Jangan lupa votmennya y readers 😂
Happy readingCindi yang melihat tangannya di tahan seketika mengalihkan pandang pada orang yang berani mengganggu aksinya. Namun, saat melihat orang tersebut emosi yang tadi akan meledak langsung teredam. Ia sontak bergelayut manja di lengan pria yang kini menatapnya tajam.
Pria itu adalah Ansgara."Sayang kok kamu nahan tangan aku sih. Padahal aku mau kasih dia pelajaran karena udah berani godain kamu." Ucap Cindi dengan nada manja yang di buat-buat.
"Heh lo cewek ganjen, gak usah dekat-dekat Ansgara lagi. Kalo lo masih berani godain dia gue gak segan-segan berbuat lebih dari ini." Lanjut Cindi pada Sasha dengan nada tinggi.
Ansgara masih diam memperhatikan."Kalau Sasha gak mau kenapa? Kakak bukan siapa-siapa jadi gak ada hak buat larang Sasha." Jelas Sasha dengan nada remeh.
"Cihh. Lo anaconda, kalo mau berurusan sama Sasha langkahin gue dulu. Jangan beraninya keroyokan doang." Decih Zellen sinis.
"Gue anak kepala sekolah. Kalo lo gak mau di keluarin, mending turutin perkataan gue." Ucap Cindi angkuh.
"Ck. Baru anak kepala sekolah doang belagu. Ansgara yang anak pemilik sekolah aja gak kayak lo." Ucap Zellen seraya menitikkan mata pada Ansgara yang memperhatikan perdebatan mereka.
"Sialan!" Maki Cindi pada Zellen.
"Sayang, liat deh mereka kurang ajar sama aku." Adu Cindi pada Ansgara dengan muka memelas.
Ansgara tidak menggubris Cindi, matanya malah tak sengaja tertuju pada Sasha yang telah basah kuyup. Ia segera menepis tangan wanita yang tengah bergelayut di lengannya, kemudian menghampiri Sasha. Ansgara membuka baju seragamnya sehingga hanya menyisakan kaos hitam yang membalut tubuh kekarnya, seragamnya ia pakaikan ke tubuh Sasha. Ia menyempatkan diri melempar tatapan tajam pada para siswa yang dengan kurang ajarnya menatap lapar Sasha. Setelah itu ia membawa Sasha keluar dari kantin, yang membuat seisi kantin melongo atas perlakuannya.
Zellen memanfaatkan kesempatan untuk melepaskan tangannya dari cengkeraman para antek-antek Cindi yang juga masih shock dengan kejadian barusan, kemudian berjalan meninggalkan tempat itu.
Seluruh penghuni kantin masih belum sadar dari keterkejutan atas kejadian barusan. Hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya telah terjadi hari ini. Tak beda pula dengan Cindi yang tengah berusaha mencerna apa yang terjadi barusan.***
Ansgara membawa Sasha menuju toilet siswi. Ia menyuruh Sasha untuk membersihkan diri dari tumpahan jus tadi, sedangkan ia berjalan ke koperasi membelikan seragam untuk gadis itu.
Petugas yang berada di ruang koperasi itu menampilkan ekspresi bingung, ketika Ansgara mengatakan ia membutuhkan seragam wanita. Bahkan semua orang tau bahwa Ansgara sangat anti dengan yang namanya wanita.
Boro-boro membelikan baju, dekat dengan wanita saja tidak pernah. Lantas, kenapa hari ini seorang Ansgara rela datang ke koperasi sekolah hanya untuk membeli seragam wanita? Siapakah wanita itu? Tidak mungkin untuk dirinya sendiri bukan? Siapapun dia, wanita itu pasti sangat beruntung.Setelah mendapatkan apa yang dia butuhkan, Ansgara segera kembali menuju toilet siswi untuk memberikan seragam itu pada Sasha.
Sampai di depan pintu toilet, Ansgara mengetuk ragu pintu tersebut. Sasha yang mendengar suara ketukan pun membukakan sedikit pintu dan menyembulkan kepala dari dalam. Ansgara langsung menyodorkan seragam pada Sasha dengan membuang muka ke arah lain.
Sasha dengan cepat menerima seragam itu dengan muka merah menahan malu. Setelah itu ia langsung menutup pintu toilet dan segera berganti pakaian.
Ansgara masih menunggu Sasha di luar. Tak berapa lama, Sasha keluar dari toilet dengan tampilan lebih baik dari sebelumnya.Ansgara segera membawa Sasha pergi dari sana. Sasha hanya menurut saja membiarkan tangannya di genggam oleh Ansgara dan mengikuti tanpa banyak tanya.
Ansgara berniat membawa Sasha menuju rooftop, tempat dimana ia menenangkan diri ketika sedang memiliki masalah ataupun tengah bosan.
Sesampainya disana, Sasha langsung tersenyum cerah dengan raut berbinar. Ia perlahan membawa langkahnya menuju pembatas rooftop."Wah, ternyata di sekolah ada tempat seindah ini ya. Kak Ans tau tempat ini dari mana?" Ucap Sasha terkagum-kagum dengan mata memejam menikmati sapuan udara di wajahnya.
"Ayah gue pemilik sekolah. Jadi gue tau." Ucap Ansgara tersenyum sambil berjalan lebih dekat dengan Sasha.
Gadis itu hanya mengangguk mengerti dengan senyum yang masih bertengger di wajah cerianya. Ansgara kini sudah berdiri di samping Sasha dengan kedua tangan di masukkan ke dalam saku celana turut hanyut melihat pemandangan dari atas sana.
Cukup lama mereka berdiam diri di situ dalam hening, hingga akhirnya Ansgara membuka suara.
"Balik." Ucap Ansgara seraya mengalihkan pandangannya untuk menatap gadis cantik di sebelahnya.
"Aish, bicara kakak setengah-setengah. Sasha kan gak ngerti." Cerocos gadis itu seraya mengerucutkn bibir.
Ansgara mengulum senyum menikmati kekesalan Sasha yang tidak mengerti atas perkataannya barusan.
"Balik kelas sana, udah bel." Ucap Ansgara seraya menepuk puncak kepala Sasha pelan.
"Sasha gak mau ah. Sasha udah gak mood belajar. Bolos aja yuk kak." Pinta gadis itu memelas.
"Anak kecil gak boleh bolos-bolos." Ucap Ansgara santai.
"Yah... Ayo dong kak, please." Ucap Sasha memohon dengan menyatukan kedua tangan di depan dada serta mengeluarkan puppy eyes andalannya.
"Enggak."
"Kak Ans gak asik!" ucap Sasha kesal, ia melipat tangan ke depan dada dan memasang raut cemberut. Ngambek mode on.
Melihat itu, Ansgara hanya bisa menghela napas pelan.
Sepertinya Ansgara memang mulai jatuh ke dalam pesona gadis polos di hadapannya sekarang. Gadis mungil itu dapat membuat seorang Ansgara tersenyum hanya dengan tingkahnya. Perasaannya tak bisa di bohongi, bahwa ia nyaman berada di dekat gadis ini.
Memang benar perkataan sang bunda. Tidak seharusnya ia terus berlarut dalam kesedihan.
Dia sekarang harus bisa melupakan masa lalu yang hanya membuatnya merasakan sakit hati. Dia juga berhak bahagia bukan?Ansgara menatap Sasha yang masih memasang wajah cemberut. Akhirnya Ansgara menarik tangan gadis itu pelan dan membawanya meninggalkan rooftop.
Sasha yang di tarik tangannya sudah mencak-mencak tidak jelas karena ia yakin saat ini Ansgara akan membawanya kembali ke kelas. Ia bukannya tidak suka belajar, saat ini adalah les pelajaran fisika. Pelajaran yang paling bisa membuat seorang Sasha mengeluh. Nanti di kelas pikirannya bukan malah tenang melainkan sebaliknya.
Tetapi sepertinya dugaan Sasha meleset. Ini bukan jalan menuju kelas melainkan jalan ke prakiraan sekolah. Sasha bersorak bahagia dalam hati. Ternyata lelaki itu mengabulkan permintaan Sasha.
Ansgara segera berjalan ke arah mobil lamborghini berwarna hitam, ia memasuki mobil tersebut di ikuti oleh Sasha yang ikut duduk di sebelahnya dengan senyum merekah.
Ansgara mulai menjalankan mobil menuju gerbang sekolah. Sesampainya di gerbang, ia berbincang sedikit dengan satpam sekolah hingga akhirnya satpam itu mengangguk dan segera membukakan gerbang. Ansgara segera melajukan mobilnya meninggalkan lingkungan sekolah.
Jangan lupa votmennya ya readers
Biar author tambah semangat
Ngasih votmennya gak rugi kokSalam sayang
_Friska septarini Gea_
KAMU SEDANG MEMBACA
Innocent Girl {Completed} ✔✔
Novela JuvenilBLURB: Ada yang berusaha meraih agar dapat memiliki. Ada yang memiliki dan berusaha untuk bertahan. Dan, Ada yang bertahan, lalu lelah, kemudian memilih untuk melepaskan. ~Shasa Audrey Regatta ~ Silahkan di baca, siapa tau suka. Follow IG : Frisk...