BAGIAN 7

5 1 0
                                    

Sepulang sekolah Yuri langsung menuju LBB. Sempat denger kultum si Ica dulu kurang lebih setengah jam, barulah Yuri bisa pulang.

"Yuri!!!" Teriak Ica mengahampiri Yuri yang sudah sampai di pintu kelas.

"Budek!! Berhenti!!! Sini Lo ikut gue!!!" Perintah Ica sambil menyeret Yuri ke Belakang sekolah.

"Lo ada hubungan apa sama Revan gue ha??!!" Ucap Ica sambil mendorong bahu Yuri kasar.

"Jadi cewek gak usah kegatelen! Sadar diri dong Lo! Lo itu siapa?! Ngacaa!!!" teriak Ica dengan mendorong Yuri sampai membentur tembok.

"Sadar diriii.. Sadar tempaaat! Haha" sambung dua sahabat Ica kompak.

Yuri yang jengah hanya diam dan bosan dengan kelakuan Ica yang seperti sudah jadi rutinitas ini. Sampai Yuri merasa dibalas dengan omongan pun percuma, jadi dia hanya bisa mendengarkan sampai Ica yang merasa lelah sendiri berbicara.

"Gue tegasin sama Lo ya! Jangan gatel sama cowok gue. Kalo Lo mau idup Lo tenang di sekolah ini dengerin kata gue!"

Seperti dugaan Yuri, Ica yang capek berceloteh segera pergi bersama kedua sahabatnya.

"Astaga... Telinga gue rasanya mau pecah" Gerutu Yuri sambil mengusap kedua telinganya.

"Kok ada Lo orang yang berceloteh panjang kali lebar begitu, mana udah jelas gak bakal ditanggepin.. malah tetep nerocos!! Syukur aku udah kebal" Gumam Yuri meninggalkan sekolahnya dan segera menuju tempat kerjanya.

                      ****

Dari kejauhan Yuri melihat sosok yang dibicarakan Ica di belakang sekolah. Entahlah sepertinya Yuri harus mencari tempat kerjaan yang baru, karena dia gak mau berurusan dengan kedua orang pembuat onar ini.

"Hoi!" Panggil Revan sambil mengunyah permen lolipop.

Yuri hanya menatapnya, seolah dia tak mengenali Revan. Tapi Revan melihat ekspresi itu segera menghampiri Yuri.

"Ah, aku yang kemarin, Revan". Jelasnya sambil menunduk ke pandangan Yuri.

"Iya, tau". Jawab Yuri acuh, mendengar jawaban Yuri acuh Revan menjadi tertarik untuk menggodanya.

"Cantik, minta nomornya dong?" Goda Revan sambil menyodorkan HPnya.

Yuri yang tak terpengaruh hanya melengos dan masuk ke tempat kerjanya dan mengambil brosur untuk di bagikan.

"Aku bantu ya?" Pinta Revan sambil mengambil lebih dari setengah brosur yang dibawa Yuri.

Yuri yang kaget hanya bisa pasrah dengan kelakuan tiba-tiba cowok itu.

Diliriknya cowok itu yang dengan semangat membagikan brosur kepada orang-orang yang lewat. Beruntung dia berwajah tampan sehingga banyak siswi sekaligus orang tua yang langsung mendaftarkan anaknya saat itu juga.

"Wah sepertinya wajahku ini berguna untukmu!" Ucap Revan bangga karena sudah selesai membagikan brosurnya.

"Sepertinya begitu" jawab Yuri singkat.

Tak lama Yuri juga sudah menghabiskan brosur yang dibawanya, kemudian langsung masuk ke LBB dan keluar membawa kantong yang lumayan tebal.

"Nih!" Ucap Yuri sambil menyodorkan beberapa lembar uang pada Revan.

"Hah? Buat apa?" Tanya Revan bingung.

"Ini upahmu karena sudah membawa banyak pendaftar baru" jelas Yuri sambil tetap menyodorkan uang itu.

"No!! Aku tidak mau uang, aku maunya kamu kasih nomormu!" Jawab Revan sambil menyunggingkan senyum mautnya.

"Enakan duit, bisa beli apapun yang kita mau" ucap Yuri sambil merogoh isi kantong lagi.

"Nih aku tambahin... Makasih udah bantu aku.. hari ini aku jadi dapat bonus berkatmu, jadi tolong terima saja ya.." sambungnya sambil menyerahkan uangnya kegenggaman Revan dan berjalan terburu-buru meninggalkan Revan yang belum sempat menjawab.

                        ****

When We Were YoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang