Masih Ragu

31 6 0
                                    

Masih terjebak dalam keraguan. Ragu untuk memilih ketika sudah berdiri diantara dua pilihan. Entah itu akan baik untuk masa depan atau mungkin bisa jadi akhir yang menjadi penyesalan.
Sesuatu yang dirasa benar akan menjadi baik untuk dipilih. Dan yang buruk akan terbuang karena sudah kalah dalam pilihan. Tapi baik dan buruk tak bisa diukur dengan hanya kata perasaan. Meskipun perasaan adalah suara hati dan nurani. Ia bisa saja berbohong karena atas dasar suka dan benci.
Rasa suka yang bisa bersemayam di dalam hati lalu berganti lagi dengan rasa benci. Dua rasa yang tidak bisa ditebak kapan tiba dan kapan akan pergi. Dan itu tak perlu dinanti, terlalu membuang waktu untuk itu.   
Karena kedua rasa itu yang sebenarnya membolak-balik diri untuk meragu, mereka adalah pelaku. Lalu diri seharusnya menerimanya dengan baik-baik saja, karena ketika salah satu  kembali nurani tak perlu menolak dengan memaksa. Sukalah sewajarnya Dan bencilah sewajarnya. Karena suka bisa menjadi benci dan benci juga sebaliknya.
Kembali pada kata ragu yang masih belum hilang dalam pikiran. Yang masih menari-nari dan bergoyang, seakan mengolok-olok diri karena tak bisa apa. Mungkinkah benar perasaan ini masih dikuasai benci. Sehingga hanya ada satu suara dalam hati dan nurani, Pergi!.
Tapi kenapa takut juga datang untuk menolak, khawatir akan nanti jika itu terjadi. Tentang sebuah ketakutan, kehampaan dan penyesalan. Dan mungkin diri ini akan terus meragu? Lalu sampai kapan?.

Sajak HarianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang