Chapter 7.

5K 703 12
                                    

Setelah makan siang selesai mereka melanjutkan mengobrol masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah makan siang selesai mereka melanjutkan mengobrol masing-masing. Namjoon, Hoseok dan Yoongi berada di lantai atas— entah sedang apa. Jimin sedang berbincang dengan Seokjin di ruang tengah, sedangkan Jungkook dan Taehyung entah di mana. Sementara aku sendiri sedang berdiri di depan balkon, walau aku tahu udara terasa dingin tetapi aku tetap memilih untuk berdiri di sini. Pemandangan Westwood dari balkon cukup indah, meski yang terlihat hanya gedung-gedung tinggi yang terhampar sejauh mata memandang, dan dari sini juga terlihat taman kota satu-satunya yang Westwood punya, taman kota luas yang berdiri diantara gedung-gedung tinggi. Suara bising terdengar dari bawah kaki pencakar langit ini, suaranya sedikit teredam karena aku berada di tingkat yang tinggi.

Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menghirup udara yang sudah tercemar karbon monoksida. Aku menempelkan gelas yang berisi whiskey yang sudah berumur puluhan tahun ke bibirku. Rasa panas menyelimuti kerongkonganku saat alkohol itu melewatinya, after taste yang ditinggalkan setelah aku menegguknya terasa pahit di lidahku. Syaraf-syarafku yang sebelumnya menegang seketika langsung mengendur. Aku lantas membawa tanganku untuk memijat tengkuk leherku. Rasanya lelah sekali, menjadi sekertaris cukup menguras tenang dan waktuku. Mungkin sehabis ini, aku harus ke salon atau pergi berbelanja untuk mengembalikan energiku. Dua hal itu selalu berhasil membuat semangatku kembali lagi, semacam kegiatan healing untukku.    

Matahari mengupat malu-malu dari balik awan yang berwarna kelabu. Sinar hangatnya menerpa kulit wajahku, satu tegukan lagi kusesapi dari gelasku. Aku mengangkat gelasku, menyulangkannya hanya untuk diriku sendiri. Memang terlalu awal untuk merayakan, tapi aku sudah cukup senang karena bisa menembus gerbang awal lingkaran kehidupan mereka. Belum ada beberapa bulan, aku sudah di sini. Duduk dan makan bersama mereka. Aku sadar perjalananku masih panjang, paling tidak aku sudah selangkah lebih maju bukan?

Seokjin dan Jimin mungkin yang paling mudah untuk didapatkan tapi ini terlalu awal untuk berasumsi, jadi mari biarkan seperti ini. Berjalan dengan sendirinya, biarkan arus sungai menghanyutkannya entah ke mana arus ini akan membawanya.

Desiran angin lama-lama semakin mengencang, mereka seperti menyuruhku untuk kembali ke dalam. Aku pun memilih untuk masuk sebelum rambutku yang sudah kutata selama sejam ini menjadi berantakan.

“Oi, gadis penyiram kopi!” Panggil Jimin saat aku menutup pintu balkon. “Duduklah bersama kami.”

Dan tentu saja aku menurut, karena aku tak tahu harus berbuat apalagi. Sejujurnya aku ingin lama-lama di sini, di penthouse ini. Bukan karena aku ingin bersama mereka, melainkan ingin lebih lama menyicipi tinggal di dalam ruangan yang megah dan elegan ini. Menyicipi kemewahan.

Alih-alih duduk di sebelah Seokjin, aku malah memilih duduk disebelah Jimin. Entah apa yang kupikirkan tapi sofa kosong di sebelah Jimin memanggil manggilku, pun akhirnya aku mengalah dan mengikuti instingku untuk duduk di sana. Aku bisa merasakan tatapan Seokjin dari seberangku, ia terlihat kecewa kala aku menaruh bokongku duduk di sebelah Jimin. Aku tersenyum padanya dan mengangkat gelasku, mengajaknya untuk bersulang. Dari kejauhan dan ia pun mengiyakan. Dan kami pun menenggak minuman kami.

Vengeance (S1) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang