11

6.2K 725 100
                                    

"Ayolah, Ibu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ayolah, Ibu. Tataplah aku..."

Jaein menggeleng pelan mendengar penuturan putranya, memejamkan matanya saat lagi-lagi suara berat itu terdengar sangat menuntutnya.

Jaemin menghela nafas pelan sambil memijat pelipisnya, sudah hampir sepuluh menit ia merayu seperti ini. Harusnya jika Ibunya itu akan memudahkannya, wanita itu pasti akan mendengarkan apa yang ia katakan.

"Ck! Aku tidak marah, sungguh. Sekarang... Buka mata Ibu, lalu tataplah aku." Pinta Jaemin sekali lagi, menatap Ibunya yang masih menutup matanya itu dengan sorot yang teramat memohon.

Jaein tetap menggeleng mantap, ia takut... Jaemin memiliki mata yang sangat mengerikan begitu ia marah, pemuda itu akan sangat brutal jika emosinya naik.

Pernah ia menjumpai Jaemin yang seperti itu, hingga kini Jaein tidak mau melihatnya lagi. Ia sangat takut, walau Jaemin putranya sendiri. Ia merasa Jaemin adalah pelindungnya, yang selalu menjadi benteng pertahanan terkuat saat ia berada dalam bahaya.

Jaemin menghela nafas kasar, "Mataku baik-baik saja, tidak ada leser di sana! Ayolah... Tidak sopan membiarkan Siwon Hyung di bawah tanpa suguhan seperti itu, Ibu mengerti adat'kan?" Tanya Jaemin lagi-lagi dengan nada yang teramat menuntut.

Jaein menghela nafas pelan, membuka matanya dengan pergerakan yang begitu kecil, dan benar. Begitu matanya terbuka, ia dapat merasakan sorot yang begitu tulus terpancar di kedua mata putranya.

Jaemin mengulum senyumnya, "Apapun yang terjadi, Ibu tidak boleh nekat menerobos masuk ke gedung agensi lagi. Mengerti?" Pesan Jaemin mencoba meyakinkan Ibunya.

Ternyata itu alasannya, wanita itu benar-benar nekat menemui Lee Sooman dengan segala sakit dan sedihnya. Yang Jaein pikirkan adalah nasib putranya, Jaein tahu bayangan member bagaimana saat rumor itu tiba-tiba tersebar lagi.

Pasti Jaemin sangat sedih dan kebingungan, bahkan pemuda itu terlihat lebih lelah dari biasanya. Ia banyak pikiran, Jaemin mungkin tidak tenang.

Jaein mengerucutkan bibirnya, "Ibu tidak bisa!"

Jaemin menghela nafas gusar, "Kenapa tidak bisa? Ibu tidak seharusnya terlibat dalam masalahku, itu terlalu berbahaya." Lirih Jaemin mencoba memberi penjelasan.

"Karna bahaya Ibu ikut terlibat ke dalamnya, Ibu tidak mungkin membiarkan putra Ibu sendirian." Jaein meraih wajah Jaemin, menangkup pipi pemuda itu dengan mata yang semakin sendu.

Jaein mendaratkan ciumannya tepat di dahi putranya, lalu mengelus wajah Jaemin dengan gerakan yang sangat lembut. "Kau milik Ibu, Ibu tidak akan membiarkan siapapun menyakiti milik Ibu."

Jaemin tersenyum tipis, memang benar, tidak ada alasan untuk menolaknya. Tapi jika mereka memiliki banyak pembelaan, bisa-bisa saja. Tetapi sayang, Jaein terlalu cacat untuk melakukannya, hanya sebagian orang yang dapat mengerti apa yang ia katakan.

[✓] Dear DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang