Pasca Menikah

7 2 0
                                    

Mohon maaf part ini ada unsur dewasa ya. Tolong bijak dalam membaca. Terima Kasih.
.
.
Selamat membaca
.
.
Enam bulan sudah Nafisa dan Hanan tinggal bersama, menghabiskan waktu bersama dan mengenal kepribadian bersama-sama. Bagi Hanan, Nafisa adalah seorang istri yang cerewet. Meski pada awalnya Hanan mengira Nafisa adalah perempuan pendiam, nyatanya setelah menikah Nafisa membuatnya sadar bahwa istrinya adalah perempun cerewet, penikmat anime dan film bergenre action atau pun horor. Semua hal yang dibayangkan Hanan tentang Nafisa tak satu pun yang benar. Kalau dulu Hanan mengira Nafisa akan menyukai bunga kini ia sadar bahwa Nafisa lebih menyukai action pigur super hero dan anime. Kini Hanan sadar bahwa perempuannya adalah perempuan istimewa.

Berbeda dengan Nafisa, selama menjalani biduk rumah tangga dengan Hanan, Nafisa belum meyakini sepenuhnya kalau Hanan benar-benar menjadikannya istimewa, semua itu karena Hanan belum pernah menampakan ekspresi seperti kebanyakan orang yang sedang mengistimewakan seseorang ketika sedang berdua dengan Nafisa.

Bagi Nafisa Hanan adalah laki-laki berwajah datar yang pernah ia temui, laki-laki yang tidak mengindahkan notasi ketika berbicara dan laki-laki yang selalu membuatnya jungkir balik setiap hari lewat perlakuan kecilnya yang menurut Nafisa romantis, namun tidak bagi Hanan.

***

"Mas Hanan!"

Hanan menghentikan langkahnya ketika Nafisa memanggil dirinya, dan tanpa aba-aba Nafisa menyentuh kerah baju Hanan, membenarkan posisi kancing bajunya yang salah. Seketika Hanan celingukan mendapatkan perlakuan dari Nafisa, walau pun sebenarnya itu adalah hl yang wajar bagi pasangn suami-istri, tapi berbeda dengan Hanan dan Nafisa.

"Masa ke kantor kayak gini sih, malu-maluin nanti dikiranya gak punya istri padahal kan Mas udah nikahin Fisa, terus belum lagi nanti dikiranya Fisa bukan istri yang baik karena gak merhatiin suamilah, gak ngasi makan suamilah, gak inilah gak itulah ...."

Nafisa terus saja mengoceh membuat Hanan merasa gemas. Namun sayang, wajah Hanan terlalu beku untuk memperlihatkan kegemasannya saat itu.

"Udah?"

"Udah." Jawab Nafisa sambil mengulurkan tangan kanannya kepada Hanan.

"Uang belanja udah habis?" Tanya Hanan heran.

"Tangan Mas Hanan, sini Fisa mau salim."

Hanan mengulurkan tangan kanannya yang disambut langsung oleh sentuhan hangat bibir Nafisa.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsallaam, ajakin Allohnya ya Mas."

Nafisa mematung di hadapan pintu rumahnya, melihat kepergian Hanan suaminya dan kemudian masuk untuk melanjutkan pekerjaannya.

Tiba-tiba selang beberapa menit dari kepergian Hanan...

"Fisa!"

Nafisa yang sedang mencuci piring pun menoleh.

"Loh kok Mas ada di sini? Bukannya tadi udah berangkat?"

"Ada yang lupa."

"Apa?"

"Ada."

"Mau Fisa ambilkan?"

"Gak usah."

"Ya udah nanti kalau keluar jangan lupa pintinya tutup lagi yah sekalian sama pagarnya juga."

Nafisa memberikan instruksi sambil mengalihkan pandangannya pada piring-piring kotor yang ada di hadapannya.

Cup!

Sesuatu yang lembut menempel persis di pipi kiri Nafisa, Nafisa terperanjat kaget. Sambil memegangi pipi kirinya, Nafisa menoleh mencari sumber lembut yang barusan menempel di pipi kirinya, akan tetapi ia hanya menemukan punggung suaminya yang semakin menjauh.

"Ajakin Allohnya, Kakak."
.
.
.
.
.
Bersambung
.
.
Terima kasih sudah mampir, jangan sungkan untuk tinggalkan vote dan komentar ☺️

Perempuan Tak TerejaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang