12

6.1K 757 105
                                    

"Emm

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Emm..."

Jaemin mengangkat sebelah alisnya, menatap Jisung yang kini masih membisu di tempatnya dengan tatapan yang penuh menyiratkan sebuah kebingungan.

Entahlah apa yang Jisung pikirkan, sejak pemuda itu mengirim pesan pada Jaemin untuk bertemu di Sam. Pada akhirnya Jaemin mengiyakannya, Jisung berkata akan ada beberapa bahasan yang ingin ia katakan.

Tetapi sampai saat ini Jaemin hanya mendengar gumanan tak jelas dari Jisung, pemuda itu hanya menunduk sambil memainkan jari-jari panjangnya, wajahnya nampak sedikit kusut dan ragu-ragu.

Jaemin menghela nafas pelan, meraih cup kopi americanonya, lalu kembali meminumnya untuk yang kesekian kalinya. Hingga kopi itu benar-benar kosong, berarti... Mereka sudah cukup lama di sini, tapi herannya Jisung tak kunjung buka suara.

"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan, Jisungie?" Jaemin meletakkan cup kosongnya, lantas memutar pandangannya kearah Jisung dengan sorot matanya yang begitu meyakinkan.

Jisung terkejut saking kalutnya, pemuda itu tertawa canggung sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "I-Itu, hyung... Em... Sebenarnya aku tidak tahu kau akan terpengaruh atau tidak, tapi... Emm..." Jisung memukul dadanya sendiri, entahlah, tiba-tiba ada sebuah tekanan hebat di sana.

Jaemin menghela nafas pelan, "Apa?" Lirih Jaemin mulai gusar, Jisung terlihat ingin menangis, dan Jaemin tidak tahu apa penyebabnya.

Jisung menahan nafasnya, "Dream bukan fix unit!" Serunya dengan suara yang sedikit tersengal, tatapannya menyendu tatkala air bening itu berontak di pelupuk matanya.

Jaemin mengalihkan pandangannya kearah lain, mendengar itu... Untuk yang kesekian kalinya. Jaemin tetap menganggap jika itu mutlak kesalahannya, pemuda itu menyalahkan dirinya sendiri, tak peduli banyak orang yang membelanya, tapi ia menganggap jika itu telak kesalahannya.

Jaemin menyesal, bahkan sangat. Ia tidak tahu harus bagaimana, akankah ia harus memenuhi bisikan hati kecilnya?

Jaemin menggigit bibir bawahnya, "Iya..." Lirihnya, Jaemin tersenyum kecut, "Maafkan aku..."

Jisung mendongakkan wajahnya, badannya bergetar, pemuda itu bangkit, mendekat kearah Jaemin dengan air matanya yang mulai tumpah, ia tak sanggup menahannya sekarang.

Jaemin lagi-lagi menarik kedua sudut bibirnya, "K-Kau ingin marah, bukan?" Lirihnya sambil meraih lengan Jisung, "Marah saja, kali ini aku tidak berhak membalik kemarahanmu..." Lanjut Jaemin menahan segala isak tangis dengan sudah payah.

"H-Hyung...." Jisung mengepalkan tangannya dengan begitu kuat, lutut pemuda itu terjatuh di lantai, lantas menggenggam tangan Jaemin dengan erat hingga idol berkelahiran tahun 2000 itu tercekat.

Bahu Jaemin mulai bergetar, dadanya naik turun dengan begitu jelas, ia tak dapat menahan segalanya sekarang. Melihat air mata yang mengalir di pipi Jisung membuat Jaemin menjadi semakin kalut.

[✓] Dear DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang