"Ayah puas'kan?"
"....."
"Kalau begitu, setelah ini ayah harus berhenti mengusikku."
Tut!
Jaemin memutuskan panggilan teleponnya secara sepihak, bahkan tanpa kata-kata penutup yang biasanya akan ia lontarkan secara sopan. Pemuda itu kemudian memasukkan ponsel ke dalam saku celananya, sebelum pada akhirnya menatap pintu dorm yang sejak tadi masih tertutup rapat.
Hari sudah menjelang malam, ia pergi sangat lama tadi. Hampir saja ia menerobos masuk ke dalam ruangan Lee Sooman yang sedang interview, tetapi ia masih punya hati dan pikiran. Bukan seperti orang dewasa yang kini terasa semakin menjebaknya.
Jaemin di hantar pulang oleh managernya, sebenarnya pemuda itu keras kepala ingin berjalan sendiri menerobos salju yang malam ini mulai turun. Tetapi Hyunjoon, sang manager benar-benar menyeret Jaemin masuk ke dalam mobil untuk segera di hantar.
Jaemin menggembungkan pipinya, tangannya yang mulai mati rasa karena udara dingin itu mulai terulur untuk mengetuk pintunya.
"Renjun-Ah, bisakah kau bukakan pintunya?" Tanya Jaemin dengan nada lirihnya, takut jika member sudah beristirahat atau bahkan tertidur setelah aktivitas panjang hari ini.
Biasanya dengan cepat renjun akan membukakan pintu untuknya, tetapi sekarang hingga tiga menit berlalu, ia tak mendapati sahutan dari dalam sana.
Jaemin menghela nafas panjang sebelum akhirnya terduduk di depan pintu begitu menyadari suhu di luar semakin menurun, ia bahkan hanya mengenakan jaket denim untuk menghadapi cuaca ekstrem.
Positif thinking saja, mungkin member begitu kelelahan sampai mereka tertidur. Jaemin juga tidak mau egois, biarkan saja mereka beristirahat. Toh ia masih bisa menunggu sampai pintu itu terbuka.
Jaemin memeluk lututnya sendiri, helaan nafas panjangnya berubah menjadi kepulan asap yang dapat Jaemin lihat secara jelas.
Jaemin benar-benar tidak mendengar suara apapun selain kegaduhan di luar sana, di dalam dorm sangat sunyi, jika mereka terbangun mungkin ia dapat menangkap suara Chenle yang berbicara, tetapi sekarang tidak.
"Jaeminnie!!!"
Jaemin bangkit begitu suara panik itu terdengar keras menusuk indra pendengarannya, mata elangnya langsung menangkap pemuda yang lebih tua darinya datang berlari dari arah tangga untuk menemuinya.
"Taeyong hyung?" Tanya Jaemin was-was, suara itu benar-benar ia kenali sepenuhnya.
Biasanya ia akan mendengar suara itu begitu ia latihan bersama member lain, dan itupun sebuah omelan, bukan nada khawatir seperti ini.
"Kau ini kenapa, ha? Kenapa tidak ke dalam?" Tanya Taeyong panik, pemuda itu melepas jaketnya lalu memakaikannya di bahu Jaemin yang kini terlihat semakin gemetar.
Taeyong melepas maskernya, lalu memasukkan benda itu di saku celananya. Mata lebarnya masih menatap Jaemin yang kini masih berusaha mengatur nafasnya.
"Pintunya terkunci, mungkin mereka sudah tidur, Hyung." Jelas Jaemin jujur.
Taeyong menghela nafas pelan, sebelum akhirnya mencoba membuka pintu itu dengan susah payah.
"Mau tidur mau tidak! Harusnya kau masuk, bukan duduk diluar seperti itu." Gerutu Taeyong menggedor pintunya berkali-kali hingga menimbulkan suara gema.
"Hey! Siapapun yang ada didalam cepat buka pintunya!!" Teriak Taeyong kesal, "Dreamies! Kalian ini bagaimana? Haruskah hyung marah baru kalian akan membukanya?" Sambung Taeyong dengan suara kerasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Dear Dream
Fanfiction❝Dream... Bukan mimpi yang ku maksud di sini. Tetapi... NCT.❞ °Start 03.03.20 [END] copyright 2020 by fielitanathh