Red Flag ; 14

22.1K 1.8K 86
                                    

Anyway Enjoy

•••

"Bu Tuti yakin perginya sendiri? Aku telepon Jeffrey gimana? Biar Pak sopirnya diminta pulang aja."

Sambil memasukkan beberapa buah belanjaan ke dalam kulkas, Bu Tuti juga ikut membereskan piring bekas makan tadi pagi. Hari ini, pengasuh Jeffrey sejak kecil itu meminta libur untuk pertama kalinya. Rumah asal Bu Tuti sebenarnya sangat jauh dari rumah ini, karena itulah aku mengusulkan sopir untuk mengantarnya, karena aku sendiri sedang mengurus pekerjaanku. Tapi sayangnya sopir rumah sedang tidak ada, mengantar Jeffrey untuk pergi luar kota selama beberapa hari. Tapi katanya tadi Jeffrey masih ada di kantor. Yang berarti sopir yang bersamanya juga masih di kantor.

"Gak papa Non, nanti di depan saya naik bus aja."

"Maaf Bu, belum bisa nganter."

"Lagian hitung-hitung juga bulan madu. Bapak sama Non kan baru menikahnya."

Aku sedikit tertawa menanggapinya. "Bulan madu apanya." terhitung sudah bulan ke tujuh, aku memakai cincin pernikahan yang serasi dengan Jeffrey. Meski dua bulan lalu, salah satu temanku pernah melihat Jeffrey bersama seorang wanita. Tapi tidak apa-apa. Setelah kutanyakan lagi. Jeffrey hanya tidak sengaja bertemu sahabatnya. Itupun saat dia nyaris pergi ke rumah setelah menginap di tempat lain karena hal pekerjaan.

Sampai pada hari dimana aku pergi ke rumah sakit karena memuntahkan makanan di rumah, aku melihat Jeffrey di sana. Hari itu aku sangat bingung, entah harus bahagia karena ternyata aku mengandung bayi yang berumur dua minggu di perutku, atau harus bersedih karena di lorong menuju ke luar rumah sakit, aku melihat Jeffrey menggandeng seorang wanita, mengecup puncak kepalanya sebelum wanita itu memasuki mobil. Jeffrey juga mengantarnya.

Naluriku sebagai seorang wanita berteriak memerintah untuk mengikuti Jeffrey, meski aku yakin hatiku akan sangat sakit begitu melihat keadaan selanjutnya. Tapi aku adalah seorang istri. Aku yakin di belahan dunia manapun jika melihat suaminya bersama wanita asing yang tidak dikenalnya, seorang istri juga pasti akan melakukan hal yang sama sepertiku.

Itu jelas mobil pajero hitam yang Jeffrey bawa terakhir kali, tapi sayang jika sebelumnya dia mengaku pergi untuk urusan pekerjaan, dan membawa seorang sopir. Sekarang, jangankan sopir, aku bahkan tidak melihat bayangan orang lain selain mereka berdua di dalam mobil itu. Jeffrey juga berpakaian rumahan, layaknya dia sehari-hari.

Di dalam mobil, tanpa berpikir Jeffrey mungkin akan mengenali mobil yang kukendarai, aku terus mengikuti kemana perginya pria itu. Tanpa perlu menjauhkan diri dan bersembunyi. Tapi sepertinya Jeffrey terlalu fokus di dalam sana, dia bahkan tidak terpengaruh oleh hal lain lagi.

Aku menyerah mengikutinya ketika mobil itu berhenti di sebuah hotel mewah, melihat mereka berdua keluar untuk terakhir kalinya sebelum aku meninggalkan tempat busuk itu.

Aku meyakini bahwa pernikahan bisa bahagia meskipun kita baru mengenal satu sama lain, seperti papa dan mamaku, seperti kakek dan neneku. Yang menikah karena memang dijodohkan. Tapi, mungkin kebahagian itu pengecualian untukku, karena sepertinya aku memang tidak ditakdirkan untuk bahagia. Sekuat tenaga aku masih mencoba untuk berpikir positif, mungkin urusan pekerjaan Jeffrey di luar kota sudah selesai, sehingga ada hal lain yang lebih mendesak terjadi, menyebabkan pria itu lupa untuk mengabariku karena sudah pulang.

Sama seperti dua bulan lalu. Tapi, apa mungkin? Kejadian yang sama lagi?

Selama berjam-jam aku duduk di sofa ruang tamu, memegangi ponsel dan juga menunggunya. Jeffrey tidak kunjung terlihat atau terdengar sedikitpun.

Red Flag || COMPLETE ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang