Red Flag ; 03

38K 2.6K 73
                                    

Anyway Enjoy!

•••

Sekitar enam bulan lalu, disaat pernikahanku baik-baik saja dengan Jeffrey, aku sedang bekerja sebagai Event Organizer. Bisnis kecil yang pernah kubangun bersama sahabatku semasa kuliah. Mendapat cukup keuntungan hingga berhasil mengangkat ratusan pegawai dan bekerjasama dengan banyak pembisnis lainnya, bahkan aku sampai berani menolak perusahaan ayah hanya demi bisnis ini.

Aku ingat pagi itu, Kevin-salah satu sahabatku yang merupakan keturunan Chinese. Mengajakku mengobrol tentang Jeffrey, tingkahnya yang enggan bicara membuatku berfikir bahwa ditempat kami yang sedang menikmati makan siang bersama ketua masing-masing tim, memang harus mencari tempat yang lebih pribadi untuk mengobrol.

"Sorry to say, Gi, but I noticed your husband had booked a room with another woman."

Aku diam. Tidak tau harus merespon seperti apa.

"At my hotel." tambah Kevin lagi, selain EO ini kami memang menjalankan bisnis keluarga masing-masing, kecuali aku, mungkin. "And the big news. They were there for three days."

Selama mengenal sampai berani menikah dengan Jeffrey, kami baik-baik saja. Kadang saking lurusnya hubungan kami, aku sampai mempersiapkan diri dengan kemungkinan hal seperti yang dikatakan Kevin.

"Thanks loh Vin udah ngasi tau," aku meneguk jus buah naga yang kupesan tadi. Tentunya setelah makan siang dan mencari cafe terdekat. "Untuk selanjutnya biar gue yang urus."

Bukannya aku tidak percaya pada hubunganku dengan Jeffrey. Tapi berterimakasih lebih dulu pada sahabat yang peduli meski kita sudah menikah merupakan suatu keberuntungan untukku.

Berkali-kali Kevin mengucapkan maaf padaku, entah untuk mengabarkan, kabar buruk tentang suamiku sendiri atau karena kabarnya yang telat sampai suamiku sudah selesai menginap selama tiga hari.

Sesampainya dirumah, Bu Tuti mengabariku jika Jeffrey sudah datang. Dengan perasaan yang terombang ambing, aku mencoba untuk tetap tenang. Jeffrey ada di balkon kamar, berdiri sambil memegangi sebatang rokok.

"Kapan kamu pulang?" tanyaku langsung padanya.

Jeffrey berbalik, menatapku dengan senyum puas. "Karena kangen sayangku, jadi pengen cepet-cepet pulang." Jeffrey membasahi bibirnya, lalu menarik pinggangku hingga terduduk di salah satu sofa bundar dengan dia dibawahku. Itu terjadi terlalu cepat sampai aku mengaduh karena wajah kami yang berbenturan. "Sorry." ujar Jeffrey.

Semua itu bertambah lebih cepat lagi ketika tangan Jeffrey meraik daguku lalu mengecup bibirku. Dia bermain-main hingga membuatku geram sendiri. "Jeff!" protesku pelan.

Perasaan gundahku meluap entah kemana hanya karena sentuhan Jeffrey. Pria di hadapanku ini malah terkekeh, Jeffrey berganti mengambil tanganku yang semula menempel di dadanya. Membawanya ke setiap permukaan rahangnya. "Sekarang cium aku."

Mendengar itu, aku malu bukan main. Tapi aku melakukannya. Memajukan wajah kemudian mencium bibirnya lembut. Ughh... ini terlalu menggoda, Jeffrey selalu bisa memegang kendali. Setiap belaian lidah yang Jeffrey lakukan selalu berhasi membuatku menegang, aku tidak bisa memikirkan apapun lagi. Ciumannya terlalu lembut, seakan menggoda setiap bagian tubuhku.

Di hari yang terik itu, aku tidak bisa berfokus pada apapun lagi sampai tangan Jeffrey menyentuhku disana, membelai lembut hingga aku tidak bisa menahan desahanku. "Aahhh..."

Red Flag || COMPLETE ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang