06

10.8K 1.1K 52
                                    

"Jaemin adalah tanggung jawabku, kalian bisa kembali ke dorm sekarang."

Jeno mengernyitkan dahinya sembari menatap managernya dengan tatapan bimbang, pemuda itu tengah kebingungan sekarang.

"Kenapa tanggung jawabmu, Hyung? Dia member kami juga." Sahut Jeno tak mau kalah, menunjuk Renjun dan Haechan yang kini juga bersamanya sekarang.

Hyunjoon mengulum senyumnya, "Kalian juga tanggung jawabku, karnanya aku meminta kalian untuk kembali ke dorm." Hyunjoon menghela nafas pelan sambil menatap ruang inap itu dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

"Aku masih mengurus kabar tentang Jaemin, tugasku banyak, tolong jangan semakin membuatku kesulitan." Lirih Hyunjoon menatap ketiga pemuda yang masih berpegang teguh dengan pendirian mereka dengan penuh mengharap.

Haechan menggembungkan pipinya, "Ayolah, Hyung... Kita tidak sedang dalam keadaan sebagai member dengan managernya, kita bahkan di rumah sakit. Anggap saja... Kami ini adik-adikmu, dan Jaemin juga adik. Dan sekarang Hyungdeul Dreamies ingin menjaganya adiknya juga." Sahut Haechan antusias.

"Itu benar, Hyung. Kami juga tua di sini, walaupun tidak untuk di NCT." Ujar Renjun menimpali.

Hyunjoon terkekeh pelan, "Kalian terlalu pintar sekarang, tidak seperti dulu yang hanya mengiyakan apa yang ku perintahkan." Lirih Hyunjoon menghela nafas pelan sambil mendudukkan dirinya di kursi tunggu dengan Renjun, Haechan, dan Jeno yang dengan cepat duduk berjajar di sebelahnya.

"Karena kita sudah dewasa." Sahut Jeno menyandarkan pundaknya di dinding.

Hyunjoon tertawa renyah melihatnya, lalu meraih pundak Haechan untuk di rangkulnya. Sungguh demi apapun kepalanya terasa ingin meledak sekarang.

"Ini bukan hal yang mengejutkan memang, Jaemin keras kepala." Lirih Haechan mengerucutkan bibirnya, lalu menatap Hyunjoon seperti anak anjing, "Hyung harus marahi dia! Plak!" Lanjut Haechan antusias hingga membuat Jeno dan Renjun mengulum senyum yang tipis.

"Kau tahu? Seberapa marahnya aku padanya, aku tidak bisa mengabaikannya. Bukannya marah itu harusnya mengabaikan apa yang sedang terjadi padanya? Artinya kita sudah tidak peduli, bukan?" Tanya Hyunjoon mengulum senyum tipisnya.

Jeno menghela nafas pelan, "Ouh... Kalau begitu aku tidak kaget kenapa Jaemin bisa dipaksa pindah unit seperti itu." Cletuk Jeno dengan nada guraunya, walaupun terdengar seperti sembrono tetapi itu sukses membuat Hyunjoon sedikit merasa... Bersalah mungkin.

Renjun mengulum senyum tipisnya, "Rupanya dia adalah sosok yang di sayangi oleh semua orang." Lirih Renjun menjaga intonasi suaranya begitu mendapati air wajah Hyunjoon yang semakin berbeda.

"Tentu saja, terutama... Hyunjoon hyung." Sahut Haechan tertawa renyah.

Hyunjoon mengulum senyumnya, bola matanya kembali mengarah pada pintu yang kini tertutup rapat itu.

"Dia dapat dengan mudah mendapat kasih sayang semua orang." Lirih Hyunjoon menghirup udara dalam-dalam, "Tetapi tidak untuk Ayahnya." Lanjut Hyunjoon tersenyum tipis dan sedikit miris mendengar perkataannya sendiri.

Hyunjoon mengacak rambut Haechan karena hanya pemuda itu yang ada di sampingnya, ia terduduk di pojok sekarang, Jeno dan Renjun terhalang sekarang.

Jeno membuang nafasnya panjang, "Aku turut simpati dengan Jaemin." Lirihnya.

Hyunjoon tertawa kecil, "Kau tahu? Aku punya alasan kuat untuk menjaga bocah itu tetap berada di dekatku."

****

"Putramu baik-baik saja, aku menjaminnya."

Hyunjoon menahan tangan yang tiba-tiba memukul dadanya itu dengan tawa ringannya, menatap wanita yang baru saja datang dengan aura emosi itu dengan sorot mata cerahnya.

[✓] Dear DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang