Part 24 : Kekecewaan

151 16 0
                                    

Ting Ting Ting...

Bel pulang sekolah berbunyi. Ansgara yang sedang berada di rooftop sekolah pun bergegas kembali ke kelasnya. Ia berniat mengambil tas dan segera pulang.

Ketika Ansgara hampir tiba di kelas, ia melihat seorang siswi kelasnya hendak mengunci pintu. Ansgara segera menahan pintu tersebut menggunakan kakinya.

"Ansgara!" kesal siswi itu terkejut atas aksi tiba-tiba Ansgara.

Lelaki itu tidak menggubris ia memasuki kelas dengan langkah santai. Tapi ketika mengambil tas, ia tak sengaja melihat tas Lily yang masih berada di sebelah kursinya.

Ansgara pun mengambil tas Lily dan berjalan keluar menghampiri siswi yang bertugas mengunci pintu.

"Lily mana?" tanya Ansgara tanpa ekspresi.

"Gue gak tau. Sejak istirahat pertama Lily gak masuk kelas." Jawab gadis itu gugup. Pasalnya ini adalah kali pertama seorang Ansgara mengajaknya bicara.

Ansgara hanya mengangguk mendengar jawaban gadis itu. Kemudian dia pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi.

Ansgara berjalan ke parkiran sekolah. Ia memasuki mobilnya, serta meletakkan tas Lily di kursi samping pengemudi. Namun, ketika Ansgara hendak menyalakan mesin mobil, suara notifikasi dari handphone di sakunya membuat pergerakannya terhenti.

Ia mengambil handphone tersebut. Ternyata ada pesan dari sang Bunda. Kemudian ia membuka roomchatnya dengan bundanya.

Bunda
Abang cepat pulang ya.
Ada yang mau bunda bicarakan.

Ansgara
Oke.


Setelah membalas pesan tersebut, Ansgara mematikan handphone kemudian melajukan mobil menuju rumah dengan kecepatan sedang. Di tengah jalan, Ansgara membelokkan mobil ke arah kiri. Ia berniat melewati jalan yang sepi akan pengendara.


Ia sebenarnya malas melewati jalan itu, namun mengingat sang bunda yang memintanya untuk segera pulang, akhirnya dia memutuskan melewati jalan sepi ini karena merupakan jalan pintas untuk bisa cepat sampai ke rumahnya.

Ansgara memandang lurus ke depan. Tak sengaja pandangannya menangkap seorang gadis yang di serempet oleh sebuah mobil tak jauh di depannya. Ia melihat mobil tersebut melaju begitu saja tanpa berniat menolong korban. Ansgara pun melajukan mobilnya mendekati gadis itu, berniat menolongnya. Tapi, saat sampai di sana Ansgara mendapati bahwa wanita yang di serempet mobil tadi adalah Lily. Terlebih lagi, Sasha juga berada di sana.

Saat keluar dari mobil, ia melihat Sasha sedang menggenggam sebuah pisau lipat di hadapan Lily.

Ansgara terbelalak kaget dan segera berlari untuk menghentikan aksi gila Sasha. Ia segera menahan tangan Sasha agar gadis itu tidak berbuat macam-macam pada Lily.

***

Sasha terkejut melihat kehadiran Ansgara di sana. Ketika hendak bertanya mengapa lelaki itu menahan tangannya yang akan membuang pisau, namun aksi laki-laki itu menghentikannya.

Plak!
Sebuah tamparan mendarat dengan mulus di pipi kiri Sasha.

Pisau yang tadinya berada di tangan kanannya terjatuh begitu saja. Sementara tangan kirinya ia gunakan untuk mengusap pipinya bekas tamparan Ansgara.

"Lo gila ya?!! Lo hampir celakain Lily bangsat! Salah dia apa sama lo hah! Gak cukup lo bully dia kemarin-kemarin. Lo sebenarnya manusia bukan sih?!! Coba kalau gue gak datang, Lily bakal lo apain hah?!! Kalau lo sampai celakain Lili, lo yang bakal mati di tangan gue!!!" bentak Ansgara berapi-api.

"Kak Ans salah pah---"

Plak!

Ucapan Sasha terpotong karena sebuah tamparan kembali mendarat pada pipi kanannya.

"Lo mau bilang gue salah paham hah?! Jelas-jelas gue lihat pake mata kepala gue sendiri dan lo masih mau ngelak. Mau ngejelasin apa lagi hah! Munafik!!!" sarkas lelaki itu.

"Dengerin Sasha dul---" lagi-lagi Sasha harus menelan ucapan yang akan ia lontarkan.

"Gak usah banyak omong. Lo kalau gak suka gue deket sama Lily bilang. Jangan pake cara kotor kayak gini! Tadinya gue mikir kalo kejadian kemarin itu salah paham doang. Gue berusaha yakinin kalo lo gak seburuk itu. Tapi ternyata gue salah. Ternyata lo cewek murahan. Cara kotor lo juga murahan. Nyesel gue pernah kenal sama cewek licik kayak lo!"

Tes.
Runtuh sudah pertahanan Sasha, air mata yang sedar tadi menggenang di pelupuk matanya kini turun tanpa bisa ia cegah. Ansgara yang mengatainya murahan sukses membuat hati Sasha benar-benar sakit.

Sasha mengepalkan tangan, ia juga menghapus air mata sialan yang dengan lancang mengalir itu.

Ia beralih menatap Ansgara dan Lily tajam. Habis sudah kesabaran Sasha kali ini. Ia sudah mengalah beberapa kali namun ini balasan dari kesabaranya?

Sasha berjalan mendekati Ansgara dan tersenyum miring. Lelaki itu berhasil membangkitkan sisi lain dalam dirinya.

"Cukup mengatakan yang tidak benar tentangku! Aku memang tidak menyukai wanita ular itu. Tapi aku tidak pernah berniat mencelakainya dengan cara kotor seperti yang kamu bilang. Sekarang aku tidak peduli mau kamu percaya atau tidak. Tapi jangan pernah menyebutku sebagai wanita murahan. Tanyakan pada wanita kesayanganmu itu siapa yang murahan di sini. Dasar Brengsekkk!!!" Desis Sasha seraya mengganti kosa katanya. Ia tidak sudi lagi menyebut nama orang yang telah melukai hatinya dan tidak percaya padanya.

Sasha berlalu dari hadapan Ansgara yang mematung mendengar perkataannya. Tapi, langkahnya terhenti ketika melihat Zellen, Leon serta Kenzo yang tengah menyaksikan kejadian itu.

Sasha segera menghapus air matanya dan menghampiri Kenzo yang sudah tersulut emosi. Kenzo mengepalkan tangan, ia mengelus puncak kepala Sasha yang kini sudah berada di sampingnya kemudian beralih menatap Ansgara tajam.

Kenzo kemudian berjalan mendekati Ansgara.

Bugh!

Sebuah pukulan telak dari Kenzo berhasil mengenai rahang Ansgara, membuat sudut bibirnya mengeluarkan cairan merah pekat.

"ANS!" teriak Lily yang sedari tadi hanya menyaksikan kejadian itu. Ia segera menghampiri Ansgara dan membantu lelaki itu berdiri sembari melempar tatapan tajam pada Kenzo. Sementara Kenzo tidak mempedulikan tatapan tidak suka Lily.

"Lo udah nyakitin adek gue. Gue emang gak tau apa masalah lo berdua. Tapi gue ingatin aja, mulai sekarang jauhin Sasha! Dia terlalu berharga buat cowok brengsek kayak lo! Sebelumnya, gue pikir lo baik buat Sasha. Tapi lo ngehilangin kepercayaan gue gitu aja! Jangan pernah dekatin adek gue lagi. Kalau gue sampe tau lo nyakitin dia lagi. Gue bakal habisin lo." Ucap Kenzo dengan nada rendah dan penuh penekanan.

Kenzo kemudian menghampiri Sasha, merangkul tubuh lemah adiknya dan segera membawa Sasha pergi dari sana.

"Baingan!" ucap Leon tajam.

"Bajingan dan Bitch. Lo berdua cocok, sama-sama gak punya otak." Sinis Zellen kemudian meninggalkan tempat itu bersama Leon.

Sedangkan Lily tersenyum penuh kemenangan. Tidak berhasil mencelakai Sasha tidak apa. Kesalahpahaman besar Ansgara pada Sasha telah membuatnya sangat puas.

TBC

Vote dan komen ya di bawah ini👇👇👇

Innocent Girl {Completed} ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang