Chapter 41.

4.7K 518 26
                                    

Aku berlari kedalam kamarku menghentak hentakan kakiku, menumpahkan kekesalanku pada lantai marmer yang dingin. Menginjaknya dengan keras seakan lantai ini sama bersalahnya dengan Jungkook.

"Noona!" Aku mendengar langkah kaki Jungkook yang mengejarku dibelakang. "Sayang!"

Aku terus berjalan tak memperdulikannya, untuk apa aku memperdulikannya disaat dia tak pernah menghargai perasaanku. Dia bahkan lebih mementingkan makan malam ketimbang perasaanku.

"Kyra!" Sekarang dia meneriakan namaku!

Aku yakin aku sudah cukup cepat dalam melangkahkan tapi Jungkook dengan cepat sudah berada dihadapanku. Menghalangiku saat aku sudah berada di depan pintu. Dia berdiri didepanku, menghalauku. Aku merasakan tatapan garangnya yang menembus hingga kejiwaku, membuatnya menciut. Dia yang salah kenapa aku yang merasa bersalah?

Dia menggenggam daguku, hingga menghadap kearahnya. "Kau mau bicara? Ayo kita bicara." Suaranya pelan namun terdengar mengintimidasi.

Aku mengikutinya saat dia menarik tanganku kedalam kamar. Dia menarikku hingga ke atas kasur dan menyuruhku duduk disana hanya dengan tatapannya, dan anehnya aku seperti terhipnotis dan melakukan apapun yang diperintahkannya. Jeon Jungkook yang begitu dominan.

Dia menggulung lengan kemeja hingga mencapai sikunya, tanganya menyangga di pinggangnya. Dia tak merasa bersalah, dia malah melihatku dengan kesal seakan-akan ini adalah salahku, salahku kalau dia pergi berlibur bersama istrinya dan salahku karena telah protes.

"Aku tak suka kau membanting piring dan membuang makan... kau membuatku kesal." Dia menatapku seolah aku telah melakukan dosa besar.

"Aku membuat mu kesal?" Tanyaku tak percaya, aku bangun dari dudukku tapi dia membelalakan matanya padaku dan aku kembali terduduk.

"Seharusnya aku yang kesal Jungkook! Kau tak memberi tahuku kalau kau akan berlibur dengan Mirae! Seharusnya aku yang pertama tahu, tapi aku menjadi orang terakhir yang tahu dan itu menyakitkan!" Hardikku. Aku kehabisan napas, semua amarah ini merengut udaraku. Membuat dadaku naik turun karena memburu udara.

Dia berdiri tegak dan menatapku dengan begitu intens, "Aku memang berencana akan memberi tahu mu, tapi setelah makan malam. Setelah teman teman noona pulang." Suaranya melembut.

"Kapan kau pergi?" Tanyaku dengan suara yang masih meninggi.

"Besok siang."

"B-besok siang?!" Aku bertanya dengan mata yang membulat tak percaya. "Kapan kau merencanakan kepergian kalian?"

"Dua minggu yang lalu." Jungkook menggigit gigit bibirnya, kini ia terlihat bersalah.

"Dua minggu!" Aku berteriak. "Dua minggu yang lalu dan kau baru memberitahu ku malam ini?" Aku terengah karena kesal. Aku memincingkan mataku, mencoba membunuhnya dengan tatapanku yang tajam.

"Aku masih ragu noona..." Jungkook sekarang berlutut didepanku, matanya yang intens terus mengunci mataku. "Aku pikir aku tak akan pergi. Aku tak ingin pergi tapi aku tak bisa, aku- harus pergi bersamanya." Dia melembut.

"Maka jangan pergi, tetaplah bersamaku." Aku mengatakannya dengan lirih dan penuh keputus asaan.

"Aku tak bisa noona, aku tak bisa." Suaranya terdengar selembut sutra dan terdengar sedih disaat yang bersamaan.

Jungkook meraih tanganku, dia membenamkan wajahnya ke pangkuanku. Hidungnya menempel di punggung tanganku, dia menciumi punggung tanganku berkali kali. Aku mendengarnya menarik napas panjang.

Dia mendongak kearahku, matanya yang seperti lautan hitam kembali menatapku. "Aku mencintaimu, noona. Aku tak pernah mau menyakitimu, sedikitpun." Dia berbisik.

Vengeance (S1) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang