung turun dan membukakan pintu mobilnya untuk Dina. Tapi, tangan nya ditahan oleh Dina, dan tatapan Dina bisa ditangkap oleh mata Ryan.
"Kenapa gue deg-degan ya." batin Dina
"Kok gue gatega si ngeliat lo kayak gini Din." batin Ryan
"Gue mau pulang bareng lo," lirih Dina pelan.
"Gak, nanti mobil gue lecet,"
"Ih lo yah!" Dina memukul pundak Ryan. Ryan hanya terkekeh geli melihat tingkah lucu Dina.
"Yaudah cepet naik, gue anter lo pulang,"
Dina langsung masuk kedalam mobil Ryan, dan Ryan langsung mengantar pulang Dina dengan perasaan yang tidak dapat diartikan apakah ia senang, ataukah dia hanya sekedar merasa kasihan?....
----
Segini dulu yaa ceritanya, nanti dilanjut jangan lupa vote and comment yaa😇😇
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate Being Love
Teen Fiction----()---- "Hate the sin, love the sinner." - Mahatma Gandhi Kalimat itu mewakili perasaan seorang gadis cantik dan pria badboy... Dina fauziah keturunan keluarga Wijaya pemilik SMA Taruna wijaya... Gadis berparas cantik ini selalu menjadi incara...