BAGIAN 5

17 6 5
                                    

POV Revan

Alarm terus berdering, kulirik dia tapi masih menunjukkan pukul 7 pagi. Kututup mata lagi dan membalikkan badan,

"aaahhh masih jam 7, kesekolah nanti ajalah" gumamku dan meneruskan tidur.

Namaku Revano Van Jayn, darah blesteran Belanda-Indonesia. Bokap Belanda dan Nyokap Jawa asli dan tulen. Bokap orangnya galak dan gue gak terlalu deket dengan Beliau, so, gue gak mau cerita tentang Bokap gue. Kalo Nyokap gue orangnya teliti, tegas, yang pasti jarang ada dirumah. Gue gak mau ah cerita tentang keluarga gue, pada gak asik semua.

Jadi Gue akan cerita soal Gue saja ya. Nama... tadi udahkan? Panggilan Gue Revan, anak tunggal. Kelas 3 SMA Swasta terkenal di daerah Gue. Gue anaknya sopan sebenernya tapi ya tergantung orang yang diadapi, selain sopan sopan gue juga pinter sebenernya tapi ya tergantung mood, selain itu gue juga tajir melintir secara kan gue anak tunggal dan Bokap Nyokap pada ngasilin duit buat gue. Dan yang paling gue banggain adalah tampang gue, gue ganteng banget sumpah. Gue jomblo tapi banyak cewek, dan gue sadar gue jadi badboy.

"Gak bisa tidur lagi gue!!!!!" gerutuku sambil guling-guling.

Gue tinggal ngekos, bukan karena sekolah jauh dari rumah tapi gue gak mau tinggal dirumah gedong itu lalu tiap hari diomelin Bokap. Gue pilih ngekos karena lebih mantap aahh.

Gue lihat kearah dia, masih jam 07.15. Karena gak bisa tidur lagi jadi gue pilih mandi lalu berangkat sekolah.

"Eh udah telat benget, ngenet aja lah." gumamku saat mendekati area sekolah. (*ngenet = main ke warnet). Dengan motor gue, gue cabut ke warnet. Nyari tempat dan nyewa PS. Udah biasa gue bolos sekolah lalu ngenet, gue sadar kalo gue udah kelas 3. Tapi kan gak sering gue ke warnetnya, biasanya juga nongkrong ama temen-temen.

~Tririiiriiriiiiinggggg

HP gue geter, gue lirik jam ternyata udah sorean aja. Kuangkat telfon dan keluarlah suara Sean mantan ketua OSIS di sekolah gue.

"ngapa?" tanyaku

"Lo bolos lagi?" tanyanya dengan nada meninggi.

"gue ngangguk" timpalku,

"Lo dimana? ikut Gue kuy!" ajaknya.

"Warnet" jawabku

"jemput gue di parkiran, gue gak bawa motor" paksanya dan menutup telfon.

Gue langsung meluncur ke tkp. Meskipun bingung si Sean mau ngajak kemana tapi gue percaya aja sama dia. Kadang gue ngerasa kalo gue kayak babu dia.

"woi, neng ngendi?" tanyaku.

Dia hanya diam dan mengambil ahil stir. Tak jauh dari sekolahan, dia memarkirkan motor dan menyeretku pergi.

"Mau kemana kitaa??" tanyaku kesal.

"Daftar Bimbel" jawabnya.

Aku seperti membeku dan berusaha melarikan diri. Saat misi pelarian, aku melihat ada anak sekolah yang ribut. Karena seragamnya sama dengan gue jadi gue hampiri mereka.

"Eh mantan" gumamku.

Salah satu dari mereka adalah mantan gue, kulihat dia dengan kasarnya mendorong seseorang didepannya. Gue berlari, dan dalam hati gue berkata, "mantan ya mantan".

Sesampainya disana, ternyata bukan masalah yang besar yang sedang mereka hadapi. Gue masih gak paham, tapi ya sudah gue lerai mereka karena semakin banyak orang yang ikut berkerumun.

Setelah Ica pergi, kubantu gadis itu. Kulihat dia, "ugh, mangsa baru" batinku. Kuajak kenalan dia, namanya Yuri. Sebelum gue kenal lebih banyak, sialnya si Sean keburu jewer kuping gue dan masuk ke LBB pilihan dia.

When We Were YoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang